Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
WORLD Cleanup Day (WCD) adalah aksi bersih-bersih terbesar di dunia, yang dilakukan secara serentak di 193 negara dalam satu hari.
Di Indonesia, gerakan ini mulai diperkenalkan Let’s Do It Indonesia tahun 2014, tepat setelah konferensi Let’s Do It Asia di Cebu, Filipina. Sejak itu, aksi WCD di Indonesia terus berkembang dan sukses dilaksanakan secara nasional sejak 2018 hingga 2024.
WCD Indonesia berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap masalah sampah yang semakin kritis. Gerakan ini tidak hanya melibatkan masyarakat umum, tetapi juga didukung berbagai lembaga pemerintah seperti Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui kampanye Gerakan Indonesia Bersih serta Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah.
Baca juga : Peringati World Cleanup Day, Masyarakat Diimbau Minimalisir Produksi Sampah
Mulai tahun 2022, Kemenko PMK juga bergabung dengan kampanye Gerakan Nasional Revolusi Mental, menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah sampah.
Gerakan ini juga mendapat dukungan luas dari berbagai komunitas, perusahaan, lembaga pendidikan, dan media. Kolaborasi lintas sektor ini menjadikan WCD Indonesia sebagai salah satu gerakan lingkungan terbesar di tanah air.
Selama lima tahun pelaksanaannya, WCD Indonesia telah berhasil melibatkan lebih dari 24,6 juta relawan dari seluruh Indonesia, serta mengumpulkan total sampah mencapai 42.000 ton.
Baca juga : Dirjen PKTL Pastikan Rakor Tata Lingkungan Indonesia 2024 Mengubah Paradigma Pengelolaan Lingkungan
Andy Bahari, Leader WCD Indonesia, menyatakan bahwa perubahan menuju Indonesia yang bersih dan bebas sampah bukanlah hal instan. "Melakukan perubahan memang membutuhkan waktu. Pada tahun-tahun awal, gerakan ini belum mendapat perhatian besar, namun sekarang masyarakat mulai peduli. Negara-negara maju pun butuh puluhan tahun untuk mencapai kondisi bersih seperti sekarang," ungkap Andy.
Ia menambahkan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah menjadi kunci penting dalam mencapai target Indonesia Bebas Sampah pada 2025.
"Pemerintah harus bisa berkolaborasi dengan masyarakat untuk membangun infrastruktur yang mendukung. Proses ini memakan waktu, bisa 10 sampai 15 tahun sebelum kita benar-benar melihat hasilnya. Namun, dengan kerja sama yang baik dan kesadaran yang terus tumbuh, kita bisa mencapai target Indonesia Bersih dan Bebas Sampah pada 2025,” tambahnya.
Baca juga : Pembangunan Pabrik Sampah di Tangsel Menuai Protes dari Warga dan Umat Vihara
Selain dukungan dari pemerintah, WCD Indonesia juga mendorong masyarakat untuk secara aktif memilah dan mengolah sampah dari rumah. Pemilahan sampah merupakan langkah penting dalam mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan mendukung daur ulang.
Dengan aksi bersih-bersih yang dilakukan setiap tahun, WCD berharap dapat membangun kebiasaan positif dan berkelanjutan di masyarakat dalam mengelola sampah.
Melalui gerakan ini, WCD Indonesia berkomitmen untuk terus memperluas dampaknya, baik dalam hal jumlah relawan yang terlibat maupun volume sampah yang berhasil dikumpulkan.
Tujuan akhirnya adalah menciptakan Indonesia yang bersih, bebas dari sampah, dan lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. (Z-3)
Kesepakatan skema pengelolaan sampah ini dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama di bidang pengelolaan sampah dari kedua daerah.
PRESIDEN Prabowo Subianto meminta rakyat Indonesia untuk mengisi momen kemerdekaan HUT ke-80 RI dengan kegiatan positif. Lebih dari sekadar upacara,
TPA Sarimukti belum sepenuhnya konsep sanitary landfill itu diterapkan karena anggaran pengadaan tanahnya sebelumnya digunakan untuk pemadatan di zona 2 dan 3.
Pantai Ungkea, yang merupakan salah satu kawasan wisata dan habitat alami di Morowali Utara, menjadi fokus utama pembersihan dari sampah plastik dan berbagai jenis sampah lainnya.
Penggunaan komposter memungkinkan masyarakat mengolah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi metana, dan memperbaiki kualitas tanah secara lokal.
LEMBAGA Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) menilai Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan bisa menjadi sebagai standar nasional dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved