Jangan Tertipu Mitos! Ini Fakta Seputar TBC

Meilani Teniwut
08/8/2024 14:40
Jangan Tertipu Mitos! Ini Fakta Seputar TBC
Ilustrasi - Banyak mitos yang beredar tentang TBC yang tidak sesuai dengan fakta. Simak penjelasannya berikut.(Medcom)

TUBERKULOSIS (TBC) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Sayangnya, banyak masyarakat yang masih memiliki pemahaman yang salah tentang penyakit ini. 

Beberapa mitos yang sering beredar antara lain TBC hanya menyerang paru-paru, TBC bersifat menular melalui udara, dan obat TBC memiliki efek samping yang berbahaya.

Faktanya, TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh, penularannya memang melalui udara, namun tidak semudah yang dibayangkan. Pengobatan TBC sangat efektif jika dilakukan secara teratur dan tepat. Untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat tentang TBC, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga kesehatan.

Baca juga : Edukasi Masyarakat terkait TB secara Masif Harus Segera Dilakukan

Mitos dan Fakta TBC

Sudah lama beredar mitos TBC hanya menyerang paru-paru dan merupakan penyakit keturunan. Faktanya, bakteri penyebab TBC dapat menginfeksi berbagai organ tubuh, seperti tulang, ginjal, dan otak. TBC juga bukan penyakit keturunan, melainkan penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Mitos lain yang sering muncul adalah TBC menular melalui sentuhan langsung. Padahal, penularan TBC terjadi melalui udara saat penderita batuk, bersin, atau meludah. Bakteri TBC yang terkandung dalam droplet air liur inilah yang dapat menginfeksi orang lain jika terhirup.

Banyak juga yang beranggapan bahwa TBC tidak dapat disembuhkan. Namun, dengan pengobatan yang tepat dan teratur, TBC dapat sembuh total. Penting untuk diingat bahwa pengobatan TBC membutuhkan waktu yang cukup panjang, biasanya sekitar 6-9 bulan.

Baca juga : WHO Ungkap Skrining Tb Lebih Efektif Digabung dengan Terapi Pencegahan Tuberkolosis

Siapa Saja yang Berisiko Tertular TBC?

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena TBC antara lain:

Sistem kekebalan tubuh lemah

Orang dengan HIV/AIDS, diabetes, atau malnutrisi lebih rentan terhadap TBC.

Perokok aktif

Rokok dapat merusak paru-paru dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Baca juga : Kasus Tuberkulosis Anak Naik Dua Kali Lipat Dibanding 2021

Malnutrisi

Kekurangan gizi membuat tubuh lebih sulit melawan infeksi.

Lingkungan tidak sehat

Tinggal di tempat yang sempit, lembab, dan kurang ventilasi meningkatkan risiko penularan.

Kontak erat dengan penderita TBC

Orang yang tinggal serumah atau bekerja dengan penderita TBC memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular.

Baca juga : Kasus Tuberkulosis di Jawa Barat Tertinggi di Indonesia

Pencegahan TBC

Untuk mencegah penularan TBC, kita dapat melakukan beberapa hal sederhana, seperti:

  1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
  2. Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
  3. Memperbanyak ventilasi ruangan.
  4. Melakukan vaksinasi BCG untuk bayi.
  5. Segera memeriksakan diri jika mengalami gejala TBC.

Gejala TBC

Gejala TBC yang paling umum adalah batuk berdahak selama lebih dari 2 minggu, demam, keringat malam, dan penurunan berat badan drastis. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Jangan tertipu mitos seputar TBC! Dengan pemahaman yang benar, kita dapat mencegah penyebaran dan mengobati penyakit ini dengan efektif. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya