Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Inovasi Teknologi Mahasiswa di Maker Innovation Space Festival 2025

Syarief Oebaidillah
13/2/2025 21:49
Inovasi Teknologi Mahasiswa di Maker Innovation Space Festival 2025
Ilustrasi(Dok Binus University)

BINUS University menggelar Maker Innovation Space (MIS) Festival yang berlangsung pada 12-14 Februari 2025 di Plaza Hitam, BINUS @Kemanggisan Anggrek Campus ,Jakarta,dengan dukungan dari Program Computer Engineering, Civil Engineering, Industrial Engineering, DKV (Desain Komunikasi Visual), Hotel Management, Architecture, PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), TI (Teknik Informatika), dan Film dari BINUS University.

Festival ini bertujuan untuk membangun ekosistem kreatif yang menarik minat mahasiswa dari berbagai jurusan serta industri terkait, serta mempromosikan budaya inovasi lintas disiplin ilmu.

Kegiatan ini menampilkan keunikan karya mahasiswa yang menarik perhatian dan membuat para audiens tertarik untuk mencoba inovasi yang telah dikembangkan oleh mahasiswa. Festival ini menghadirkan berbagai inovasi yang aplikatif dan inovatif, yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung.

Berbagai teknologi interaktif ciptaan mahasiswa membuat pengunjung mencoba  langsung hasil inovasi tersebut seperti Mietoma yaitu alat masak mie dan nasi goreng secara otomatis berbasiskan IoT yang mulai dari proses pemesanan hingga pemasakannya dilakukan secara otomatis.

Selanjutnya CyGen sebuah generator sepeda untuk pengisi daya baterai handphone, Pemain wayang kulit dan wayang beber otomatis untuk pelestarian budaya, Angklung Otomatis yang mana pemain angklung memainkan angklung secara otomatis dan alat ini sudah dikerahkan di kedutaan besar Indonesia untuk Austria - Eropa, Bee Braille yang merupakan perangkat bantu baca bagi tunanetra yang sudah disebarkan di komunitas disabilitas dan sekolah luar biasa.

InEM berupa mesin pembuat tempe otomatis skala rumahan, serta PusGita yaitu  sistem perpustakaan digital yang mudah dibawa dan dipasang, dilengkapi dengan sekitar 7000 konten seperti e-book dan video pembelajaran dari Batita hingga SMA, kepraktisanya alat ini tidak membutuhkan akses internet. PusGita juga telah disebarkan di 40 daerah 3T dari Aceh hingga Papua dan jumlahnya akan terus ditambah.

Dalam keterangannya,Dosen Sistem Komputer Binus,Rinda Hedwig mengutarakan  salah satu produk kebanggaan Binus sekaligus kontribusi nyata kepada masyarakat adalah  Perpustakaan Digital Offline (PusGita), merupakan  jenis perpustakaan digital yang tidak membutuhkan akses internet dan mampu beroperasi di daerah yang tegangan listriknya tidak stabil.

PusGita digunakan untuk daerah 3T di seluruh Indonesia, sejak tahun 2018  sudah disebarkan di 40 titik, mulai dari Aceh hingga Papua,"Ya ini  karya dari kami dosen Binus bersama mahasiswa dari  Sistem Komputer, Binus. Namanya computer engineering sejak tahun 2018," ungkap Rinda.

Daerah 3T contohnya pedalaman Bengkayang (Kalimantan Timur), di Papua s di Wamena, Sentani, dan yang akan jalan tahun ini di Asmat. Kemudian NTT, dari Manggarai Barat, Manggarai Tengah, sampai Manggarai Timur, juga sudah sampai di Tanah Toraja, juga di Sibolga.

"Tahun ini PusGita akan jalan di 20 titik lagi yang akan dipasang di pedalaman Sibolga, perbatasan Timor Leste, juga di Asmat, Papua," ungkap Rinda.

Dia menjelaskan perpustakaan digital   dibantu para  youtuber yang peduli dengan pendidikan, para penulis buku.Mereka menyumbangkan buku dengan video  pengetahuan sekitar 7 ribu konten yang ada saat ini di dalam perpustakaan digital tersebut.

Pihaknya juga membuat  sistem agar bisa stabil di daerah yang tinggi  atau yang sangat kering sekali dengan menggunakan teknologi  komputer mini, tanpa membutuhkan internet, karena kontennya semua sudah ada di dalam server perpustakaan ini.

"Nah perpustakaan digital ini sudah evolusi sampai versi kelima, yang versi kelima kita kerjasama dengan menggunakan chromebook, servernya tetap menggunakan komputer mini," tukasnya.

Dikatakan maanfaat yang terasa di pedalaman  banyak anak anak generasi sekarang lebih senang dengan gawai walaupun mereka tidak punya gawai  tetapi mereka dapat PusGita ini  senang sekali  lebih tertarik untuk belajar.

Di daerah pedalaman banyak anak anak jarang mau masuk ke perpustakaan, karena  perpustakaannya tidak ada fasilitas, lalu membaca tidak jadi hobi, mereka lebih senang bermain, atau membantu orang tua di ladang.

"Nah ketika kami pasang di Bengkayang ini anak anak senang banget, jadi pulang sekolah, hujan hujanan pun mereka langsung duduk, bisa nonton video, ini bahannya dari TK sampai SMA, mau belajar tentang  merancang helikopter, belajar tentang me masak  mempelari tentang hewan  dan lain lain," ujarnya .

Selain itu,rupanya para orang tua juga tertarik bahkan meminta konten konten yang terkait dengan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan yang hingga saat ini belum didapatkan.Pasalnya, Binus belum ada  jurusan tersebut. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya