Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PENGURUS Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Iqbal Mochtar menjelaskan mengenai bahaya mengonsumsi makanan ultraproses yang dilakukan terus-menerus. Ia mengatakan berbagai penyakit katastropik mengintai.
“Ada banyak penelitian yang menunjukkan makanan ultra proses yang dianggap baik untuk sebagian orang karena mudah didapat dan dikonsumsi, tetapi berbagai penelitian menunjukkan makanan ini bisa memicu berbagai masalah kesehatan. Salah satunya dia bisa menginduksi atau meningkatkan risiko penderita penyakit jantung, diabetes, dan kanker,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (24/9).
Baca juga : Bahaya Makanan Ultra-Proses, Pemicu 6 Penyakit Kronis
Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan makanan ultraproses ialah makanan yang sudah diproses secara berlebihan.
“Jadi bukan makanan yang sifatnya natural tapi yang telah mengalami proses misalnya ditambahkan berbagai ingredient tambahan, ditambah gula, garam, bahan pengawet, lemak, dan sebagainya. Nah ini yang dinamakan makanan ultra proses jadi dia telah mengalami berbagai proses multiple yang membuat kontennya tidak sama dengan konten semula,” kata dia.
Ia mencontohkan makanan ultraproses kerap ditemukan seperti makanan beku yang biasa dijumpai di supermarket.
Baca juga : Setelah Kenaikan Cukai, Masyarakat Perlu Edukasi Bahaya Konsumsi MBDK Berlebihan
“Makanan seperti sosis atau makanan yang telah dibekukan seperti cemilan, pizza, kue kering, minuman, dan lainnya yang disebut makanan ultraproses. Jadi makanan yang telah diolah sedemikian rupa sehingga bentuknya berbeda dengan bentuk aslinya,” ujar Iqbal.
Sering mengonsumsi makanan ultraproses, terang Iqbal, berisiko menimbulkan kanker dan penyakit katastropik lainnya.
“Jadi kanker payudara, paru-paru, gangguan cemas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Bahkan penelitian menunjukkan juga risiko peningkatan kardiovaskular sampai 50% dan diabetes sampai 12%,” tegasnya.
Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat menghindari konsumsi makanan ultraproses dan memilih makanan minim olahan. (H-3)
BPKH Limited menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada jemaah haji Indonesia atas ketidaksempurnaan layanan konsumsi yang terjadi pada 14 Dzulhijjah 1446
Pada Mei 2025, kondisi pendapatan konsumen tergerus. Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan atau utang justru mengalami peningkatan.
Untuk BBM, tersedia cadangan dengan ketahanan 8-13 hari, sedangkan LPG memiliki ketahanan hingga 5 hari.
MENURUT Asosiasi Pengusaha Kopi dan Cokelat Indonesia (APKCI), jumlah kedai kopi di Tanah Air diperkirakan mencapai 10 ribu gerai yang terdiri dari merek lokal dan merek internasional.
NEGOSIASI perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat dinilai sebagai peluang sekaligus ancaman. Itu karena kesepakatan yang tercipta bisa memperkuat ekspor Indonesia
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan bahwa Hari Raya Lebaran tahun ini menjadi Lebaran yang kurang baik bagi dunia usaha.
Makanan ultra-proses semakin menjadi bagian utama dari pola makan modern. Kepraktisan dan rasa yang menggoda sering kali membuat makanan ini menjadi pilihan favorit banyak orang
Anak berusia di atas dua tahun boleh mengonsumsi jajanan pasar dan makanan ringan seperti bubur kacang hijau. Namun, makanan itu tidak mengandung kadar gula tinggi.
Makanan ultraproses yang biasanya berkadar gula, garam, dan lemak tinggi bisa membuat anak kecanduan karena rasanya lebih lezat.
Makanan ultraprocess, atau makanan olahan ultra, semakin populer dalam kehidupan modern. Meskipun praktis dan lezat, jenis makanan ini sering kali tidak sehat
Makanan dengan pemrosesan ultra memiliki kandungan yang minim serat namun sangat tinggi kalori dan gula. Hal itu dapat membuat indeks glikemik pada pada tubuh meningkat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved