Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pesan dan Keresahan Paus Fransiskus

A. Eddy Kristiyanto, Guru Besar Sejarah Gereja STF Driyarkara, Jakarta
03/9/2024 18:45
Pesan dan Keresahan Paus Fransiskus
Buku karya Yustinus Prastowo yang berjudul Gereja yang Mendengarkan(Dok Istimewa)

MENCERMATI judul utama buku Gereja yang Mendengarkan berikut isinya membuat saya terkesan. Buku ini menarasikan muktamar (konsili) ekumenis Vatikan II (1962-1965) yang berkelindan (dalam narasi Prastowo) dengan Paus Fransiskus sebagai peristiwa. Maka dari itu, rasanya tepat sekali buku ini merupakan punjungan untuk Paus Fransiskus yang melakukan visitasi di Negeri Kepulauan ini.

Konsili Vatikan II yang berakhir 60 tahun lalu menghasilkan 16 dokumen (9 dekret; 4 konstitusi, 3 pernyataan/deklarasi). Dengan tepat Prastowo menyebut unsur asasi dan kebaruan hasil konsili ini, misalnya historisitas, jasa para persona, cara kerja (metode) yang kembali ke sumber, semangat pemutakhiran (aggiornamento), pandangan-sikap teologis terhadap dunia, agama-agama Non-Kristiani, alat-alat komunikasi sosial, ritus, dlsb.

Buku ini memuat informasi serba ringkas, isi dan kaitannya baik situasi sesaat maupun kondisi Indonesia. Misalnya Natal, Teolgi Trinitas, homili berikut dokumen-dokumen SC (hlm. 76, 104); NA (hlm. 65, 69); GS (hlm. 31); PO (hlm. 180); LG (hlm. 96); IM (hlm. 36, 40), katekese, bu-Bumi (hlm. 157), dlsb.

Baca juga : Ganggu Audiensi Paus Fransiskus, Seorang Pria Digiring Polisi Vatikan

Karya ini bukan saja enak dibaca, cakupannya luas, mengasah disputasi selanjutnya, tetapi juga menginspirasi pembaca untuk menembus masalah hidup kita, masyarakat yang plural, persoalan kemanusiaan, termasuk perjalanan ke kekedalaman (interioritas).

Hampir separuh dari paparan Prastowo menyibukkan diri dengan perspektif dan pesan seorang Paus Fransiskus. Beberapa hal besar dilakukan Paus Fransiskus, antara lain Sinodalitas Gereja (hlm. 151, 183, bahkan ada Lampiran). Fransiskus juga berhasil menggulirkan “batu besar” yang bergeming pada masa Paus Yohanes Paulus II dan Benedictus XVI, yakni sexual abuse (di mana para pelakunya melibatkan hierarki institusi Gereja), korupsi dalam Gereja, dlsb.

Selain itu,  Paus Fransiskus melakukan reformasi berkenaan dengan Kuria (lembaga yang mengurus tata kepemimpinan gerejawi), yang lebih menekankan pelayanan, dan bukan kekuasaan yang berbasis pada paham klerikalisme dan feodalisme), berikut keprihatinan dan perhatian Paus Fransiskus pada orang-orang kecil, terpinggirkan, tak berdaya, Ibu-Bumi, dan persaudaraan.(M-3)

Baca artikel lengkapnya di koran Media Indonesia edisi Minggu (8/9).
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya