Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
DI tengah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk merokok, berbagai inovasi dalam bentuk produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik, tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin mulai mendapat perhatian dan digunakan oleh masyarakat. Namun, pemahaman publik terhadap risiko dan potensi manfaat dari produk-produk ini masih sangat minim. Oleh karena itu, edukasi yang tepat dan berbasis bukti ilmiah menjadi sangat penting.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan berbagai lembaga penelitian, rokok masih menjadi penyebab utama berbagai penyakit tidak menular seperti kanker paru, penyakit jantung, stroke, dan lainnya. Produk tembakau alternatif disebut memiliki potensi risiko yang lebih rendah karena tidak melalui proses pembakaran yang menghasilkan tar dan zat-zat karsinogenik. Namun, tanpa edukasi yang benar, masyarakat bisa salah memahami tujuan dan cara penggunaannya.
"Bukti ilmiah menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif dapat menjadi opsi yang lebih baik bagi perokok dewasa yang tidak bisa berhenti merokok. Meski demikian, produk ini tidak bebas risiko," ujar Prof. Dr. Achmad Syawqie, drg., MS., Pendiri dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), dalam keterangannya, Senin (14/4). Ia menekankan pentingnya pendekatan pengurangan risiko (harm reduction) dalam kebijakan pengendalian tembakau untuk mengatasi masalah perokok dewasa yang sulit berhenti merokok.
Sayangnya, regulasi yang belum merata serta minimnya sosialisasi dan edukasi membuat persepsi masyarakat terhadap produk ini kerap rancu dan salah informasi. Banyak yang mengira produk alternatif ini justru lebih berbahaya dan menjadi gateway untuk perokok remaja, tanpa memahami konteks keseluruhan penggunaan dan proses pembuatannya.
Koalisi Indonesia Bebas TAR (Kabar) juga menyoroti perlu pelibatan semua pihak yakni pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat dalam memberikan edukasi yang menyeluruh mengenai penggunaan produk tembakau alternatif. Edukasi tidak hanya mencakup risiko dan manfaat, tetapi juga cara penggunaan yang benar serta target pengguna yang tepat yaitu perokok dewasa yang mau berhenti merokok dengan upaya beralih ke alternatif lebih rendah risiko, bukan remaja atau nonperokok.
"Edukasi berbasis partisipatif penting untuk semua pihak. Kita juga butuh strategi lebih cerdas, yakni dengan memberikan informasi yang benar dan transparan serta membatasi akses pengunaan terhadap kelompok yang tidak seharusnya menggunakan produk ini," kata Ariyo Bimmo, Ketua Kabar. (I-2)
Kelelahan yang tak kunjung membaik bisa menjadi tanda awal kanker otak. Kenali gejala lain seperti kejang, perubahan mood, dan gangguan memori.
Kiita Sehat akan memperkuat kemampuan Indonesia dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit menular serta keadaan darurat pada manusia dan hewan.
program cek kesehatan gratis (CKG) bagi siswa yang digelar serentak pada Senin (4/8), dinilai sebagai langkah positif untuk memperkuat fondasi kesehatan nasional,
Salah satu ciri kulit terlalu sering dieksfoliasi adalah kulit terasa seperti tertarik setelah mencuci muka.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 29% remaja usia 10–19 tahun di Indonesia mengalami gejala gangguan kesehatan mental.
Justin Timberlake mengungkap diagnosis penyakit Lyme yang dideritanya. Sang istri, Jessica Biel, disebut menjadi pendukung utama dalam proses pemulihannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved