Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
CUACA lembab biasanya terjadi saat musim hujan. Kondisi ini sering menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama jika tinggal di lingkungan yang kotor dan kurang terawat. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit, terutama penyakit pernapasan seperti Tuberkulosis (TB).
Lantas, apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya?
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang paling banyak menyerang manusia di seluruh dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TB menyebabkan sekitar 1,5 juta kematian setiap tahunnya pada 2020, menjadikan penyakit ini penyebab kematian terbesar ke-13 di dunia dan penyebab kematian menular terbesar kedua setelah covid-19 (lebih banyak dari HIV/AIDS).
TB disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTb) dan umumnya menyerang paru-paru. Meskipun bisa juga menyerang organ tubuh lainnya.
Menurut Laporan TBC Global yang dirilis WHO pada tahun 2023, Indonesia berada di peringkat kedua dunia setelah India dalam jumlah kasus tuberkulosis (TB). Tercatat ada 1.060.000 kasus TB di Indonesia, dengan 134.000 kematian. Artinya, sekitar 15 orang meninggal akibat TB setiap jam di Indonesia.
Meskipun sudah ada program pencegahan dan pengobatan terkait TB, penyakit ini tetap menjadi masalah kesehatan global. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran TB adalah perubahan iklim. Perubahan iklim dapat memengaruhi tempat berkembangnya bakteri penyebab TB terutama jika lingkungan yang ditempati turut lembab.
Suhu dan kelembaban yang tinggi dapat mempercepat perkembangan bakteri penyebab TB. Udara yang lebih hangat mampu menahan lebih banyak uap air, sehingga kelembaban meningkat dan menciptakan kondisi yang lebih nyaman bagi bakteri MTb bertahan di udara.
Menurut National Library of Medicine, perubahan iklim dan penyebaran TB dipengaruhi berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu faktor utama adalah perubahan suhu dan pola hujan, yang dapat mempernyaman lingkungan tempat bakteri TB berkembang.
Selain itu, perubahan pola hujan juga dapat mempengaruhi ketersediaan air bersih, yang sangat penting untuk menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik, keduanya berperan penting dalam pencegahan TB.
Penyakit TB dapat menyebar melalui tetesan air liur yang terinfeksi dari penderita TB lainnya. Orang yang terinfeksi virus ini dapat menularkan saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara.
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyebaran TB melansir dari situs website resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat:
Untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang meningkatkan kelembaban dan memicu penyebaran kembali virus TB, dilansir dari website Rumah Sakit Paru Respira berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi peningkatan kasus TB akibat cuaca lembab.
Lingkungan yang bersih membantu mencegah penyebaran TB, sehingga menjaga kebersihan menjadi langkah penting dalam mengatasi penyakit ini. Upaya ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kesadaran diri sendiri dan masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan menyediakan akses yang lebih baik terkait fasilitas sanitasi yang memadai.
Vaksinasi adalah cara efektif untuk mencegah TB. Oleh karena itu, meningkatkan jumlah orang yang divaksinasi dapat membantu menekan risiko penyebaran penyakit ini.
Vaksin Bacille Calmette-Guérin (BCG) digunakan untuk mencegah TB. Di Amerika Serikat, vaksin ini jarang digunakan, tetapi sering diberikan kepada bayi dan anak-anak di negara dengan banyak kasus TB. Vaksin ini membantu melindungi mereka dari jenis TB berat, seperti meningitis.
Emisi gas rumah kaca berkontribusi pada perubahan iklim yang dapat memperburuk penyebaran TB. Menguranginya bisa membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Langkah ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Misalnya, beralih ke transportasi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik atau sepeda juga membantu mengurangi emisi.
Memakai masker dapat mencegah penyebaran dan paparan bakteri TB melalui udara, terutama di tempat umum atau saat berada di sekitar orang yang berisiko tinggi terinfeksi.
Selain itu, rutin berjemur di bawah sinar matahari pagi membantu tubuh mendapatkan vitamin D yang penting untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat melawan bakteri TB yang mungkin ada dalam tubuh.
Dalam menghadapi cuaca lembab yang dapat meningkatkan risiko penyebaran TB membutuhkan penanggulangan yang tepat. Dengan langkah-langkah yang telah disebutkan sebelumnya, diharapkan penyebaran TB dapat lebih berkurang. (WHO/National Library of Medicine/Rumah Sakit Paru Respira/CDC/Z-3)
Jika tidak ada konsistensi maka penderita Tb bisa berhenti mengonsumsi obat di tengah jalan yang menyebabkan menjadi resisten terhadap obat.
Vaksin Tb saat ini digunakan yakni BCG ditemukan 1921 atau 104 tahun yang lalu, jadi tentu seharusnya sudah sangat pantas sekarang dibuat vaksin baru.
Penemuan kasus Tb secara aktif bertujuan untuk menemukan terduga Tb di populasi berisiko dan mendeteksi Tb lebih dini guna mengurangi keterlambatan diagnosis.
Untuk mendukung keberlanjutan program pengendalian TB, Betty mengharapkan adanya dukungan kebijakan, regulasi, dan pendanaan yang lebih baik.
Diketahui Indonesia saat ini menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis di dunia setelah India, dengan jumlah kasus sekitar 1.060.000 dan 130.000 orang meninggal dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved