Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SUKU Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan menangani sebanyak 655 orang pengidap "Human Immunodeficiency Virus" (HIV) melalui pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menghambat pertumbuhan virus.
"Yang mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 655 atau 77 persen dari jumlah pengidap HIV di Jakarta Selatan," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Jumat (8/11)
Yudi mengatakan pada 2024, di sejumlah fasilitas kesehatan wilayah Jakarta Selatan telah dilakukan pemeriksaan (skrining) HIV pada 73.048 orang.
Dari jumlah tersebut, terdapat penambahan kasus baru HIV positif sebanyak 855 orang. "Dari 855 orang, itu yang menjalani pengobatan sebanyak 655 orang," ujarnya.
Selain mengurangi risiko, layanan ARV juga dapat menghambat buruknya infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.
Kemudian, salah satu terobosan penanganan HIV-AIDS juga dilakukan oleh Puskesmas Mampang Prapatan yang menjadi wakil Jakarta Selatan dalam lomba Konvensi Mutu Tingkat Provinsi DKI Jakarta Tahun 2024.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Puskesmas Mampang Prapatan, Pratama Kurnia Dewi mengatakan pihaknya membuat inovasi Self Test HIV-AIDS (SETIA) sebagai upaya meningkatkan pemeriksaan HIV-AIDS secara mandiri, khususnya bagi populasi kunci.
"SETIA ini dapat mendukung masyarakat mencari tahu status HIV mereka dimana saja dan kapanpun mereka siap karena sifatnya yang mudah, cepat, dan tentunya bersifat privasi," ujar Dewi.
Dia menjanjikan SETIA bersifat privasi yang diharapkan masyarakat tertarik melakukan tes lebih dini dibandingkan jika harus datang ke fasilitas kesehatan. Inovasi ini memberikan kebebasan kepada pasien memeriksakan dirinya tanpa perlu khawatir nantinya timbul stigma dari lingkungannya.
"Capaian sejak tahun 2021 semakin meningkat dan luas menjangkau para populasi kunci untuk melakukan tes mandiri HIV-AIDS," tambahnya.
Ia menambahkan Puskesmas Mampang Prapatan juga menyiapkan paket lengkap untuk optimalisasi pengendalian HIV-AIDS melalui inovasi TERATAI.TERATAI merupakan akronim dari ODHIV mengetahui statusnya, ODHIV mendapatkan pengobatan ART, ODHIV on ART tersupresi virusnya dengan strategi trIple 95.
"Inovasi ini mencakup edukasi, pengingat minum obat, pengingat pemeriksaan laboratorium berkala, dan penyampaian hasil laboratorium secara otomatis," jelasnya.
Ia menambahkan, seluruh inovasi ini dilakukan untuk upaya mendukung target eliminasi HIV-AIDS di tahun 2030, yang juga dituangkan di dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs-3.3). (Ant/H-2)
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Jawa Barat (Jabar), merupakan daerah dengan lokalisasi prostitusi terbanyak di Indonesia.
Modus pesta gay ini adalah family gathering. Penyelenggara juga menyebarkan undangan melalui media sosial dengan biaya pendaftaran Rp200 per orang.
Bantuan disalurkan melalui Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta pada Senin di Jakarta (22/7).
TERJADINYA pandemi Covid-19 selama beberapa tahun sejak awal 2020, telah berdampak secara nyata pada penanganan penyakit tuberkulosis (TBC) dan HIV.
Sebuah studi besar yang didanai National Institutes of Health (NIH) menunjukkan transplantasi ginjal antara donor dan penerima yang sama-sama mengidap HIV (HIV D+/R+) aman.
Untuk pertama kalinya, American Academy of Pediatrics (AAP) mengubah pendiriannya dengan menyatakan bahwa orang dengan HIV bisa menyusui bayinya jika mereka mengikuti pedoman tertentu
Ketika virusnya sudah terkontrol maka pemerintah harus bisa mengupayakan agar pemeriksaan dan pengambilan obat dilakukan tiga bulan sekali saja.
Herpes zoster menimbulkan ruam yang amat nyeri. Penyebabnya adalah reaktivasi virus cacar air yang ‘tinggal’ di dalam tubuh.
Prostitusi online dan penyuka sesama jenis atau LGBT menjadi faktor pendorong tingginya angka HIV/AIDS di Kabupaten Subang.
Calon pemimpin (sebenarnya) tidak peduli terhadap isu kelompok marginal. Yang mereka pikirkan hanyalah kemenangan saja.
Masih adanya stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di masyarakat, sehingga mereka kerap diabaikan sebagai pemilih.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved