Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bisakah Lebah Madu dan Anjing Mengungguli Teknologi dalam Mendeteksi Kanker Lebih Awal

Abriel Okta Rosetta
26/11/2024 18:47
Bisakah Lebah Madu dan Anjing Mengungguli Teknologi dalam Mendeteksi Kanker Lebih Awal
Penelitian Universitas Negeri Michigan mengungkap kemampuan luar biasa lebah madu dalam mendeteksi kanker paru-paru dengan akurasi hingga 93% melalui indra penciuman. (Courtesy Saha Lab)

PENELITIAN terbaru dari Universitas Negeri Michigan mengungkapkan kemampuan luar biasa lebah madu dalam mendeteksi kanker paru-paru.

Dengan indra penciuman yang tajam, lebah ini mampu membedakan napas penderita kanker dari napas orang sehat hanya dengan mencium aroma senyawa tertentu.

"Dunia kita bersifat visual, dunia serangga sepenuhnya bergantung pada penciuman, jadi indra penciuman mereka sangat, sangat baik," kata Debajit Saha, asisten profesor teknik biomedis di Universitas Negeri Michigan, bagian dari tim yang menerbitkan penelitian tentang penemuan ini.

Peneliti memanfaatkan teknologi canggih dengan memasang elektroda di otak lebah madu, yang kemudian dipaparkan pada senyawa sintetis yang meniru napas pasien kanker. Hasilnya sangat menjanjikan, dengan tingkat akurasi hingga 93%. 

Lebah mampu membedakan berbagai jenis kanker paru-paru. Temuan ini membuka potensi besar dalam mendeteksi kanker paru-paru, payudara, kepala dan leher, serta kanker kolorektal lebih awal.

Para peneliti percaya perubahan aroma napas sering kali menjadi tanda awal pertumbuhan kanker di tubuh manusia. Dengan pendekatan ini, mereka berharap dapat menciptakan sistem portabel berbasis lebah madu yang memungkinkan diagnosis lebih cepat dan efisien.

Penelitian mengenai deteksi kanker menggunakan hewan bukanlah konsep baru. Contohnya ada penelitian “Penn Vet Working Dog Center” di University of Pennsylvania. Selain lebah, anjing juga menjadi sorotan dalam penelitian deteksi kanker. 

Penciuman Anjing

Dalam penelitian yang dilakukan di daerah Pennsylvania,  anjing dilatih untuk mengenali aroma spesifik yang dihasilkan oleh kanker. Indra penciuman mereka yang sangat tajam, hingga 100.000 kali lebih sensitif dibandingkan manusia, menjadikan mereka alat deteksi yang sangat efektif.

Namun, keberhasilan anjing dalam tugas ini tidak hanya bergantung pada indra penciumannya, tetapi juga pada kemampuannya bekerja sama dengan manusia. Anjing yang tertarik dan menikmati tugas tersebut menunjukkan hasil yang lebih akurat.

Dalam proses pelatihan, anjing-anjing ini memperlakukan pencarian aroma kanker sebagai permainan, membuat mereka lebih terlibat dan termotivasi.

"Mengapa kami menemukan bahwa anjing-anjing ini mengungguli komputer, jawabannya sebagian dari keberhasilan mereka adalah karena kepekaan yang lebih unggul dalam mendeteksi molekul bau dibandingkan dengan apa pun yang saat ini ada di pasaran." jelas Amritha Mallikarjun, peneliti pascadoktoral lainnya.

Akurasi

Hasil dari studi ini menunjukkan baik lebah madu maupun anjing mampu mendeteksi kanker. Lebah madu mampu deteksi dengan tingkat akurasi yang mengesankan, bahkan lebih baik dari beberapa teknologi yang tersedia saat ini. 

Peneliti juga berupaya mengembangkan teknologi seperti e-nose, perangkat yang dapat meniru kemampuan penciuman anjing, untuk membawa inovasi ini ke tingkat berikutnya.

Pendekatan ini mengingatkan kembali pada metode kuno yang pernah digunakan dokter di zaman Yunani dan Romawi, di mana bau digunakan sebagai alat diagnostik. 

Dengan menggabungkan pengetahuan modern dan naluri alami hewan, deteksi dini kanker berpotensi menjadi lebih cepat, murah, dan efektif, memberikan harapan baru bagi dunia medis. (Voa/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya