Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Seperti Inara Rusli dan Virgoun, Ini Hal yang Perlu Dilakukan agar Co-parenting Sukses

Nike Amelia Sari
28/3/2025 12:10
Seperti Inara Rusli dan Virgoun, Ini Hal yang Perlu Dilakukan agar Co-parenting Sukses
Inara Rusli dan Virgoun tengah melakukan co-parenting.(Dok. Instagram Inara Rusli)

BARU-baru ini, Inara Rusli menjadi sorotan publik di media sosial karena Inara dan ketiga anaknya buka puasa bersama (bukber) bersama mantan suaminya, Virgoun. Kebersamaan mereka menghadirkan pujian karena dianggap berhasil melakukan co-parenting atau konsep pengasuhan anak yang dilakukan setelah orangtua bercerai.

Hal ini dikarenakan Inara dan Virgoun sudah resmi bercerai usai melalui sejumlah konflik yang mencuat ke publik. Momen buka puasa Inara, Virgoun dan ketiga buah hati mereka tampak hangat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka berupaya menempatkan kepentingan anak-anak di atas segalanya. Kedua orangtua bisa berperan dalam mengasuh anak sehingga perceraian tidak membuat anak tidak kehilangan sosok orangtuanya.

Salah satu cara menerapkan co-parenting agar sukses ialah memprioritaskan anak, seperti yang dilakukan oleh Inara dan Virgoun.

Melansir dari situs kesehatan, Klik Dokter, Seorang psikolog Tanah Air, Iswan Saputro, M.Psi., Psikolog, mengatakan bahwa dengan berfokus atau memprioritaskan anak, kedua pasangan yang sudah bercerai akan menurunkan egonya dan lebih mengutamakan kebutuhan anak.

Selain memprioritaskan anak, berikut hal-hal yang perlu dilakukan agar penerapan co-parenting sukses:

1. Kompromi

Kompromi juga menjadi hal penting yang perlu kamu lakukan dengan mantan pasangan. Melakukan kompromi terkait beberapa hal seperti cara mengasuh, kapan waktu kunjungan, dan berapa lama menghabiskan waktu secara bergantian.

Kompromi bukan berarti membagi peran secara rata yaitu 50:50, akan tetapi kamu dan mantan pasangan menyadari bahwa kamu dan pasangan memiliki kekurangan dan kelebihan. Sehingga, perlu adanya kerjasama untuk saling memahami kesibukan dan tanggung jawab yang dimiliki untuk kepentingan anak.

2. Menjaga Komunikasi

Menjalin komunikasi yang sehat setelah perceraian memang menantang, terlebih adanya pertikaian dan konflik ketika bercerai. Kamu dan mantan pasangan sebaiknya tetap melakukan komunikasi yang sehat dengan tidak menyalahkan dan merendahkan satu sama lain di hadapan anak.

Sebab, saat anak melihat orangtuanya saling menghina satu sama lain, akan membuat anak memiliki persepsi negatif tidak hanya pada satu orang, tetapi bisa jadi kepada kedua orangtuanya.

3. Jangan Libatkan Anak dalam Permasalahan

Selain itu, jangan melibatkan anak dalam permasalahan kamu dan mantan pasangan. Karena melibatkan anak pada proses penyelesaian masalah orangtua berisiko, terlebih apabila anak masih di usia sekolah.

Anak memiliki keterbatasan dalam memahami masalah dan situasi, apalagi jika ada keberpihakan yang dituntut oleh orangtuanya. Sehingga berpotensi memicu timbulnya persepsi negatif, baik kepada ibu atau ayahnya. Hal ini bisa memengaruhi kondisi psikologis anak ketika sudah dewasa.
(Klikdokter/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya