Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang melakukan riset bioprospeksi lendir keong darat. Keong darat memiliki potensi besar sebagai sumber daya untuk produk kosmetik.
Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Pamungkas Rizki Ferdian mengatakan, bioprospeksi adalah kegiatan pencarian sumber daya hayati, baik hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme, untuk tujuan komersial. Kegiatan ini sangat penting untuk mendukung perekonomian masyarakat, terutama di sektor kosmetika, yang saat ini mengalami peningkatan permintaan global terhadap produk berbasis bahan alami.
“Riset berkelanjutan penting untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya hayati Indonesia, kata Pamungkas dalam keterangannya, Sabtu (5/10).
Baca juga : Mahalnya Bioprospeksi, Senyawa Ziconotide Siput Dihargai Miliaran Rupiah Per Gram!
Lendir keong darat yang sudah dikomersialisasikan diklaim mengandung berbagai senyawa aktif, seperti allantoin, asam glikolat, dan antibakteri alami, yang dapat memberikan manfaat signifikan bagi kecantikan dan kesehatan kulit.
Lendir keong darat yang sudah dikomersialisasikan diklaim mengandung berbagai senyawa aktif, seperti allantoin, asam glikolat, dan antibakteri alami, yang dapat memberikan manfaat signifikan bagi kecantikan dan kesehatan kulit.
Produk-produk kosmetik berbahan dasar lendir keong darat, seperti masker wajah, serum, dan pelembab, sudah diproduksi di beberapa negara, termasuk Korea Selatan, dan mendapatkan respon pasar yang baik.
Baca juga : Tiga Pemenang Riset Kulit dan Rambut Diraih Peneliti dari UI dan Universitas NU
Menurut Pamungkas, di Indonesia, penelitian terkait keong darat masih terbatas. Padahal, negara ini memiliki kekayaan biodiversitas luar biasa, termasuk keong darat yang berpotensi menjadi komoditas bernilai tinggi.
Beberapa jenis keong darat di Indonesia, seperti yang ditemukan di pegunungan Menoreh, Yogyakarta, menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Di antaranya spesies Hemiplecta humphreysiana dan Amphydromus palaceus.
Adapun proses bioprospeksi terdiri dari beberapa fase penting, antara lain pengumpulan sampel di lokasi, perbanyakan organisme serta isolasi dan karakterisasi senyawa spesifik, skrining untuk tujuan khusus, dan pengembangan produk dan komersialisasi.
Baca juga : BRIN Sebut Teknologi Nuklir Bisa Deteksi Pemalsuan Pangan
“Sasaran bioprospkesi sendiri terdiri atas sumber daya genetik, senyawa bahan alam, serta struktur dan desain dari alam,” papar Pamungkas.
“Lendir H. humphreysiana teridentifikasi mengandung 32 senyawa dari dua jenis pelarut (methanol dan dichloromethane), 19 senyawa terduga, dan 13 senyawa terkonfirmasi,” jelasnya.
Riset bioprospeksi menggunakan sumber daya hayati sebagai aset dan keistimewaan perlu diungkap manfaatnya, sehingga, memiliki nilai ekonomi.
Baca juga : Tiga Perempat Sampah yang Bocor ke Lautan Berasal dari Daerah Kecil
Pamungkas menegaskan, eksploitasi sumber daya alam jika tanpa konsep berkelanjutan dapat mengakibatkan kepunahan spesies dan kerusakan ekosistem.
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan pembiakan dan produksi senyawa aktif dari keong darat, tanpa merusak populasi di alam liar.
Riset bioprospeksi di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan dukungan ilmiah dan tenaga ahli di bidang ini.
Selain itu, riset yang dilakukan sering kali berjalan lambat karena kurangnya dana dan fasilitas yang memadai. Hal ini menyebabkan nilai komersial menjadi rendah sehingga belum berdampak pada perekonomian masyarakat.
Namun demikian, di pasaran sudah ada berbagai produk kosmetik seperti masker wajah, serum, krim, losion, pelembab dengan berbagai klaim seperti antiacne, antiinflamsi, melembabkan dan mengencangkan kulit, anti kerut, pencerah wajah, penstimulus regenerasi sel kulit, dll.
Harga kosmetik dari lendir keong darat cukup tinggi di pasaran, yaitu berkisar Rp334 ribu-Rp1.750 ribu. Bahkan untuk produk tertentu bisa mencapai Rp5 jutaan.
Pamungkas berharap, dengan kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan industri, Indonesia bisa mengembangkan produk-produk berbasis keong darat yang kompetitif di pasar global.
Dia menekankan kolaborasi lintas disiplin ilmu sangat penting dalam upaya ini. Karena bioprospeksi bukan hanya soal ilmu biologi, tetapi juga melibatkan aspek-aspek ekonomi, hukum, dan sosial. (S-1)
Daun kelor kering sebanyak 100 gram diketahui mengandung senyawa protein 2 kali lebih tinggi daripada yoghurt, vitamin A yang 7 kali lebih tinggi daripada wortel.
PENELITI Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PRBBOT) BRIN Suharmiati mengungkapkan khasiat ramuan tradisional Madura baik untuk kesehatan perempuan.
Potensi terjadinya gempa bumi serupa di Kabupaten Garut Jawa Barat dengan magnitudo lebih besar bisa terjadi karena lempeng Australia ada sepanjang selatan Pulau Jawa.
BRIN menggelar diskusi kelompok terarah (FGD) untuk mendapatkan gambaran soal masalah stunting terkini di Jawa Barat,
Ini merupakan inisiatif strategis untuk memperkenalkan AI for Smart-X (AISX) sebagai pusat kolaborasi riset baru yang akan menjadi penggerak utama dalam pengembangan kecerdasan buatan
Kabupaten Bandung mencatatkan skor tinggi dalam berbagai pilar penting seperti pertumbuhan ekonomi, sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, kelembagaan, inovasi dan teknologi.
PENELITI Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Ayu Savitri Nurinsiyah mengungkapkan lima kelompok keong darat yang memiliki potensi pengobatan herbal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved