Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Perkembangan Era Digital Tuntut Profesional Kelola Krisis Komunikasi

Indrastuti
24/12/2024 20:32
Perkembangan Era Digital Tuntut Profesional Kelola Krisis Komunikasi
Ilustrasi(Dok UP)

DI era digital yang terus berkembang dibutuhkan profesional yang mampu memiliki kompetensi khusus dalam mengelola komunikasi krisis di tengah situasi dan dinamika yang terjadi.

Sebab, di era post-truth saat ini, krisis komunikasi tak hanya dipicu kesalahan informasi, tetapi juga disinformasi dan hoaks yang sengaja disebarkan untuk memanipulasi opini publik.

Dalam konteks kebencanaan alam atau krisis sosial misalnya, fenomena ini sering ditemui, melalui penyebaran berita palsu yang memperburuk keadaan dan memperpanjang durasi krisis.

Untuk itu perlu diketahui agar organisasi, pemerintah, dan masyarakat dapat merespons krisis komunikasi di era digital dengan lebih baik, melalui pemanfaataan teknologi dan strategi komunikasi lebih efektif untuk menangkal disinformasi.

"Komunikasi krisis amat penting dan relevan di tengah situasi post-truth saat ini. Krisis memerlukan penanganan komunikasi baik sebelum, sesaat, maupun sesudah krisis," ungkap Rektor Universitas Pancasila (UP) Prof Dr Marsudi Kisworo IPU saat meresmikan pembukaan program studi S2 Magister Media dan Komunikasi dengan konsentrasi Komunikasi Krisis di Kampus UP, Jakarta, Selasa (24/12).

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) UP Anna Agustina menyampaikan program studi S2 Magister Media dan Komunikasi dengan konsentrasi Komunikasi Krisis ini didirikan setelah melalui kajian dan refleksi panjang atas tantangan komunikasi pada organisasi, pemerintah, dan masyarakat dalam berbagai situasi krisis.

Menurut dia, krisis saat ini tidak hanya bencana, tetapi juga dapat terjadi melalui penggunaan platform digital. Karenanya, lulusan program studi magister ini ke depannya diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis kuat, tapi juga keterampilan praktis untuk menghadapi krisis di dunia nyata.

Sementara itu, Kepala Program Studi Magister Media & Komunikasi Fikom UP Sudarto mengatakan program studi Media dan Komunikasi ini dirancang agar lulusannya dapat mengelola komunikasi krisis dengan tiga tahapan krisis yakni pra-krisis (mitigasi dan perencanaan krisis), saat krisis (komunikasi krisis saat situasi darurat), dan pasca-krisis (evaluasi dan perbaikan sistem komunikasi di masa depan).

"Dengan pemahaman komprehensif di ketiga tahapan tersebut, diharapkan tidak hanya mampu mengelola komunikasi selama krisis terjadi, tetapi juga mampu membantu organisasi untuk memitigasi risiko dan mengurangi potensi kerusakan di masa depan," terang Sudarto.

Bersamaan pembukaan program studi S2 Magister Media dan Komunikasi itu juga digelar seminar bertemakan Crisis Communication in The Post-Truth Era dengan narasumber Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi yang mengupas materi Tantangan Era Post-Truth dalam Penanggulangan Bencana dan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Ubaidillah yang memaparkan materi bertema Komunikasi Krisis Dunia Penyiaran. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya