UNAIDS laporkan 630.000 kematian terkait AIDS pada 2023

Siti Sayidah
27/11/2024 22:05
 UNAIDS laporkan 630.000 kematian terkait AIDS pada 2023
Pita merah, simbol kepedulian terhadap AIDS.(Dok. Freepik)

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah tahap akhir dari infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Angka kematian akibat AIDS mengalami peningkatak setiap tahunnya.

Orang yang terkena AIDS tubuhnya akan kehilangan kemampuan untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya, sehingga membuat orang tersebut rentan terhadap berbagai komplikasi kesehatan.

Selain itu, penyakit ini masih menjadi tantangan kesehatan bagi seluruh masyarakat dunia. Di Indonesia, upaya untuk mengendalikan penyebaran AIDS terus dilakukan, meskipun tantangan dalam penanganan dan pencegahan masih diupayakan dengan maksimal.

Fakta global AIDS 2023

Menurut laporan terbaru dari Program Gabungan PBB untuk HIV dan AIDS (UNAIDS), sepanjang tahun 2023, sebanyak 630.000 orang meninggal akibat penyakit terkait AIDS. Selain itu, terdapat 1,3 juta infeksi baru HIV di seluruh dunia.

Lebih lanjut, pada tahun 2023 juga sekitar 39,9 juta orang hidup dengan HIV, meningkat 900.000 dibandingkan tahun sebelumnya.

Meskipun kemajuan dalam pengobatan terus dicapai, masih ada 9,3 juta orang yang tidak memiliki akses terhadap terapi yang dapat menyelamatkan nyawa.

Laporan UNAIDS juga mencatat peningkatan jumlah infeksi HIV di 28 negara. Selain itu, terdapat kesenjangan yang mencolok di antara kelompok muda, terutama perempuan dan anak perempuan berusia 15 hingga 24 tahun.

Di Afrika bagian timur dan selatan, perempuan dalam kelompok usia ini memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk terinfeksi HIV dibandingkan laki-laki. Setiap hari, sekitar 570 perempuan muda dan anak perempuan dari kelompok usia ini terinfeksi HIV.

Langkah menuju akhir AIDS

Pada laporan UNAIDS yang dirilis menjelang Hari AIDS Sedunia 2024 menekankan pentingnya mempercepat langkah untuk mengakhiri epidemi AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada 2030.

Direktur Eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima, menjelaskan bahwa pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masih menjadi hambatan besar dalam upaya mengakhiri AIDS.

Masalah seperti terbatasnya akses pendidikan bagi wanita muda dan kurangnya tindakan hukum terhadap kekerasan berbasis gender terus memperlambat kemajuan pemberantasan penyakit ini.

"Untuk melindungi kesehatan setiap orang, kita harus melindungi hak-hak setiap orang," tegasnya.

Selain itu, para ahli kesehatan seperti Alexandra Calmy dari Rumah Sakit Universitas Jenewa menegaskan pentingnya mengembangkan terapi dan langkah pencegahan inovatif yang dapat diakses oleh semua orang tanpa terkecuali. Dengan kerja sama global dan komitmen yang kuat, akhir dari epidemi AIDS dapat diwujudkan. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya