Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Masyarakat Perlu Bersiap Jalani Liburan Nataru di Tengah Potensi Cuaca Ekstrem

Atalya Puspa
18/12/2024 20:27
Masyarakat Perlu Bersiap Jalani Liburan Nataru di Tengah Potensi Cuaca Ekstrem
Petugas memeriksa kondisi bus saat melakukan pemeriksaan kelaikan kendaraan (ramp check) di Terminal Mengwi, Badung, Bali, Senin (16/12/2024).(ANTARA/FIKRI YUSUF )

BERDASARKAN survei Kementerian Perhubungan, sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan liburan panjang, Natal dan Tahun Baru 2025 untuk tujuan wisata. 

Namun, liburan di tengah kondisi perubahan iklim dan cuaca ekstrem menghadirkan tantangan tersendiri. Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Suharko menyatakan, informasi cuaca yang disediakan oleh lembaga seperti BMKG dan Kementerian Perhubungan sudah sangat lengkap dan canggih. Karenanya, masyarakat perlu memanfaatkannya. 

“Aplikasi-aplikasi berbasis digital juga semakin canggih. Tapi yang saya khawatir adalah justru pada level kesadaran dari warga kita, yang mohon maaf kalau saya boleh menilai secara umum mungkin masih kurang peduli, kurang care,” ujar Suharko dalam Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (18/12).

Suharko menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan informasi cuaca untuk mitigasi risiko selama perjalanan. Edukasi tentang keselamatan, kepatuhan pada rambu lalu lintas, serta kewaspadaan terhadap kondisi jalan yang padat harus terus ditingkatkan. 

“Ini menjadi tugas tambahan dari Bapak-Bapak di Kementerian Perhubungan, pos-pos peduli, dan Kepolisian untuk terus mengimbau masyarakat, terutama yang di jalan, agar selalu waspada,” tegasnya.

Selain itu, mobilitas yang meningkat selama liburan juga memberikan tekanan pada infrastruktur. Di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), misalnya, Suharko mencatat bahwa hampir semua jalan, termasuk jalan-jalan kampung, mengalami kepadatan. 

Situasi ini mengharuskan masyarakat untuk lebih cermat dalam merencanakan perjalanan mereka, termasuk memilih moda transportasi, tujuan wisata, serta kelengkapan yang dibutuhkan.

Suharko juga menekankan bahwa liburan bukan hanya soal bepergian ke destinasi populer, tetapi juga tentang bagaimana wisata bisa menjadi penggerak ekonomi lokal. 

Dalam konteks ini, ia mendorong masyarakat untuk menjelajahi destinasi-destinasi wisata domestik yang dihasilkan dari kreativitas dan inovasi komunitas lokal. 

“Saya ingin mempromosikan destinasi-destinasi wisata lokal, baik itu wisata alam, ekologis, kultural, sejarah, edukasi, religi, maupun kuliner. Semua ini adalah produk kreativitas dan inovasi dari warga kampung, desa, atau komunitas lokal,” paparnya.

Menurut Suharko, desa wisata menjadi contoh nyata bagaimana pariwisata dapat menggerakkan ekonomi lokal.  Ia mengacu pada data yang menunjukkan adanya hampir 2.000 destinasi desa wisata di Indonesia, meskipun beberapa di antaranya mungkin sudah tidak aktif. 

Desa wisata ini, yang sebagian besar dikembangkan melalui dana desa dalam 10 tahun terakhir, menunjukkan potensi besar untuk membangun ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Dengan momentum liburan ini, kita beri kesempatan kepada komunitas lokal untuk memetik buah dari upaya mereka mengembangkan kreativitas dan inovasi. Ini bukan hanya tentang menggerakkan roda ekonomi, tetapi juga tentang menghargai hasil kerja keras mereka,” tutup Suharko. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya