Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Menag: Kurikulum Cinta dan Eco-Teologi Pilar Menuju Masyarakat Harmonis

Syarief Oebaidillah
04/2/2025 21:21
Menag: Kurikulum Cinta dan Eco-Teologi Pilar Menuju Masyarakat Harmonis
Ilustrasi(Dok Kemenag)

MENTERI Agama (Menag), Nasaruddin Umar, mengatakan, kurikulum cinta dan eco-teologi, basis implementasi Deklarasi Istiqlal 2024, merupakan refleksi mendalam atas peran agama dalam membangun masyarakat yang rukun dan menjaga kelestarian bumi. 

Ia memaknai kurikulum cinta dengan seperangkat sistem dan fondasi hidup bersama dalam keragaman untuk kerukunan baik intra maupun antarumat beragama. Dalam agama, cinta adalah inti dari segala tindakan kebaikan. 

“Kurikulum cinta adalah konsep yang menekankan pentingnya pendidikan berbasis kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan. Nilai ini harus menjadi bagian utama dalam sistem pendidikan kita, baik di lembaga formal maupun lingkungan sosial dan keluarga, termasuk dalam kehidupan pondok pesantren,” kata Nasaruddin Umar melalui daring pada pembukaan Seminar Internasional bertajuk Curriculum of Love and Eco-Theology as The Basis for The Istiqlal Declaration Implementation Movement di Universitas Islam As'adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan,Selasa (4/2)

Sementara eco-teologi, imbuhnya, merupakan landasan spiritualitas dalam upaya pelestarian lingkungan. Menjaga bumi bukan sekadar upaya ilmiah dan kebijakan negara, tetapi juga merupakan bagian dari spiritualitas dan ibadah seorang umat beragama

Dikatakan gerakan lingkungan berbasis keagamaan telah berkembang di banyak tempat di Indonesia. Misalnya, masjid ramah lingkungan, pesantren hijau, gereja berkelanjutan, dan lainnya. Karena itu, upaya-upaya ini harus terus dikembangkan secara lebih masif ke depannya. 

“Mari kita menjadi aktor perubahan yang membawa pesan cinta dan kepedulian terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kerja sama yang erat, saya yakin kita dapat menciptakan dunia yang lebih damai, harmonis, dan lestari,” tandas Guru Besar UIN Jakarta ini.

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama, Arsad Hidayat, menyebut, dunia sedang menghadapi dua tantangan besar, yakni dehumanisasi dan perubahan iklim. Yang lebih mengkhawatirkan, ada kelompok yang memakai bahasa agama untuk menjustifikasi hal itu. 

Karena itu, ia mengingatkan semua pihak, terutama tokoh agama, untuk ikut memperbaiki keadaan. Disebutkan, agama dan tokoh agama memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam membentuk pengetahuan dan pemahaman masyarakat. 

“Tokoh agama, dengan bahasa agama yang dimilikinya, diyakini dapat memengaruhi publik dan berdampak signifikan bagi perubahan yang diharapkan,” kata Arsad.

Dalam Deklarasi Bersama Istiqlal 2024, lanjutnya, para tokoh agama bersepakat dan mendeklarasikan dua isu utama, yaitu melawan dehumanisasi atau penurunan nilai-nilai kemanusiaan, dan memperkuat upaya pelestarian lingkungan. Ia berharap, masing-masing pihak bisa mengimplementasikannya dalam beragam bentuk, sesuai ruang aktivitas dan profesi. 

Misalnya, Kepala Kankemenag menginisiasi komitmen jajarannya untuk merekatkan kerukunan dan melestarikan lingkungan; kepala madrasah membuat budaya bersih-bersih dan tanam pohon; pemimpin pondok mendorong asatidz dan santri untuk memperkaya kajian ayat-ayat lingkungan; dan lainnya. 

“Mudah-mudahan ini menjadi spirit kita semua sehingga apa yang menjadi harapan Deklarasi Istiqlal bisa teramplifikasi secara luas,” ucapnya.

Bumi, Ibu Manusia

Eks Wakil Menteri Wakaf Mesir, Syekh As-Said Muhammad Ali Al-Husaini, mengutip pendapat Imam Qusyairi bahwa cinta (hubb) terdiri dari dua huruf; ‘ha’ (ruh) dan ‘ba’ (badan/jasmani). Sementara Ibnu Atha’illah al-Iskandari mendeskripsikan cinta dengan mahkota para ulama sufi. 

Ia menyebut, ketika seseorang merenungi ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya Al-Fatihah, ia akan mendapati bahwa rukun Islam sebetulnya ada tiga. Pertama, cinta (al-hubb). Kedua, harapan (al-raja). Ketiga, kecemasan (al-khauf). Cinta menjadi awalan karena darinya berkembang perkara-perkara substantif seperti kelembutan, kasih sayang, kerinduan, dan lainnya.

“Dalilnya al-hubb adalah alhamdulillahirabbil alamin. Ar-raja adalah arrahmanirrahim. Kemudian al-khauf itu maliki yaumiddin,” katanya.

Menurutnya, cinta seharusnya tidak hanya disebarkan di keluarga, juga di lingkungan sosial ,lingkungan/bumi. Dalam Islam, bumi adalah ibu manusia karena dia dilahirkan dari bumi. Siapa yang tidak mencintai bumi maka ia tidak mencintai ibunya.

Menag Nasaruddin Umar yang hadir secara daring pada Seminar internasional ini yang menghadirkan banyak unsur se-Sulawesi Selatan, nasional bahkan internasional. Hadir di lokasi acara, lebih dari 200 tokoh. Selain itu, ada lebih dari 1.000 peserta yang mengikutinya secara virtual melalui aplikasi zoom. Acara ini juga disiarkan melalui chanel YouTube As'adiyah.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya