Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Gaji Tinggi Jadi Alasan Perawat Indonesia Lebih Pilih Bekerja di Singapura

Ihfa Firdausya
22/8/2024 11:55
Gaji Tinggi Jadi Alasan Perawat Indonesia Lebih Pilih Bekerja di Singapura
Ilustrasi(freepik.com)

PARA pelaku layanan kesehatan melaporkan adanya peningkatan minat di kalangan petugas kesehatan Indonesia untuk mencari pekerjaan di luar negeri, seperti dilansir dari The Straits Times. Hal itu didorong oleh gaji yang lebih tinggi dan peluang pengembangan karier dan pribadi.

Sejak tahun lalu, Indonesia lewat kerja sama dengan Singapura mengirimkan perawat untuk memenuhi kebutuhan perawat di Negeri Singa. Kementerian Ketenagakerjaan RI mengungkapkan, sejak Juni 2023 hingga Juni 2024, terdapat 66 perawat Indonesia yang telah bekerja di rumah sakit umum Singapura melalui program tersebut.

Kebanyakan dari mereka tiba di Singapura sebagai asisten layanan kesehatan (healthcare assistants). Pasalnya untuk bekerja pada tingkatan yang lebih tinggi, yakni enrolled nurses dan registered nurses di Singapura, perawat harus lulus ujian Singapore Nursing Board.

Baca juga : 133 Perawat asal Indonesia Lolos Bekerja di RS Pemerintah Singapura

Kementerian Kesehatan Singapura menyebut negaranya membutuhkan tambahan 24.000 perawat dan staf layanan kesehatan pada 2030. Permintaan ini memberikan peluang bagi perawat Indonesia.

Hingga 2023, belum ada program penempatan formal bagi perawat Indonesia untuk dikirim ke Singapura. “Dengan semakin banyaknya publisitas dan perekrutan di Indonesia, semakin banyak pula petugas kesehatan yang datang ke Singapura dalam kelompok yang lebih besar,” kata Judy Low Lai Kwan, kepala regional Singapura dan Indonesia di Talent Angels, sebuah organisasi internasional yang berbasis di Singapura.

Talent Angels, kata Judy, saat ini menjadi satu-satunya lembaga yang merekrut perawat Indonesia ke Singapura.

Baca juga : Indonesia Perluas Kesempatan Kerja Perawat di Jerman

Salah satu perawat Indonesia yang mencoba peruntungan di SIngapura adalah Nissa Fadillah Somantri. Ia bergabung dengan Jurong Community Hospital pada Februari 2024 sebagai perawat terdaftar (enrolled nurse). Nissa mendapatkan lisensi tersebut pada Maret 2023.

Sebelumnya, ia bekerja selama 1,5 tahun di sebuah rumah sakit umum di Bandung, Jawa Barat. Dia mengatakan salah satu tantangan terbesarnya adalah menyesuaikan diri dengan budaya kerja baru yang menuntut kecepatan dan ketepatan.

“Semuanya harus kita lakukan sesuai standar operasional prosedur. Jika tidak, kami akan mendapat peringatan. Di Singapura lebih ketat,” kata ibu satu anak berusia 34 tahun ini kepada The Straits Times.

Baca juga : Kemnaker dan ZENRYO-REN Gelar Business Matching untuk Pekerja Migran Indonesia

Namun tantangan ini tidak sia-sia. Ia kini mendapat gaji tujuh kali lipat dari gajinya di Indonesia. Menurut Nissa, ini adalah salah satu alasan utamanya untuk bekerja di luar negeri.

Indonesia memiliki gaji minimum yang berbeda-beda untuk berbagai pekerjaan, termasuk keperawatan, antar provinsi dan kabupaten. Di Jakarta, yang memiliki gaji minimum tertinggi, gaji awal perawat adalah RP5,07 juta rupiah (S$427) per bulan. Nissa, misalnya, dibayar RP3,5 juta rupiah ketika ia mulai bekerja pada 2017.

Nissa melihat pekerjaannya saat ini sebagai batu loncatan untuk peluang masa depan. “Peluang bekerja di Amerika atau Eropa terbuka lebar jika kita sudah bekerja di Singapura. Mereka akan mengakui kemampuan kami,” katanya.

Baca juga : Kemnaker RI Komit Hadirkan Pelatihan Vokasi yang Berkualitas

Perawat Indonesia lainnya, Ayu Puspita Sari Itta, mulai bekerja sebagai perawat terdaftar (registered nurse) di Khoo Teck Puat Hospital pada April 2024.

Dalam tiga bulan pertamanya, dia kesulitan berbicara bahasa Inggris di tempat kerja dan juga menggunakan peralatan medis canggih yang tidak dia kenali.

“Saya juga belajar bagaimana menggunakan peralatan medis yang canggih. Itu sangat sulit pada awalnya, tapi sekarang terasa lebih mudah,” kata perempuan berusia 28 tahun ini.

Kini, dengan penghasilannya yang lebih banyak, Ayu mengaku bisa menabung untuk mengejar gelar Magister Keperawatan.

Singapura bukan satu-satunya negara yang menerima tenaga kesehatan Indonesia. Tenaga kesehatan Indonesia sudah bekerja di luar negeri sejak 1990-an ke negara-negara seperti Belanda dan Kuwait.

Di luar Singapura, pada Januari hingga Agustus 2024, data Kemenaker menyebut ada 1.468 perawat Indonesia yang memutuskan bekerja di luar negeri. Sebanyak 924 orang atau 63% di antaranya bekerja di Taiwan. Sisanya berada di Jepang (135), Arab Saudi (407), dan Jerman (dua).

Sementara pada 2023, 2.139 perawat Indonesia, meningkat 25% dari 2022 mencari nafkah di luar negeri.

Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, alih-alih mendorong petugas kesehatan Indonesia untuk mencari peluang di luar negeri, peluang kerja dan kesejahteraan perawat di dalam negeri harus ditingkatkan terlebih dahulu.

“Kami senang dengan upaya memfasilitasi perawat untuk bekerja di luar negeri. Namun pemerintah juga perlu mendukung (perawat yang bekerja di dalam negeri) melalui kebijakan dan peraturan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja (domestik),” katanya.(The Straits Times/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya