Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KANKER rektum adalah jenis kanker yang berkembang di bagian akhir usus besar, yaitu rektum, yang terletak sebelum anus.
Penyakit ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun, terutama pada usia 50 tahun ke atas.
Kanker rektum biasanya dimulai dengan perubahan pada sel-sel epitel yang menjadi abnormal, lalu berkembang menjadi tumor jinak yang disebut adenoma.
Seiring waktu, adenoma ini dapat berubah menjadi kanker ganas atau karsinoma yang dapat menyebar ke jaringan sekitar, seperti dinding perut, serta organ lain seperti hati dan paru-paru.
Salah satu kekhawatiran utama bagi penderita kanker rektum adalah kehilangan fungsi anus dan ketidakmampuan untuk buang air besar (BAB) secara normal.
Jika pengobatan melibatkan operasi untuk mengangkat bagian rektum atau anus, pasien perlu menjalani prosedur kolostomi.
Kolostomi adalah prosedur di mana usus disambungkan ke kantong luar tubuh untuk menampung tinja. Hal ini tentu memengaruhi kenyamanan dan kualitas hidup pasien.
Meskipun penyebab kanker rektum belum diketahui secara pasti, Dinas Kesehatan menyebutkan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini, antara lain:
Kanker rektum lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun, terutama pada usia 50 tahun ke atas.
Risiko kanker rektum meningkat jika ada anggota keluarga dekat yang menderita penyakit ini, menunjukkan adanya faktor genetik yang dapat memengaruhi kerentanannya.
Kehadiran polip di usus besar atau riwayat penyakit radang usus seperti kolitis ulseratif dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker rektum.
Pola makan yang tinggi lemak, rendah serat, serta konsumsi daging merah yang berlebihan berkontribusi pada peningkatan risiko kanker rektum.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker rektum karena keduanya berperan dalam merusak sel-sel tubuh dan memicu mutasi sel.
Jangan khawatir, kanker rektum dapat disembuhkan, terutama jika terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan tepat. Pilihan pengobatannya meliputi operasi, kemoterapi, dan radiasi.
Kesempatan untuk sembuh akan lebih besar jika pengobatan dilakukan dengan cepat dan rutin memeriksakan kesehatan.
Untuk mencegah kanker rektum, kita perlu mengenali gejalanya. Meskipun gejala kanker rektum sering kali tidak terlihat jelas pada tahap awal, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai, antara lain:
Penderita kanker rektum sering mengalami perubahan dalam kebiasaan buang air besar, seperti diare atau sembelit yang terjadi secara tidak normal dan berlangsung lama. Perubahan ini disertai dengan ketidakmampuan untuk buang air besar dengan lancar meskipun sudah berusaha.
Salah satu tanda paling jelas adalah adanya darah dalam tinja. Darah bisa berwarna merah terang, yang menunjukkan pendarahan di bagian bawah usus, atau kehitaman, yang menandakan pendarahan yang lebih dalam. Munculnya darah ini bisa terdeteksi saat tinja atau pada kertas toilet setelah buang air besar.
Penderita merasa belum buang air besar dengan sempurna meskipun sudah berusaha. Sensasi ini bisa disertai dengan rasa tidak nyaman atau penuh pada bagian perut bawah, yang bisa menjadi tanda bahwa ada obstruksi atau pertumbuhan abnormal di rektum.
Perasaan kembung, penuh, atau nyeri pada perut yang berlangsung lama dan tidak hilang setelah buang air besar. Rasa kram ini bisa menjadi tanda bahwa ada masalah pada sistem pencernaan, seperti penyumbatan atau peradangan akibat kanker.
Penurunan berat badan yang signifikan tanpa perubahan pola makan atau aktivitas fisik bisa menjadi tanda adanya kondisi medis serius, termasuk kanker rektum. Hal ini terjadi karena tubuh mulai kekurangan nutrisi akibat gangguan pencernaan atau pengaruh sel kanker.
Penderita kanker rektum sering merasa sangat lelah atau lemas tanpa alasan yang jelas. Kelelahan ini bisa disebabkan oleh anemia akibat kehilangan darah yang terus-menerus atau karena tubuh berjuang melawan infeksi atau peradangan yang terkait dengan kanker.
Selalu perhatikan kesehatan Anda dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika merasakan gejala yang tidak biasa. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat berpengaruh untuk mencegah kondisi yang lebih serius. (Z-10)
Sumber:
Penelitian terbaru mengungkap metformin, obat diabetes tipe 2, bekerja dengan meningkatkan ekskresi glukosa ke dalam usus.
Kanker kolorektal, yang berkembang di usus besar atau rektum, umumnya menyerang orang lanjut usia, tetapi kini semakin banyak ditemukan pada orang yang lebih muda.
Sebuah penelitian menunjukkan, bahwa stres dan kecemasan menjadi salah satu penyebab kanker usus besar melonjak pada generasi muda.
Menurut Kementerian Kesehatan, diperkirakan terdapat sekitar 1.000 sampai 1.500 spesies bakteri usus yang tinggal di dalam usus manusia. Ini Jenis, fungsi, dan cara menjaga kesehatannya.
Di Indonesia, kanker kolorektal menduduki kasus tertinggi kedua pada pria setelah kanker paru dengan jumlah kasus baru pada kanker kolorektal mencapai 34.189 (8.6%) .
Sebagian dari kita mungkin pernah membawa ponsel atau buku ke toilet, berharap memanfaatkan waktu untuk membaca artikel atau sekadar menggulir media sosial.
Wasir atau hemoroid adalah masalah kesehatan yang umum terjadi, terutama di kalangan individu berusia 45 hingga 65 tahun.
Wasir, atau yang dikenal sebagai hemoroid, lebih sering menyerang individu berusia 45 hingga 65 tahun, demikian diungkapkan oleh dokter spesialis bedah Christian Sumilat.
Hemoroid atau wasir atau ambeien itu adalah tiga hal yang sama, (ini adalah kondisi) pembengkakan pembuluh darah di daerah anus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved