Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PARA ilmuwan berhasil menemukan lapisan es yang berusia 1,2 juta tahun di kedalaman Antartika. Temuan ini memberikan gambaran berharga tentang iklim purba Bumi dan sebagai petunjuk penting untuk memahami perubahan iklim sepanjang sejarah planet ini.
Di kawasan terpencil Little Dome C di Antartika, tim peneliti, yang terdiri dari perwakilan 12 lembaga ilmiah dari sepuluh negara Eropa berhasil mencatat pencapaian penting dalam ilmu iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tim peneliti internasional menggali es di Little Dome C Field Camp di Antartika, yang berada di ketinggian 3.233 meter (10.607 kaki) di atas permukaan laut.
Mereka memanfaatkan radar untuk memindai bawah permukaan dan menggunakan pemodelan komputer aliran es guna memperkirakan lokasi es purba ini membuat perkiraan mereka terbukti akurat.
Proses ini tidaklah mudah. Di dataran tinggi Antartika, suhu rata-rata saat musim panas mencapai minus 35 derajat Celsius atau minus 31 derajat Fahrenheit.
Sebagai bagian dari proyek Beyond EPICA - Oldest Ice yang didanai oleh Uni Eropa, mereka sukses menyelesaikan pengeboran hingga kedalaman 2.800 meter. Mencapai titik di mana lapisan es Antartika bertemu dengan batuan dasar.
Data yang dikumpulkan berpotensi memperluas pemahaman kita tentang perubahan iklim yang terjadi selama jutaan tahun.
Dikutip dari Click Petroleo Gas, Minggu (12/1), Frank Wilhelms, peneliti utama dan profesor tambahan di Universitas Göttingen dan Institut Alfred Wegener mengatakan mereka menemukan catatan yang mencakup rentang 0,8 hingga 12 tahun yang lalu.
“Persis seperti yang diprediksi. Ini memperluas inti es yang diperoleh 20 tahun lalu oleh proyek EPICA,” tambahnya.
Inti es yang dihasilkan memiliki panjang 2.800 meter. Namun, yang membuatnya istimewa bukan hanya ukurannya, melainkan kandungan kantong-kantong udara purba yang terawetkan sekitar 1,2 juta tahun lalu, atau bahkan lebih.
Sebagai perbandingan, inti es sebelumnya hanya mampu memberikan bukti langsung tentang iklim dan kondisi lingkungan Bumi hingga 800.000 tahun yang lalu.
Ahli paleoklimatologi memiliki metode yang andal untuk mempelajari iklim masa lalu Bumi secara tidak langsung. Sebagai contoh, analisis inti es telah menunjukkan bahwa kadar karbon dioksida di atmosfer Bumi, yang berfungsi menjebak panas, kini mencapai tingkat tertinggi dalam sekitar 800.000 tahun terakhir. Temuan ini memberikan bukti tak terbantahkan tentang kondisi iklim masa lalu Bumi.
Para ilmuwan meyakini bahwa inti es yang lebih tua ini akan memberikan wawasan baru tentang periode yang dikenal sebagai Transisi Pertengahan Pleistosen, yang terjadi sekitar 900.000 hingga 1,2 juta tahun yang lalu.
Pada masa tersebut, terjadi perubahan mencolok dalam interval antara siklus glasial, proses tersebut ketika lapisan es meluas di sebagian besar benua lalu menyusut kembali dari 41.000 tahun menjadi 100.000 tahun.
Proses pengeboran kini telah selesai. Namun, upaya untuk membawa es tersebut dengan aman ke laboratorium dan menganalisis atmosfer yang berusia lebih dari satu juta tahun kini memasuki tahap berikutnya.
“Inti es yang sangat berharga yang diperoleh selama ekspedisi ini akan dikirim ke Eropa menggunakan kapal pemecah es Laura Bassi, dengan memastikan rantai dingin tetap terjaga pada suhu minus 50 derajat Celsius, tantangan signifikan bagi proyek logistik," jelas Gianluca Bianchi Fasani, kepala logistik ENEA (Badan Nasional untuk Teknologi Baru, Energi, dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan) untuk proyek Beyond EPICA. (Z-1)
TIM peneliti asal Korea Selatan berhasil menciptakan inovasi baru pengalihan molekuler yang bisa membalikkan transisi sel kanker menjadi tidak ganas.
Vitamin D kerap diasosiasikan sebagai suplemen yang mampu memperlambat penuaan. Vitamin D memang penting untuk membangun otot dan tulang.
Penelitian ini berawal dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang telah lama memanfaatkan sarang tawon angkut-angkut untuk menyembuhkan luka, terutama pada bekas khitan.
Perpanjangan kerja sama ini merupakan tonggak penting hubungan dan kolaborasi kedua perguruan tinggi yang telah berjalan selama 10 tahun.
Para peneliti dari Vesuvius Challenge berhasil menguraikan gulungan naskah PHerc. 172 yang terkubur akibat letusan Gunung Vesuvius, mengungkap judul dan penulisnya.
Jika kita menyeduh kopi, butiran kopi bubuk akan terekspos air panas. Air panas ini akan mengekstraksi komponen yang dikandung kopi seperti aroma, minyak, dan bagian lainnya.
Para peneliti telah menemukan jenis astrosit baru, sel berbentuk bintang yang memainkan peran krusial dalam komunikasi neuron serta menjaga stabilitas penghalang pelindung otak.
Bukti tertua tentang manusia yang hidup di hutan hujan tropis Afrika sekitar 150.000 tahun lalu telah terungkap dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Nature.
Air dari lapisan Es Greenland ini sudah menjadi sumber global terbesar atas kenaikan permukaan laut dengan menyumbang kenaikan 0,6 inci (15,24 centimeter) sejak 1990-an.
Selama dua dekade terakhir, dua fosil kecil berbentuk oval dianggap sebagai sisa-sisa tumbuhan purba yang telah punah.
Dengan menggunakan mikroskop elektron canggih dan pencitraan tomografi atom, para peneliti mampu melihat dan memahami struktur nano titanium.
Setidaknya ada lima teori atom yang dikembangkan ilmuwan sejak dulu. Apa saja perkembangan lima teori atom itu? Berikut penjelasannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved