Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RENCANA Kementerian Kehutanan untuk mengembangkan hutan bioetanol memicu pro dan kontra. Manajer Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional Uli Arta Siagian menyatakan bahwa konsep hutan bioetanol tidak sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Pasalnya, hutan bioetanol sebenarnya merupakan kebun monokultur, bukan ekosistem hutan yang kaya dengan biodiversitas.
“Hutan itu adalah keberagaman ekosistem, keberagaman tumbuhan hutan, pohon-pohon hutan, dan biodiversitas yang kaya. Sedangkan bioetanol itu dia kebun monokultur," kata Uli saat dihubungi, Senin (16/12).
Sebagai informasi, sebelumnya Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyiapkan kawasan hutan untuk bioetanol. Hal tersebut dilakukan sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, untuk mendukung swasembada pangan dan energi.
Sebagai contoh nyata, Uli merujuk pada pembukaan lahan hutan di Merauke, Papua, untuk food estate dan kebun tebu yang diperuntukkan bagi produksi bioetanol. Proyek tersebut, kata Uli, tidak hanya menghasilkan deforestasi besar-besaran, tetapi juga melanggar hak asasi manusia, terutama hak masyarakat adat.
“Masyarakat adat tidak pernah dilibatkan sama sekali. Tidak ada partisipasi penuh dan bermakna dari mereka untuk menentukan seperti apa kepengurusan wilayah adat mereka,” ujarnya.
Uli menekankan bahwa masyarakat adat memiliki hubungan yang erat dengan wilayah adat dan hutan. Hutan adat bagi mereka bukan hanya sumber penghidupan tetapi juga identitas. Perubahan lanskap hutan menjadi kebun tebu tidak hanya merusak ekosistem tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat secara langsung.
Konversi hutan menjadi hutan bioetanol juga dinilai akan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, termasuk sumber pangan dan obat-obatan lokal. Selain itu, hal ini juga berpotensi memicu bencana ekologis seperti banjir dan longsor, serta menyumbang emisi gas rumah kaca dalam skala besar. “Dalam konteks yang lebih besar lagi, ini akan berkontribusi pada krisis iklim,” tegas Uli.
WALHI memandang bahwa bioetanol, sebagai bagian dari transisi energi, justru dapat menciptakan masalah baru apabila dikelola dalam kerangka bisnis semata. Menurut Uli, transisi energi seharusnya dilakukan dengan prinsip keadilan, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.
“Energi itu adalah hak, bukan komoditas. Tugas negara adalah memastikan hak masyarakat terhadap energi itu bisa terwujud,” kata dia.
Uli menegaskan pentingnya memastikan bahwa transisi energi memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak.
“Ada pertanyaan ekonomi politik yang harus dijawab, seperti, untuk siapa lahan itu dikelola, siapa yang menikmatinya, dan apa dampaknya,” pungkasnya.
Gerakan Wakaf Hutan ini disosialisasikan dalam acara ‘Sehati untuk Bumi’ yang berlangsung di Gedung Sate, Kota Bandung
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menyatakan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di dalam kawasan tersebut, Rabu (19/6) petang kemarin, berhasil dipadamkan
EMPAT anak yang hilang selama 40 hari di hutan Amazon dalam sebuah kecelakaan pesawat, ditemukan dalam keadaan hidup, sedangkan ibu mereka meninggal dunia.
KANADA sedang mengalami musim kebakaran hutan yang hebat. Masyarakat adat setempat atau yang dikenal First Nations, mengatakan bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk
Pemerintah Brasil melaporkan penurunan sebesar 33,6% tersebut didasarkan pada citra satelit yang diambil oleh Institut Penelitian Antariksa Nasional.
Tanah gundul besar di antara kanopi hutan terlihat dari atas pegunungan Carpathian Rumania. Tunggul-tunggul yang menancap di tanah mengingatkan pohon yang ditebang menjadi batang kayu.
Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) mengumumkan penemuan tiga spesies keanekaragaman hayati baru di Indonesia.
INDONESIA memiliki kekayaan biodiversitas yang tinggi. Karena letak Indonesia di dua wilayah biogeografi Australasia dan Indomalaya serta memiliki zona transisi Wallace.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, Indonesia merupakan tempat 17% satwa liar dengan 1000 spesies yang berbeda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved