Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dilantik jadi Kepala BPOM, Taruna Soroti Harga Obat Mahal

Fetry Wuryasti
19/8/2024 18:20
Dilantik jadi Kepala BPOM, Taruna Soroti Harga Obat Mahal
Pelantikan pejabat negara oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/8).(Fetry Wuryasti/MI)

 

 

KEPALA Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar yang baru dilantik Presiden Joko Widodo atau Jokowi, menyoroti masalah harga obat-obatan yang mahal di Indonesia. Menurutnya ada lima hal yang perlu dibereskan untuk mengatasi hal itu. 

Baca juga : Presiden Jokowi Lantik Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM

 

"Ternyata kan kalau pengamatan saya harga tadi mahal karena obat itu kan intinya terbagi tiga. Ada obat yang paten, terus ada obat generik, tapi ada di antaranya itu. Dan disitu kita melihat perlu diregulasi dengan baik. Itu yang pertama," papar Taruna, seusai dilantik oleh presiden di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8). 

 

Baca juga : Daftar Skuad Termewah Euro 2024, Inggris Capai Rp26 Triliun, Rumania Terendah

Hal kedua, sambungnya, pentingnya koordinasi antarlembaga. Sebab, menurutnya BPOM tidak bisa bekerja sendiri. BPOM, sambung Taruna, perlu bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan asosiasi farmasi.

 

" Jadi itu koordinasi perlu ditingkatkan," ucapnya. 

Baca juga : 5 Alasan Daging Babi Lebih Murah daripada Daging Sapi

 

Kemudian hal yang ketiga, ujar Taruna, banyak sekali obat-obat yanh sudah menjadi obat baru atau produk inovasi tidak kunjung masuk ke Indonesia. Ia menyebut obat-obatan yang merupakan produk biologi, sudah disahkan di Eropa atau di Amerika Serikat. Namun, belum masuk ke Indonesia. 

 

Baca juga : Glass Beams Rilis EP Mahal

"Bertahun-tahun sampai di sini belum masuk ke Indonesia, dan itu menyebabkan semakin mahalnya obat. Nah, ternyata ada aspek dalam jangkauan tersebut yang perlu di-treat secara spesifik," ucapnya. 

 

Hal keempat, menurut Taruna yakni inovasi dalam konteks regulasi. Sebab, uji klinis untuk obat-obatan, terang dia, membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

 

"Itu kan ada uji klinis fase 1, 2, 3. Itu betul golden gate-nya, golden standarnya. Tetapi ada inovasi obat-obat produk biologi, misalnya terapi genetik, dan sebagainya, itu tidak mengikuti jalur seperti itu," terang Taruna.

 

Obat-obatan jenis tersebut, ujarnya membutuhkan strategi spesifik. Ia menganggap ada beberapa regulasi yang sifatnya spesial di Badan POM dan perlu diperbaiki.

 

"Bukan... ya, teknologi kan berkembang. Kita harus mengikuti dan itu obat, makanan, minuman, dan sebagainya juga kan perlu dikembangkan lebih jauh karena kita lihat makanan-makanan produk yang hasil inovasi banyak sekali," paparnya. 

 

Hal kelima, Taruna mengatakan soal standar BPOM yang akan ditingkatkan.

Menurutnya secara internal, standarisasi obat oleh BPOM sudah baik, tetapi ia merasa itu perlu diperluas hingga ke standar level global. 

 

" Misalnya, produk-produk obat atau produk minuman atau produk ini yang sudah dapat pengesahan di Badan POM, itu langsung secara mudah terpercaya di berbagai negara," paparnya.

 

Hal tersebut, ujar dia, berkaitan dengan ekspor dan reputasi BPOM.

 

"Bukan saja kita persaingannya di tingkat Asia, tapi di tingkat global. Dan itu salah satu strength dan kekuatan saya," pungkasnya. (H-3)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya