Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Ledakan radio cepat (Fast Radio Bursts/FRB) adalah fenomena astronomi yang masih menjadi misteri besar hingga saat ini. Namun, para ilmuwan telah menemukan indikasi bahwa ledakan energi misterius itu bisa terjadi ketika asteroid menabrak sebuah bintang mati yang sangat padat atau yang biasa disebut bintang neutron. Tabrakan itu menghasilkan energi yang sangat besar, cukup untuk memenuhi kebutuhan daya manusia selama 100 juta tahun.
FRB sendiri adalah ledakan gelombang radio singkat yang dapat bertahan mulai dari beberapa milidetik hingga beberapa detik. Selama waktu tersebut, FRB bisa menghasilkan energi setara dengan jumlah yang dibutuhkan Matahari untuk memancarkannya dalam beberapa hari.
Pertama kali diamati pada tahun 2007, ledakan energi ini terus menyimpan misterinya karena jarang terdeteksi hingga tahun 2017. Pada tahun tersebut, Eksperimen Pemetaan Intensitas Hidrogen Kanada (CHIME) mulai beroperasi dan sering kali menemukan FRB.
Dikutip dari Space.com pada Selasa (10/12), pemimpin tim dan ilmuwan Universitas Toronto, Dang Pham mengatakan selama bertahun-tahun, telah diketahui bahwa asteroid dan komet yang menghantam bintang neutron bisa menghasilkan sinyal seperti FRB, namun hingga kini, masih belum jelas apakah peristiwa ini terjadi cukup sering di seluruh alam semesta untuk menjelaskan kemunculannya.
"Kami telah menunjukkan bahwa objek antarbintang (ISO), kelas asteroid dan komet yang belum diteliti yang diperkirakan ada di antara bintang-bintang di galaksi di seluruh alam semesta, jumlahnya mungkin cukup banyak sehingga dampaknya terhadap bintang neutron dapat menjelaskan FRB,” tambahnya.
Penelitian tim tersebut juga mengungkapkan sifat-sifat lain yang diharapkan dari dampak ini, yang sesuai dengan pengamatan FRB, seperti durasi, energi, dan frekuensi terjadinya selama masa hidup alam semesta.
Bintang neutron terbentuk ketika bintang-bintang masif mati dan inti mereka runtuh, menciptakan objek padat dengan massa setara Matahari, namun terkompresi dalam ukuran yang tidak lebih besar dari lebar rata-rata kota di Bumi.
Hasilnya adalah sisa bintang dengan sifat-sifat ekstrem, seperti materi terpadat yang dikenal di alam semesta (sebuah sendok teh dapat memiliki berat 10 juta ton jika dibawa ke Bumi) dan medan magnet terkuat yang ada, triliunan kali lebih kuat dari magnetosfer Bumi.
"Bintang-bintang neutron adalah tempat-tempat ekstrem, dengan lebih dari massa matahari terjepit ke dalam bola dengan lebar sekitar 12 mil (20 km), sehingga mereka memiliki beberapa medan gravitasi dan magnet terkuat di alam semesta," kata Matthew Hopkins, anggota tim dan astrofisikawan Universitas Oxford.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sejumlah besar energi potensial dilepaskan ketika sebuah asteroid atau komet jatuh ke bintang neutron, dalam bentuk kilatan gelombang radio yang cukup terang untuk terdeteksi di seluruh alam semesta.
Para astronom telah mendeteksi FRB dari seluruh langit, sehingga beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa 10.000 FRB dapat terjadi di titik acak di langit di atas Bumi setiap hari. Jika ini benar, berarti banyak tabrakan antara bintang neutron dan asteroid.
Selain itu, para peneliti menunjukkan bahwa jumlah bintang neutron dan objek antarbintang meningkat seiring dengan usia alam semesta. Hal ini berarti bahwa laju tabrakan antara bintang neutron dan objek antarbintang juga akan meningkat seiring berjalannya waktu kosmik.
"Kami menemukan bahwa model ini tidak dapat menjelaskan FRB yang berulang karena bintang neutron yang bertabrakan dengan batuan antarbintang merupakan peristiwa yang langka," jelas Hopkins.
Tabrakan antara bintang neutron dan objek antarbintang sangat jarang terjadi. Sebagai perbandingan, FRB yang berulang biasanya terjadi jauh lebih cepat dengan beberapa diantaranya teramati terjadi hingga dua kali ledakan per jam.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jika FRB yang terjadi sekali saja disebabkan oleh tabrakan antara bintang neutron dan asteroid. Maka FRB yang berulang dapat menunjukkan bintang-bintang mati tersebut bertabrakan dengan sabuk asteroid, seperti yang ada di tata surya antara Mars dan Jupiter. (Z-11)
Penelitian terbaru dalam dunia astronomi mengungkapkan fakta mengejutkan: Bumi pernah memiliki hingga enam “bulan mini” sekaligus.
Simak 10 fakta menarik gerhana matahari total 2 Agustus 2027. Fenomena langka ini akan membuat dunia gelap selama lebih dari 6 menit. Jangan lewatkan!
Gerhana matahari total 2 Agustus 2027 akan membuat langit gelap hingga 6 menit. Fenomena langka ini hanya terjadi sekali dalam 100 tahun. Simak faktanya!
KASA berencana meluncurkan satelit astronomi pertamanya pada 2030.
PhoSim, perangkat lunak simulasi cahaya, membantu astronom modern menghadapi lonjakan data dari teleskop survei besar seperti Vera Rubin Observatory.
Strawberry Moon mungkin salah satu fenomena bulan yang paling populer, tapi tahukah kamu bahwa ada banyak fenomena bulan lainnya selain Strawberry Moon yang terjadi sepanjang tahun
Objek trans-Neptunian 2020 VN40 ditemukan bergerak selaras dengan Neptunus dalam pola orbit yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Objek langka 2023 KQ14 ditemukan Teleskop Subaru di luar Pluto. Orbit uniknya menantang teori Planet Sembilan dan ungkap petunjuk sejarah awal Tata Surya.
Para astronom kembali dikejutkan oleh kemunculan objek luar angkasa misterius yang diyakini sebagai pengunjung antarbintang ketiga dalam sejarah manusia
Tata surya kini kedatangan tamu tak diundang yang sedang bergerak cepat menuju kita dalam perjalanan searah melintasi ruang angkasa kita.
Pelajari seberapa cepat pesawat luar angkasa harus melaju untuk keluar dari Tata Surya. Temukan fakta ilmiah di balik kecepatan lepas Bumi dan Matahari.
Penemuan tak disengaja dalam simulasi visual menunjukkan pola spiral tersembunyi di Awan Oort.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved