Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOKTER lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Em Yunir menyatakan perubahan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan metabolisme pada seseorang pascalebaran.
"Jadi ada kenaikan tekanan darah yang tidak terkendali, gula darah, terus berat badannya juga berlebihan sehingga semua ini berisiko menambah resiko penyempitan atau sumbatan pada dinding pembuluh darah yang tentu ini kita tidak inginkan," kata Em, dikutip Kamis (27/3).
Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan Program Dokter Spesialis dan Subspesialis FKUI itu mengatakan, selama berpuasa 30 hari, tubuh mengalami penurunan berat badan, penurunan massa lemak, hingga penurunan kolestrol total dan trigliserida.
Baik tekanan darah maupun kadar gula dalam darah juga terkontrol, sehingga rasa stres, depresi, dan ansietas dapat berkurang.
Namun, setelah merayakan Lebaran, banyak orang melupakan manfaatnya dan langsung memakan ragam santapan Hari Raya tanpa memperhatikan besar kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Contohnya, satu ketupat berukuran sedang mengandung 152 kalori, dengan 33,31 gram di antaranya merupakan karbohidrat.
Belum lagi ditambah dengan camilan manis seperti kue-kue tradisional atau minuman dingin yang ikut dihidangkan.
Em menyebut kelebihan 500 kalori per hari bisa meningkatkan berat badan hingga 0,5 kilogram per minggu.
"Kalau kita tidak menjaga, kita tidak memperhatikan pola makan seperti itu, jangan sampai lonjakan-lonjakan pola makan yang berubah ini akan membawa dampak yang kurang baik," ujar dia.
Akibatnya, peluang untuk terkena penyakit gangguan metabolisme meningkat. Misalnya hipertensi, diabetes, obesitas, hingga penumpukan kolesterol.
Banyaknya lemak yang menumpuk di pembuluh darah menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan akan berdampak pada sejumlah organ vital.
"Faktor makanan masuk lebih banyak yang biasa kita butuhkan, itu akan berubahlah di dalam tubuh kita, pecah menjadi sejumlah lemak, yang namanya kita bilang asam lemak, yang kemudian akan meledak ke dalam seluruh sistem kita, kemudian akan mengganggu fungsi sel beta pankreas, mengganggu penyerapan pada sel-sel otot, mengganggu hati, mengganggu ke ginjal, dan sebagainya," papar Em.
Dengan demikian, Em meminta masyarakat untuk lebih memperhatikan dan menjaga pola makannya meski bulan Ramadan sudah usai. Caranya dengan membatasi makanan berlemak, kolestrol, dan memperhatikan porsi yang dimakan.
Ia menyarankan untuk menjaga kesehatan tubuh dengan latihan fisik yang teratur dengan durasi mencapai 30-45 menit dengan total durasi minimal 150 menit per minggu. Jeda antarlatihan tidak lebih dari dua hari berturut-turut.
"Kalau kita tidak waspada, kita akan mendapatkan gambaran diabetes tipe 2 yang menjadi lebih buruk, ada kolesterol yang juga makin buruk, ada kegemukan, dan hipertensi yang menjadi tidak terkontrol," pungkas dia. (Ant/Z-1)
Banyak yang bertanya, “Jika orang tua saya menderita diabetes, apakah saya juga akan mengalaminya?” Jawabannya: belum tentu.
Pola makan mencerminkan gaya hidup seseorang dan sangat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Sebuah studi menunjukan makanan ultraproses dapat meningkatkan risiko kanker paru sebesar 41% bagi yang sering mengonsumsinya.
Penelitian selama 15 tahun di Swedia membuktikan pola makan sehat dapat memperlambat penuaan dan mengurangi risiko penyakit kronis pada lansia.
Pola makan lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas fisik harian.
Buah-buahan adalah pilihan makanan sehat yang mendukung program diet berkat kandungan nutrisi, serat, dan proteinnya.
PCOS merupakan gangguan metabolisme yang paling sering terjadi pada perempuan usia reproduksi kira-kira 20-30 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved