Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEPALA Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar yang baru dilantik Presiden Joko Widodo atau Jokowi, menyoroti masalah harga obat-obatan yang mahal di Indonesia. Menurutnya ada lima hal yang perlu dibereskan untuk mengatasi hal itu.
Baca juga : Presiden Jokowi Lantik Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM
"Ternyata kan kalau pengamatan saya harga tadi mahal karena obat itu kan intinya terbagi tiga. Ada obat yang paten, terus ada obat generik, tapi ada di antaranya itu. Dan disitu kita melihat perlu diregulasi dengan baik. Itu yang pertama," papar Taruna, seusai dilantik oleh presiden di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8).
Baca juga : Daftar Skuad Termewah Euro 2024, Inggris Capai Rp26 Triliun, Rumania Terendah
Hal kedua, sambungnya, pentingnya koordinasi antarlembaga. Sebab, menurutnya BPOM tidak bisa bekerja sendiri. BPOM, sambung Taruna, perlu bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan asosiasi farmasi.
" Jadi itu koordinasi perlu ditingkatkan," ucapnya.
Baca juga : 5 Alasan Daging Babi Lebih Murah daripada Daging Sapi
Kemudian hal yang ketiga, ujar Taruna, banyak sekali obat-obat yanh sudah menjadi obat baru atau produk inovasi tidak kunjung masuk ke Indonesia. Ia menyebut obat-obatan yang merupakan produk biologi, sudah disahkan di Eropa atau di Amerika Serikat. Namun, belum masuk ke Indonesia.
Baca juga : Glass Beams Rilis EP Mahal
"Bertahun-tahun sampai di sini belum masuk ke Indonesia, dan itu menyebabkan semakin mahalnya obat. Nah, ternyata ada aspek dalam jangkauan tersebut yang perlu di-treat secara spesifik," ucapnya.
Hal keempat, menurut Taruna yakni inovasi dalam konteks regulasi. Sebab, uji klinis untuk obat-obatan, terang dia, membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Itu kan ada uji klinis fase 1, 2, 3. Itu betul golden gate-nya, golden standarnya. Tetapi ada inovasi obat-obat produk biologi, misalnya terapi genetik, dan sebagainya, itu tidak mengikuti jalur seperti itu," terang Taruna.
Obat-obatan jenis tersebut, ujarnya membutuhkan strategi spesifik. Ia menganggap ada beberapa regulasi yang sifatnya spesial di Badan POM dan perlu diperbaiki.
"Bukan... ya, teknologi kan berkembang. Kita harus mengikuti dan itu obat, makanan, minuman, dan sebagainya juga kan perlu dikembangkan lebih jauh karena kita lihat makanan-makanan produk yang hasil inovasi banyak sekali," paparnya.
Hal kelima, Taruna mengatakan soal standar BPOM yang akan ditingkatkan.
Menurutnya secara internal, standarisasi obat oleh BPOM sudah baik, tetapi ia merasa itu perlu diperluas hingga ke standar level global.
" Misalnya, produk-produk obat atau produk minuman atau produk ini yang sudah dapat pengesahan di Badan POM, itu langsung secara mudah terpercaya di berbagai negara," paparnya.
Hal tersebut, ujar dia, berkaitan dengan ekspor dan reputasi BPOM.
"Bukan saja kita persaingannya di tingkat Asia, tapi di tingkat global. Dan itu salah satu strength dan kekuatan saya," pungkasnya. (H-3)
KAPOLRI Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan akan menindak tegas mafia yang memicu harga obat di dalam negeri mahal. Salah satu pemicu mahalnya harga obat adalah harga bahan baku.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pemerintah mendorong agar obat dan alat kesehatan dapat diproduksi di dalam negeri. Selain untuk memperkuat perekonomian dan sektor kesehatan
Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong agar pemerintah penyusunan regulasi dan kebijakan yang lebih variatif sehingga harga obat dapat terjangkau oleh masyarakat.
Ketua Umum PP IAI menilai izin edar tidak mempengaruhi harga obat yang tersebar di Indonesia.
Terkait bahan baku farmasi dalam negeri, perlu ada perhitungan rinci tentang nilai ekonomi ketersediaan bahan baku ini di bandingkan dengan kebutuhan penggunaannya di dalam negeri.
YLKI juga melihat selama ini bahan baku obat masih impor dan dikenai bea masuk yang tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved