Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Perburuan Paus: Tradisi yang Kontroversial dan Praktik yang Bertahan di Zaman Modern

Nur Amalina
02/12/2024 09:31
Perburuan Paus: Tradisi yang Kontroversial dan Praktik yang Bertahan di Zaman Modern
Nelayan di Faroe Island mengangkut hiu yang berhasil mereka bunuh.(AFP/Andrija ILIC)

PERBURUAN paus adalah topik yang selalu memicu perdebatan sengit. Praktik ini telah dilakukan selama ribuan tahun oleh berbagai komunitas di seluruh dunia. 

Di satu sisi, aksi ini merupakan bagian penting dari tradisi dan kebudayaan masyarakat tertentu. Di sisi lain, perburuan paus modern telah menjadi sorotan internasional karena isu-isu terkait keberlanjutan, konservasi, dan hak-hak hewan. 

Meskipun demikian, perburuan paus komersial dan tradisional masih tetap dipraktikkan hingga saat ini, dengan beberapa negara tetap membela hak mereka untuk melanjutkan tradisi ini.

Perburuan Paus Komersial: Norwegia, Islandia, dan Jepang

Meskipun sebagian besar dunia sepakat menghentikan perburuan paus, beberapa negara terus mengoperasikan industri ini. 

Norwegia dan Islandia adalah dua negara yang masih melakukan perburuan paus secara komersial. 

Norwegia secara terbuka menentang moratorium perburuan paus yang diberlakukan oleh Komisi Perburuan Paus Internasional (IWC) pada 1986, dan memutuskan untuk menetapkan kuota mereka sendiri. 

Islandia, yang sempat keluar dari IWC pada 1992, kembali bergabung pada 2002 dengan keberatan terhadap moratorium tersebut. 

Negara ini juga menetapkan batas tangkapan mereka sendiri, meskipun sejak 2018, Islandia belum melakukan perburuan paus lagi.

Jepang, yang telah lama terkenal dengan tradisi perburuan pausnya, meninggalkan IWC pada 2019 dan mulai menangkap paus secara komersial. 

Keputusan ini memungkinkan Jepang untuk melanjutkan perburuan paus tanpa terikat oleh regulasi internasional, meskipun hasil tangkapan mereka tetap dilaporkan ke IWC. 

Perburuan paus komersial ini menuai kritik keras dari berbagai organisasi konservasi dan pemerintah di seluruh dunia yang berusaha melindungi spesies paus yang terancam punah.

Perburuan Paus Tradisional

Di sisi lain, ada pula perburuan paus tradisional yang dipraktikkan oleh masyarakat adat dan komunitas tertentu. Perburuan paus jenis ini, yang sering disebut sebagai "perburuan paus subsisten," dilakukan untuk tujuan konsumsi pribadi dan pelestarian budaya, bukan untuk tujuan komersial. 

Komunitas-komunitas di Greenland, Siberia, Alaska, dan beberapa pulau kecil di Pasifik Utara masih melakukan perburuan ini hingga sekarang. 

Mereka menggunakan paus sebagai sumber makanan utama dan bahan untuk berbagai keperluan lainnya, seperti alat dan peralatan tradisional.

Salah satu contoh perburuan paus tradisional adalah Grindadrap di Kepulauan Faroe, yang merupakan bagian dari Denmark. 

Praktik perburuan paus pilot bersirip panjang ini telah ada sejak abad ke-16, dan setiap tahun sekitar 1.000 paus diburu oleh penduduk lokal. Daging paus pilot ini kemudian didistribusikan di seluruh komunitas. 

Meskipun perburuan ini memiliki nilai budaya yang tinggi, hal ini juga memicu kontroversi terkait dengan cara perburuan yang dilakukan dan dampaknya terhadap populasi paus.

Perburuan Paus di Indonesia dan Kanada

Beberapa negara yang tidak tergabung dalam IWC juga memiliki tradisi perburuan paus yang sudah berlangsung lama. 

Di Indonesia, misalnya, di desa Lamarela, perburuan paus sperma telah dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tombak sejak abad ke-17. 

Sekitar 30 hingga 50 paus sperma diburu setiap tahun, dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat setempat. Praktik ini masih dilanjutkan sebagai bagian dari tradisi mereka.

Di Kanada, komunitas Inuit di wilayah utara melakukan perburuan paus beluga dan narwhal, serta paus kepala busur, setiap beberapa tahun. 

Perburuan ini dilakukan dengan cara yang sangat bergantung pada teknik tradisional dan dijalankan dengan pengaturan ketat untuk memastikan kelestarian populasi paus yang diburu.

Kontroversi Seputar Perburuan Paus: Antara Tradisi dan Konservasi

Perburuan paus, baik yang dilakukan secara tradisional maupun komersial, terus menjadi isu yang sangat kontroversial. 

Para pendukung perburuan paus sering kali berargumen bahwa ini adalah bagian penting dari budaya dan cara hidup mereka yang telah dilakukan selama ribuan tahun. 

Di sisi lain, kelompok konservasi dan pemerintah di banyak negara menekankan pentingnya melindungi spesies paus yang semakin terancam punah akibat perburuan yang berlebihan.

Seiring waktu, paus telah menjadi simbol perlindungan terhadap satwa liar dan upaya pelestarian alam. 

Banyak spesies paus, seperti paus biru dan paus kepala busur, kini terancam punah akibat perburuan berlebihan pada masa lalu. Selain itu, perburuan paus juga berpotensi merusak keseimbangan ekosistem laut, karena paus memiliki peran penting dalam siklus alam.

Meskipun demikian, di beberapa komunitas, daging paus masih menjadi sumber utama pangan dan penting dalam kehidupan sosial serta budaya mereka. Oleh karena itu, meskipun praktik ini kontroversial, ada upaya untuk menyeimbangkan antara penghormatan terhadap tradisi dan kebutuhan untuk melindungi spesies paus yang terancam. (berbagai sumber/Z-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya