Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Hari Migrasi Burung Sedunia, Tokoh Budaya Ungkap Peran dan Mitos dari Burung Papua

Fathurrozak
12/10/2024 10:24
Hari Migrasi Burung Sedunia, Tokoh Budaya Ungkap Peran dan Mitos dari Burung Papua
Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany (kiri) dan Freddy Warpopor (tengah) dalam acara Jumat (11/10) di Jakarta.(MI/ Fathurrozak)

MERAYAKAN Hari Migrasi Burung Sedunia (World Migratory Bird Day) yang jatuh pada 11 Mei dan 12 Oktober, sebuah buku fotografi yang memotret ragam spesies burung di Fakfak, Papua diterbitkan. Buku berjudul Burung-burung dalam Tinjauan Mbaham Matta, Fakfak tersebut dirilis oleh Pustaka Obor Indonesia, hasil kerja sama Konservasi Indonesia (KI) dan Fakfak Birding.

 

Dalam buku tersebut, Komunitas Fakfak Birding berhasil mendokumentasikan lebih dari 70 jenis burung, disertai dengan pemahaman budayanya. Buku tersebut merupakan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada 2020–2024.

Baca juga : Arahan KSAD Dinilai Tepat untuk Situasi Papua di Bawah Pangdam Baru

 

Fakfak Birding bertemu beragam jenis burung yang tinggal di kawasan Hutan Cagar Alam Fakfak. Menariknya, mereka sempat berjumpa dengan tiga jenis burung Cenderawasih endemik Papua, yaitu Cenderawasih Kuning Kecil (Lesser Bird of Paradise), Cenderawasih Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird), dan Cenderawasih Belah Rotan (Magnificent Bird of Paradise).

 

Baca juga : Freeport Tandatangani MoU Pembangunan Gedung Pusat Sains dan Kemitraan di Uncen

Kearifan lokal masyarakat Papua yang tercermin dalam kekayaan budaya dan juga kepercayaan yang berakar dari legenda dan mitos yang masih hidup di tengah-tengah mereka, tersaji sebagai pengetahuan yang membuat buku ini kian menarik. Apalagi, kemunculan beberapa jenis-jenis burung di dalam buku ini dipercaya oleh masyarakat sebagai pembawa pesan.

 

Salah satunya, adalah kepercayaan yang dipegang oleh sebagian anggota suku Mbaham Matta, warga yang mendiami Semenanjung Bomberai. Mereka meyakini bahwa kemunculan burung Kasuari Gelambir Ganda (Southern cassowary) di hutan bukan sekedar fenomena alam, melainkan juga sebagai penunjuk jalan yang penuh makna. Namun, tidak hanya sebagai pembimbing jalan, tetapi Kasuari pun dipercaya dapat membawa seseorang ke arah jalan yang salah jika mencium niat buruk dari orang tersebut.

Baca juga : TNI Dukung Layanan Tes HIV dan Vaksinasi COVID-19 di Paniai

 

Begitu pula dengan burung Bubut Pini (Ivory-billed coucal) yang suaranya di pagi hari dijadikan penanda untuk melubangi alat musik tradisional Fakfak tifa tumour, agar dapat bersuara dengan bagus dan nyaring. Atau, burung Raja-udang paruh-kait yang dikenal hanya bersuara pada malam hari pada saat purnama. Masyarakat percaya suara burung ini sebagai pertanda kehadiran roh-roh jahat.

 

Baca juga : Penemuan Spesies Baru Cendrawasih Jadi Alasan untuk Lindungi Hutan Papua

Tokoh budaya Fakfak Freddy Warpopor yang hadir dalam peluncuran buku, berkisah, burung memiliki hubungan yang akrab dengan warga Fakfak. Contohnya, masyarakat telah turun-temurun diajarkan tentang makna yang dibawa burung Kasuari.

“Ketika ada di hutan, kalau ketemu mereka, itu orangtua berpesan untuk jangan ikuti dia. Artinya itu ada dua hal. Misal kalau kita di hutan tersesat, bingung jalan, kalau bertemu dia kita bisa ikuti untuk keluar. Tapi kalau ada orang yang niatnya kurang baik, bisa saja kalau mengikuti dia malah disesatkan sama burungnya,” jelas Freddy saat perilisan buku Burung-burung dalam Tinjauan Mbaham Matta, Fakfak di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat, (11/10).

 

Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany mengungkapkan, perilisan buku tersebut menjadi bentuk kepedulian organisasinya terhadap upaya konservasi alam. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari pelindungan terhadap ekosistem global.

 

“Fungsi burung bukan saja menjadi penanda kelestarian alam tapi juga punya fungsi lain sendiri, seperti sebagai pengendali pengendali hama atau penyebar benih. Fungsi ekosistem ini berkaitan dengan tutur budaya yang ada di Fakfak. Mulai dari cerita dan musik yang turun-temurun bercerita tentang alam, binatang, dan spesifik tentang burung,” kata Meizani. (M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya