Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Investasi pada Anak Usia Dini, Langkah Strategis Memutus Rantai Kemiskinan

Despian Nurhidayat
20/11/2024 14:37
Investasi pada Anak Usia Dini, Langkah Strategis Memutus Rantai Kemiskinan
Acara International Symposium of Early Childhood Development (ECED) Tanoto Foundation, di Jakarta, Rabu, 20 November 2024.(Dok. MI)

COUNTRY Head Tanoto Foundation, Inge Kusuma, mengatakan bahwa periode usia 0--5 tahun adalah momen perkembangan otak yang paling pesat. Inge menegaskan, investasi pada anak usia dini adalah langkah paling strategis untuk memutus rantai kemiskinan dan meningkatkan produktivitas bangsa.

“Pada tahun tiga tahun pertama, 80% otak anak akan berkembang dan ini adalah peluang emas yang tidak dapat terulang lagi. Jika Terlewatkan dampaknya akan panjang. Bukan hanya pada anak, pada keluarganya, komunitasnya dan juga masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya dalam acara International Symposium of Early Childhood Development (ECED) di Jakarta, Rabu (20/11).

James Heckman pakar Ekonomi dari University of Chicago yang merupakan penerima Nobel ekonomi pada 2000 menunjukkan, investasi anak usia dini 0--5 tahun memberikan pengembalian yang tertinggi atau return on investment tertinggi.

“Jadi instrumen investasi terbaik adalah investasi kepada anak usia dini atau mencapai 7% sampai 13% per tahun. Lebih baik daripada instrumen investasi apa pun. Pengembaliannya itu terletak pada pengurangan beban sosial, peningkatan taraf kesehatan, kesejahteraan, dan kemandirian di masa depan. Dari studi ini dan studi lainnya menunjukkan bahwa setiap USD1 yang diinvestasikan akan menghasilkan USD13,” kata Inge.

Namun, di Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan yang sangat besar. Menurutnya setidaknya terdapat tiga masalah besar yaitu gizi dan nutrisi di mana akses ASI eksklusif dan imunisasi masih rendah. Kemudian akses PAUD di mana hanya kurang dari 35% anak Indonesia yang mempunyai akses kepada PAUD berkualitas, dan alokasi anggaran PAUD yang masih sangat rendah tepatnya 0,95% atau kurang dari 1% padahal yang direkomendasikan oleh WHO adalah 10% dari APBN anggaran pendidikan di setiap negara.

“Membesarkan anak itu merupakan tanggung jawab dan kerja sama begitu banyak orang, satu kampung, satu desa, satu komunitas. Maka mari kita menjadikan komunitas dan ekosistem itu kuat, bersatu, berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap anak usia dini di Indonesia meraih potensi terbaiknya,” tegasnya.

Tanoto Foundation percaya bahwa pengembangan dan pendidikan anak usia dini adalah kunci membangun sumber daya manusia unggul. Sebagai organisasi filantropi independen yang sudah 43 tahun berjalan, pihaknya berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di semua tahapan kehidupan, dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan tinggi, dan pengembangan kepemimpinan.

“Dalam simposium ini kami mengangkat tema Nurturing Care for Early Childhood Development. Ini merupakan konsep yang dirancang oleh UNICEF dan World Bank untuk mendukung pencapaian SDG’s. Mulai dari peningkatan gizi, pengurangan angka kematian bayi, akses ke pendidikan prasekolah berkualitas, pencegahan kekerasan, dan pengabaian anak,” jelas Inge.

Di Indonesia konsep ini disebut dengan PAUD Holistik Integratif (PAUD-HI). Simposium ini diharapkan menjadi platform untuk berdiskusi lintas sektoral bertukar pengetahuan, praktik baik, serta memperkuat komitmen kebijakan PAUD-HI di Indonesia.

“Tentunya untuk mewujudkan semua ini diperlukan satu ekosistem PAUD yang baik dan kita mengakui bahwa banyak yang harus kita benahi untuk ekosistem PAUD yang baik di Indonesia. Ekosistem PAUD yang baik memerlukan kolaborasi lintas sektoral, lintas lembaga yang memastikan setiap anak mendapatkan hak tumbuh kembang yang optimal,” urainya.

Inisiasi Konsil PAUD

Tahun ini Tanoto Foundation sendiri telah bermitra dengan pemerintah dan juga berbagai pihak untuk menginisiasi terbentuknya Early Childhood Education and Development Council atau Konsil PAUD di Indonesia.

“Konsil ini berfokus pada lima pilar yaitu penelitian, pendidikan, layanan kebijakan, edukasi masyarakat, dan peningkatan kapasitas tenaga PAUD. Melengkapi ekosistem ini kami juga membentuk komunitas yayasan mitra pembangunan yang menggalang sumber daya bersama-sama untuk mendukung misi Konsil PAUD,” kata dia.

Di tempat yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA), Arifah Fauzi menambahkan, saat ini pemerintah sedang menyusun kebijakan pembangunan jangka menengah 2025-2029 dan telah menempatkan pembangunan prioritas salah satunya adalah pengembangan anak usia dini sebagai salah satu prioritas pembangunan.

“Apa yang dihasilkan dalam simposium ini akan menguatkan arah kebijakan pembangunan anak usia dini untuk lima tahun ke depan,” ujar Arifah.

Menurutnya, pelaksanaan PAUD-HI di Indonesia sudah melalui perjalanan panjang. Inisiatif ini dimulai sekitar 2008 oleh Bappenas dengan mewujudkan strategi nasional PAUD-HI berikut pedoman umumnya. Kemudian untuk memperkuat pelaksanaannya, dikeluarkan Perpres 60/2013 tentang PAUD-HI.

Pada 2019, pemerintah menyusun rencana aksi nasional PAUD HI 2019-2024 yang menjadi momentum peralihan PAUD HI Dari Bappenas kepada ke Kemenko PMH. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Permenko PMK 1/2019 tentang Sub Gugus Tugas PAUD-HI.

“Dalam waktu dekat kami akan menyusun draf rencana aksi nasional tahap kedua untuk periode 2025-2029 yang akan menjadi acuan bagi kementerian/lembaga untuk mengimplementasikan PAUD-HI. Tentunya hasil simposium ini akan menjadi masukan dalam penyiapan draf PAUD-HI agar lebih baik lagi sesuai dengan standar internasional dan nasional,” kata Arifah.

Dari berbagai riset ilmu saraf dan perilaku, telah direkomendasikan agar pemerintah berfokus pada intervensi anak usia dini sebagai upaya memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan produktivitas manusia yang pada ujungnya akan mendorong kemajuan suatu bangsa.

PAUD-HI sebagai sebuah investasi sumber daya manusia Indonesia di masa depan dilaksanakan dengan melibatkan berbagai layanan dari berbagai kementerian/lembaga. Adanya panduan global mengenai pengasuhan dan perawatan untuk pengembangan anak usia dini yang diluncurkan oleh WHO, UNICEF dan world bank pada 2018 akan memperkuat implementasi PAUD HI.

Kerangka kerja global tersebut telah didasarkan oleh berbagai riset mengenai pengembangan anak usia dini dan juga dilengkapi lima aksi strategis untuk memastikan semua anak usia dini dapat berkembang mencapai potensi optimal mereka agar dapat memperkuat tata kelola penyelenggaraan PAUD-HI.

“Untuk mendukung kerangka global tersebut kami dari Kementerian PPPA memiliki tiga program unggulan yaitu ruang bersama merah putih, memaksimalkan call center yang kami miliki, dan satu data berbasis desa tentang perempuan dan anak. Tiga program unggulan ini kami mengambil spirit dari apa yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto,” tandas Arifah. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya