Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
PARA dosen aparatur sipil negara ( ASN) melakukan aksi damai menuntut pencairan tunjangan kinerja (tukin), di depan Istana Negara, Jakarta, Senin (3/2). Mereka yang tergabung dengan Aliansi Dosen ASN Kemendikti-Saintek Seluruh Indonesia (Adiksi) mogok mengajar jika tukin tak kunjung dibayarkan.
Koordinator Aksi Anggun Gunawan mengatakan aksi hari ini merupakan respons atas ultimatum dari aliansi kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti-Saintek) yang sampai saat ini tidak mendapat tanggapan.
"Jadi kami mengultimatum kepada kementerian sejak 14 Januari untuk menteri bisa memberikan pernyataan resmi kepada kami terkait tukin ini seperti apa. Kami hanya ingin pernyataan resmi dari menteri. Dan kami sudah ultimatum sampai tanggal 24 Januari. Sampai 24 Januari tidak ada respons dari kementerian. Kami hanya mendengarkan pernyataan pihak kementerian dari media," ujar Anggun saat ditemui di lokasi aksi.
Ia mengatakan tuntutan itu tidak pernah digubris oleh Kemendikti-Saintek. Oleh karena itu, katanya, aksi kali ini difokuskan untuk mendapat atensi dari Presiden Prabowo. Pihaknya berharap presiden memberikan semacam kebijakan hukum yang sama untuk hakim atau saat membatalkan PPN 12%.
"Kalau misalnya ini sudah mentok maka mau tidak mau kami terpaksa akan melakukan aksi untuk mogok mengajar," tegasnya. Ia juga menyatakan pihaknya siap maju ke PTUN jika tidak ada itikad baik dari pemerintah.
Anggun mengatakan dampak serius tidak dibayarkannya tukin tersebut. Pertama adalah mempengaruhi segi integritas.
"Kawan-kawan di perguruan tinggi untuk survive itu mereka pada akhirnya harus mengakali anggaran. Bikin proposal yang harus mark-up anggaran," kata dia.
"Dikatakan kami bisa cari duit dari hibah penelitian itu tidak bisa juga karena gak ada honor di hibah. Sementara kawan-kawan yang lain mereka tidak fokus (mengajar) di kampusnya karena mereka harus mengajar juga di kampus luar," imbuhnya.
Lebih menyedihkan lagi, kata Anggun, kawan-kawan dosen yang ada di daerah. "Mereka tidak ada PTS atau kemapusnya sedikit jadi ngamen juga tidak bisa. Akhirnya mereka juga bekerja dengan cara-cara lain, ada yang jualan, tukang ojek, dan lain sebagainya," kisahnya.
Aksi damai para dosen ASN ini menuntut dua hal. Pertama, para dosen ASN meminta tukin dosen dibayarkan sejak 2020-2024. Kedua, dosen ASN meminta tukin untuk anggaran 2025 dibayarkan untuk seluruh ASN dosen Kemendikti-Saintek tanpa terkecuali.
"Dosen ASN Kemendikti-Saintek sekitar 80 ribu dan kalau ingin dibayarkan untuk tahun ini sekitar Rp8,3 triliun," pungkas Anggun. (H-3)
Aksi demo itu dilakukan untuk menuntut pemerintah agar segera membayar tunjangan kinerja (Tukin) dosen dan guru besar yang belum dibayarkan sejak 2020.
Ratusan dosen ASN menggelar aksi damai di sekitar patung kuda, Istana Negara, Jakarta, Senin (3/2). Mereka menuntut pencairan tunjangan kinerja atau tukin yang tak kunjung dibayarkan
Tukin ini merupakan bagian dari isu kesejahteraan para dosen dan diharapkan nantinya pemerintah bisa menganggarkan untuk semua dosen.
Semua dosen yang ada dalam rapat ADAKSI sepakat untuk menolak dihapusnya Tukin oleh Kemendiktisaintek.
HARAPAN dosen berstatus aparatur sipil negara untuk mendapatkan tunjangan kinerja (tukin) hingga kini masih belum jelas.
Mulai 2025, dosen di lingkungan Kemendikti-Ristek akan mendapatkan tunjangan kinerja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved