Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SEBUAH fosil serangga sikada berusia 47 juta tahun yang ditemukan di Jerman baru-baru ini diidentifikasi sebagai spesies dan genus baru. Serangga purba ini, yang dinamai Eoplatypleura messelensis, menawarkan wawasan baru mengenai asal-usul dan evolusi sikada penyanyi — kelompok serangga yang dikenal luas karena suara nyaring para pejantan saat musim kawin.
Fosil berukuran sekitar 2,6 cm dengan bentang sayap 6,8 cm ini ditemukan dalam kondisi hampir utuh, lengkap dengan sayap berserat yang masih terbentang. Fosil tersebut ditemukan di Kawah Messel, sebuah situs fosil yang kaya dari zaman Eosen yang kini menjadi warisan dunia UNESCO. Lingkungan danau vulkanik dengan dasar tanpa oksigen di situs tersebut menciptakan kondisi ideal untuk pelestarian fosil.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports pada 29 April, Eoplatypleura messelensis merupakan contoh tertua dari sikada penyanyi sejati (keluarga Cicadidae) yang ditemukan di Eropa. Kelompok ini mencakup berbagai spesies sikada modern, seperti sikada tahunan yang muncul setiap musim panas dan sikada periodik yang muncul setiap 13 atau 17 tahun di Amerika Utara.
Meskipun spesimen yang ditemukan berjenis kelamin betina, struktur tubuhnya menunjukkan bahwa pejantan dari spesies ini kemungkinan mampu menghasilkan suara khas seperti sikada modern. Berdasarkan morfologi dan posisinya dalam pohon keluarga sikada, para peneliti menduga bahwa kemampuan "bernyanyi" sudah ada jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Penemuan ini memundurkan garis waktu evolusi suku Platypleurini hingga 20 juta tahun lebih awal,” jelas Dr. Hui Jiang, paleontolog dari Universitas Bonn, Jerman. Suku Platypleurini kini hanya ditemukan di wilayah tropis dan subtropis Afrika serta Asia, tetapi tidak lagi ditemukan di Eropa.
Analisis terhadap fosil menunjukkan E. messelensis memiliki tubuh dan bentuk kepala yang menyerupai sikada modern. Bagian rostrumnya — alat mulut seperti moncong — masih utuh, yang mengindikasikan kemungkinan fungsinya sebagai alat pengisap cairan tanaman, seperti pada sikada masa kini.
Jejak pola dan warna pada sayap fosil ini juga terawetkan dengan baik, menunjukkan kemungkinan fungsi kamuflase seperti yang dimiliki sikada saat ini. Namun, ada beberapa perbedaan, seperti sayap depan yang lebih lebar dan pendek, yang mungkin memengaruhi cara terbang serangga ini.
Salah satu temuan menarik lainnya adalah struktur abdomen E. messelensis yang lebih besar. Hal ini membuka kemungkinan bahwa pejantan purba bisa menghasilkan suara yang lebih keras daripada kerabat modern mereka. Dengan rongga resonansi yang lebih besar, suara yang dihasilkan mungkin bahkan melebihi 100 desibel — setara suara kereta bawah tanah atau pesawat lepas landas.
“Ini masih merupakan hipotesis,” kata Jiang. “Namun studi lanjutan tentang hubungan antara morfologi dan produksi suara pada sikada modern bisa membantu menguji kemungkinan tersebut.”
Hingga kini, catatan fosil sikada penyanyi masih sangat terbatas, hanya sekitar 44 fosil yang diketahui secara pasti. Penemuan Eoplatypleura messelensis menjadi penting karena memperkaya pemahaman tentang sejarah evolusi serangga bersuara dan menunjukkan bahwa diversifikasi sikada penyanyi terjadi jauh lebih awal dari perkiraan berdasarkan data molekuler.
Menurut Dr. Conrad Labandeira dari Museum Sejarah Alam Smithsonian, temuan ini menyiratkan bahwa masih banyak fosil Platypleurini yang belum ditemukan. Penemuan-penemuan selanjutnya akan sangat membantu dalam mengkalibrasi ulang estimasi laju evolusi sikada secara lebih akurat. (CNN/Z-2)
Berlin tengah memantau perkembangan di Selat Hormuz secara seksama.
Pemerintah Jerman menyatakan keprihatinan atas rencana Iran untuk menutup Selat Hormuz, salah satu jalur perdagangan penting bagi pasokan minyak dan gas dunia.
EMPAT belas pesawat kargo yang penuh dengan peralatan militer tiba di Israel di tengah konflik yang kian memanas di Timur Tengah.
Secara statistik sebenarnya Jerman dapat tampil dominan pada pertandingan ini dengan 56% penguasaan bola dan melepaskan 20 tendangan, namun Prancis dapat tampil lebih efektif.
Aset eksternal bersih Jepang pada akhir 2024 meningkat hampir 13% menjadi 533,5 triliun yen, atau lebih dari US$3,7 triliun. Sementara Jerman memiliki 569,6 triliun yen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved