Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Kebutuhan Tenaga Kerja Industri Hijau Diprediksi akan terus Meningkat

Naufal Zuhdi
30/7/2025 20:44
Kebutuhan Tenaga Kerja Industri Hijau Diprediksi akan terus Meningkat
PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN: Petugas memeriksa panel surya berkapasitas 150 Mpw yang mampu menyuplai 20 persen total kebutuhan operasional listrik masjid di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (17/02/2025).(Dok MI)

WAKIL Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam mengungkapkan bahwa kebutuhan tenaga kerja khususnya untuk green job akan meningkat ke depannya.

"Bahkan di kita itu kita sudah bentuk yang namanya capability center karena belum ada supply-nya. Jadi ada bidang-bidang baru yang belum ada tenaganya yang dari pendidikan formal. Ya seperti misalnya bagaimana kita mengembangkan Biofuel, kemudian juga Photovoltaic, dan lain sebagainya," kata Bob Azam saat ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Rabu (30/7).

Lebih lanjut, Bob menyampaikan bahwa saat ini masih tsdjadu missconnection antara dunia industri dengan dunia pendidikan. 

Hal ini terlihat dari mata kuliah-mata kuliah tertentu untuk energi hijau yang masih belum menjadi mata kuliah khusus di universitas.

"Jadi kita berharap juga ke depan ada kurikulum-kurikulum hijau di universitas. Itu yang menurut saya kita harus kembangkan supaya SDM ini menjadi leading sector untuk industri hijau ke depan. Biasanya, kan, industri dulu baru dicari SDM-nya. Ke depan saya ingin ubah, SDM-nya kita siapin supaya mereka menjadi leading sector," tegas Bob.

Di samping itu, Bob juga mengingatkan bahwa transisi menuju industri hijau tidak semudah yang dibayangkan. Indonesia, kata dia, mesti belajar dari pengalaman negara-negara Eropa yang mengalami over investment dan berakibat greenflation.

"Jadi tidak boleh juga kita terlalu agresif tanpa memikirkan financing-nya dan segala sesuatunya. Oleh karena itu kita harus wise, lah. Nah, sekarang mungkin disepakati 2030 transisi yang penting emisi itu flat dulu, baru 2030 onward bagaimana kita nurunin (emisi). Untuk flat ini memang harus kerja sama antara menemukan renewable energy plus juga efisiensi," cetus Bob.

Bob meyakini, kombinasi antara efisiensi dan renewable energy akan membuat pendanaan untuk energi hijau akan menjadi lebih rasional. 

"Sebab kalau kita hanya mengandalkan renewable energy itu akan mahal sekali, tapi kalau kita combine dengan efisiensi, cost kita akan turun. Nah, (kalau) cost kita turun ini bisa di-complementary dengan penemuan energi terbarukan. Jadi energi terbarukan dan efisiensi energi ini harus hand ind hand, kalau tidak cost-nya akan melambung tinggi," pungkasnya. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya