Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Jakarta dan Bali Diproyeksi Alami Depopulasi Lebih Cepat

Insi Nantika Jelita
15/5/2025 10:19
Jakarta dan Bali Diproyeksi Alami Depopulasi Lebih Cepat
Ilustrasi(Antara)

DKI Jakarta dan Bali diprediksi menjadi dua provinsi pertama yang mengalami penurunan jumlah penduduk (depopulasi) lebih awal. Prediksi ini didasarkan pada hasil studi Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) dengan tajuk Masa Depan Penduduk Indonesia: Kebijakan dan Strategi untuk Menghadapi Potensi Depopulasi. Studi ini dilaksanakan sejak November 2024 dengan pendekatan kualitatif melalui diskusi kelompok terarah (FGD) bersama pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah. 

Peneliti LD FEB UI Turro Wongkaren mengungkapkan indikasi depopulasi di Tanah Air sudah mulai terlihat yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang terus menurun tiap tahun, dan diproyeksikan akan mencapai 0,25% pada 2050.  

"DKI Jakarta dan Bali menjadi dua provinsi yang diproyeksikan paling cepat mengalami depopulasi, yaitu pada tahun 2026 dan 2046,"  katanya dalam keterangan resmi, Kamis (15/5).

Jakarta dan Bali tercatat tercatat sudah memiliki tingkat kelahiran yang rendah, sementara provinsi lain seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menunjukkan angka kelahiran yang relatif tinggi. 

Turro kemudian menjelaskan di dalam satu provinsi, disparitas tingkat kelahiran tetap terlihat, terutama akibat perbedaan kelas ekonomi dan tingkat pendidikan. Sebagai contoh di Jakarta, beberapa wilayah kecamatan yang rata-rata penduduknya memiliki kelas ekonomi ke atas memiliki tingkat kelahiran yang rendah, tetapi wilayah dengan rata-rata penduduk kelas menengah ke bawah memiliki tingkat kelahiran yang masih tinggi.  

Adapun faktor utama yang dapat memicu depopulasi adalah rendahnya tingkat kelahiran. Peneliti LD FEB UI itu menyampaikan secara nasional, angka kelahiran di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Total fertility rate (TFR) Indonesia atau jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya tercatat mengalami penurunan drastis. Yakni, dari 5,61 pada 1970 menjadi 2,18 pada 2020. Artinya, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh setiap perempuan telah berkurang dari lima menjadi dua dalam kurun waktu 50 tahun. 

"Badan Pusat Statistik juga memproyeksikan bahwa TFR Indonesia akan terus menurun hingga tahun 2045. Tren ini berpotensi meningkatkan risiko depopulasi di masa mendatang," ungkapnya.

Turro menuturkan depopulasi berpotensi menimbulkan dampak yang luas, mencakup sektor ekonomi, sosial-politik, infrastruktur, hingga inovasi. Secara ekonomi, dapat terjadi penurunan jumlah tenaga kerja dan perubahan komposisi penduduk. Serta, memberi tekanan pada sistem jaminan sosial. Mengenai dampak dari sisi sosial-politik, migrasi masuk akibat kekurangan tenaga kerja bisa menimbulkan gesekan budaya jika tidak dikelola dengan baik. 

"Selain itu, infrastruktur seperti sekolah bisa tidak lagi terpakai, layanan publik berubah, dan tekanan untuk berinovasi ikut menurun seiring menyusutnya jumlah penduduk," imbuhnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya