Kipas Angin dan Mandi Malam Sebabkan Pneumonia Dipastikan Hoaks

Basuki Eka Purnama
18/11/2024 11:05
Kipas Angin dan Mandi Malam Sebabkan Pneumonia Dipastikan Hoaks
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis anak subspesialis respirologi lulusan Universitas Indonesia (UI) Wahyuni Indawati memastikan penggunaan kipas angin dan
kebiasaan mandi malam tidak dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit radang paru atau yang biasa dikenal dengan pneumonia.

"Kipas angin bukan penyebab langsung dari penyakit pneumonia, tapi, bisa jadi media untuk memperluas transmisi penularannya," kata Wahyuni, Minggu (17/11).

Pneumonia merupakan peradangan akut pada parenkim paru (alveoli) yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada November 2016, dia mengatakan bakteri Streptococcus Pneumoniae menjadi penyebab yang paling banyak ditemui dalam kasus pneumonia bakterial pada anak-anak. 

Persentasenya mencapai 50%, diikuti dengan influenza tipe B sebesar 20%, dan penyebab lain seperti fungi (jamur) atau virus sebesar 30%.

Terkait dengan penggunaan kipas angin, Wahyuni menjelaskan penularan dapat terjadi hanya bila kipas angin diletakkan di dalam ruangan yang tertutup dan sempat disinggahi orang yang membawa bakteri.

Bakteri yang dibawa dapat menyebar di dalam ruangan melalui droplet atau cipratan air liur yang keluar dari mulut baik melalui bersin, batuk atau saat berbicara. 

Bila cipratan tersebut mengenai kipas angin, maka bakteri akan menempel di permukaan benda dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sementara itu, terkait mandi malam, Wahyuni mengatakan kebiasaan tersebut tidak berkaitan secara langsung sebagai penyebab pneumonia.

Freepik

Mandi malam hanya akan mengubah suhu tubuh seseorang, apalagi bila mandi menggunakan air dingin. Bila anak sedang kurang sehat, daya tahan tubuh menurun sehingga meningkatkan potensi untuk terkena penyakit.

"Juga memang tidak ada penelitian terkait (mandi malam) itu," ucap Wahyuni.

Pneumonia merupakan penyakit menular yang menyebabkan kasus kematian tertinggi pada anak di seluruh dunia. 

Dalam data UNICEF pada 2019, disebutkan bahwa hampir 2.200 anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia setiap hari di seluruh dunia.

Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat pneumonia sebagai penyebab 14,5% kematian bayi dan 5% kematian balita.

Sejauh ini pemberian vaksin konjugat pneumokokus (PCV) secara luas telah terbukti secara signifikan mengurangi beban penyakit pneumonia.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga sudah menambahkan PCV15 dalam vaksinasi yang direkomendasikan untuk memperluas perlindungan anak terhadap bakteri pneumokokus. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya