Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MERAYAKAN Hari Migrasi Burung Sedunia (World Migratory Bird Day) yang jatuh pada 11 Mei dan 12 Oktober, sebuah buku fotografi yang memotret ragam spesies burung di Fakfak, Papua diterbitkan. Buku berjudul Burung-burung dalam Tinjauan Mbaham Matta, Fakfak tersebut dirilis oleh Pustaka Obor Indonesia, hasil kerja sama Konservasi Indonesia (KI) dan Fakfak Birding.
Dalam buku tersebut, Komunitas Fakfak Birding berhasil mendokumentasikan lebih dari 70 jenis burung, disertai dengan pemahaman budayanya. Buku tersebut merupakan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada 2020–2024.
Baca juga : Arahan KSAD Dinilai Tepat untuk Situasi Papua di Bawah Pangdam Baru
Fakfak Birding bertemu beragam jenis burung yang tinggal di kawasan Hutan Cagar Alam Fakfak. Menariknya, mereka sempat berjumpa dengan tiga jenis burung Cenderawasih endemik Papua, yaitu Cenderawasih Kuning Kecil (Lesser Bird of Paradise), Cenderawasih Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird), dan Cenderawasih Belah Rotan (Magnificent Bird of Paradise).
Baca juga : Freeport Tandatangani MoU Pembangunan Gedung Pusat Sains dan Kemitraan di Uncen
Kearifan lokal masyarakat Papua yang tercermin dalam kekayaan budaya dan juga kepercayaan yang berakar dari legenda dan mitos yang masih hidup di tengah-tengah mereka, tersaji sebagai pengetahuan yang membuat buku ini kian menarik. Apalagi, kemunculan beberapa jenis-jenis burung di dalam buku ini dipercaya oleh masyarakat sebagai pembawa pesan.
Salah satunya, adalah kepercayaan yang dipegang oleh sebagian anggota suku Mbaham Matta, warga yang mendiami Semenanjung Bomberai. Mereka meyakini bahwa kemunculan burung Kasuari Gelambir Ganda (Southern cassowary) di hutan bukan sekedar fenomena alam, melainkan juga sebagai penunjuk jalan yang penuh makna. Namun, tidak hanya sebagai pembimbing jalan, tetapi Kasuari pun dipercaya dapat membawa seseorang ke arah jalan yang salah jika mencium niat buruk dari orang tersebut.
Baca juga : TNI Dukung Layanan Tes HIV dan Vaksinasi COVID-19 di Paniai
Begitu pula dengan burung Bubut Pini (Ivory-billed coucal) yang suaranya di pagi hari dijadikan penanda untuk melubangi alat musik tradisional Fakfak tifa tumour, agar dapat bersuara dengan bagus dan nyaring. Atau, burung Raja-udang paruh-kait yang dikenal hanya bersuara pada malam hari pada saat purnama. Masyarakat percaya suara burung ini sebagai pertanda kehadiran roh-roh jahat.
Baca juga : Penemuan Spesies Baru Cendrawasih Jadi Alasan untuk Lindungi Hutan Papua
Tokoh budaya Fakfak Freddy Warpopor yang hadir dalam peluncuran buku, berkisah, burung memiliki hubungan yang akrab dengan warga Fakfak. Contohnya, masyarakat telah turun-temurun diajarkan tentang makna yang dibawa burung Kasuari.
“Ketika ada di hutan, kalau ketemu mereka, itu orangtua berpesan untuk jangan ikuti dia. Artinya itu ada dua hal. Misal kalau kita di hutan tersesat, bingung jalan, kalau bertemu dia kita bisa ikuti untuk keluar. Tapi kalau ada orang yang niatnya kurang baik, bisa saja kalau mengikuti dia malah disesatkan sama burungnya,” jelas Freddy saat perilisan buku Burung-burung dalam Tinjauan Mbaham Matta, Fakfak di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, (11/10).
Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany mengungkapkan, perilisan buku tersebut menjadi bentuk kepedulian organisasinya terhadap upaya konservasi alam. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari pelindungan terhadap ekosistem global.
“Fungsi burung bukan saja menjadi penanda kelestarian alam tapi juga punya fungsi lain sendiri, seperti sebagai pengendali pengendali hama atau penyebar benih. Fungsi ekosistem ini berkaitan dengan tutur budaya yang ada di Fakfak. Mulai dari cerita dan musik yang turun-temurun bercerita tentang alam, binatang, dan spesifik tentang burung,” kata Meizani. (M-1)
Diketahui ada lebih dari 40 spesies burung surga, dengan 28 spesies dapat ditemukan di Indonesia dan kebanyakan di Tanah Papua.
Pihak Freeport berharap gedung ini dapat membantu Uncen dalam mempersiapkan sumber daya manusia dan generasi muda unggul di tanah Papua.
Burung cenderawasih kuning-besar diketahui hidup di pedalaman hutan Papua, berbeda dari spesies lain yang bisa ditemukan di pulau-pulau atau wilayah pesisir.
PERSONEL TNI dari Komando Rayon Militer 1703-01/Enarotali mendukung penyelenggaraan pelayanan pemeriksaan HIV dan vaksinasi COVID-19 di wilayah Kabupaten Paniai, Provinsi Papua.
Kompetensi dan kapasitas Pangdam baru seperti diakui KSAD juga menjadi faktor penentu keberhasilan kepemimpinan di Kodam Cenderawasih.
Malaria akan sangat berbahaya bagi anak-anak. Pasalnya, imunitas anak-anak belum cukup kuat sehingga terkena malaria akan membahayakan nyawa.
senjata tradisional papua yang biasa digunakan dalam peperangan maupun sebagai alat rumah tangga yang memiliki fungsi ganda
makanan khas Papua yang terbuat dari bahan-bahan asli Papua, juga terdapat makanan ekstrem yang tidak lazim ditemukan di daerah lain
Aksi fashion show Papua Youth Creative Hub di Hari Anak Nasional buat Jokowi kagum
Eston berkomitmen untuk melanjutkan pendidikan Sarjana (S1) dan Progran Magister (S2) pada Program Studi (prodi) Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
NASIB Tanah Papua tidak seindah kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Ironis memang, sumber daya alam begitu melimpah, tetapi kesejahteraan masyarakat Papua nyaris stagnan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved