Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Psikolog: Sulitnya Situasi Ekonomi Pengaruhi Angka Kekerasan pada Anak

Ihfa Firdausya
08/10/2024 17:17
Psikolog: Sulitnya Situasi Ekonomi Pengaruhi Angka Kekerasan pada Anak
PSIKOLOG anak dan keluarga Mira Damayanti Amir.(Dok. Metro TV)

PSIKOLOG anak dan keluarga Mira Damayanti Amir menyatakan tidak heran dengan masih tingginya angka kekerasan terhadap anak. Ia menyebut kondisi tekanan  ekonomi turut berpengaruh terhadap potensi kekerasan terhadap anak.

Seperti diketahui, kekerasan anak masih menjadi PR besar di Tanah Air. Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 menunjukkan angka prevalensi kekerasan terhadap anak memang lebih rendah dari tahun 2018, tetapi lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi tahun 2021.

"Ada kondisi-kondisi yang menjadi pressure (tekanan) buat orang tua atau keluarga. Salah satunya yang paling jelas adalah ekonomi. Apalagi makin ke sini angka pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di sana sini," kata Mira ketika dihubungi Media Indonesia, Selasa (8/10).

Baca juga : Pelaku Kekerasan terhadap Anak Disebut Cenderung Punya Gangguan Mental

Situasi ekonomi yang sulit itu ketika menimpa orang tua usia produktif, itu akan semakin kompleks karena anak-anaknya masih berada di fase tumbuh kembang atau usia sekolah.

Mira mengatakan bahwa berbagai tekanan, baik ekonomi, psikologis, mental, emosional, menyebabkan orang tua sulit mengahdirkan parenting yang tidak mengandung unsur kekerasan, baik fisik maupun verbal. Ia pun menyoroti kasus-kasus kekerasan verbal yang angkanya bisa lebih tinggi karena sulit dibuktikan.

"Ketika saya berhadapan dengan anak sebagai korban, mereka memberikan batasan, membandingkan anak dan menyindir anak itu termasuk kekerasan terhadap diri mereka," kata dia.

Baca juga : Kekerasan Anak Meningkat 30%, Dibutuhkan Kepekaan Publik

Di sisi lain, pelaporan untuk kasus kekerasan terhadap anak juga menemui banyak kendala. "Anak itu kalau misalnya orang tuanya ditahan, situasinya menjadi rumit. Anak-anak ini akan diasuh, dibesarkan, secara ekonomi akan bergantungnya kepada siapa?" ujar Mira.

Ia mencontohkan ketika kekerasan dilakukan oleh ayah, si ibu sering kali berada di bawah intimidasi ayah karena secara ekonomi masih bergantung pada suami. Karena itu ibu tidak berani melaporkan. "Yang lebih celaka lagi, (jika) pelaku kekerasannya perempuan, eh si suaminya juga gak bisa berkutik, mendiamkan hal tersebut," kata Mira.

Ia pun berpesan agar masyarakat jangan apatis ketika mengetahui ada kekerasan terhadap anak. "Kalau ada perilaku tersebut, dihentikan, bukan di-video-kan lalu diunggah di medsos. Terus anak yang jadi korban bagaimana? Belum lagi kalau identitasnya terbuka. Sudah dia mengalami trauma, lalu dia mengalami malu luar biasa," pungkasnya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya