Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Nama Pengarang Roman Siti Nurbaya Marah Roesli Diabadikan sebagaiNama Jalan

Yose Hendra
05/8/2024 17:05
Nama Pengarang Roman Siti Nurbaya Marah Roesli Diabadikan sebagaiNama Jalan
Marah Roesli(Dok Badan Bahasa)

Nama sastrawan besar Indonesia yang melahirkan tokoh legendaris Siti Nurbaya resmi Marah Roesli diabadikan sebagai salah satu nama jalan 
di Kota Padang. Jalan yang dinamakan sebagai Jalan Marah Roesli tersebut berlokasi di Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, tepatnya di samping Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/4 Padang.

Peresmian Jalan Marah Roesli tersebut dihadiri Penjabat (Pj) Wali Kota Padang, Andree Algamar didampingi Pj Ketua TP-PKK Kota Padang, Vanny Andree Algamar, Pj Sekda Yosefriawan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Yopi Krislova, serta perwakilan keluarga almarhum Marah Roesli, Senin (5/8).

Sebagai sastrawan angkatan pujangga baru, Marah Roesli dikenal melalui salah satu karya terbesarnya yaitu Siti Nurbaya. Sebuah novel yang merupakan karya romance pertama penulis Tanah Air.

Baca juga : Begini Kondisi Sastrawan Joko Pinurbo sebelum Meninggal Dunia Menurut Sang Istri

Di Kota Padang, kisah Siti Nurbaya bahkan sudah dianggap sebagai kisah nyata. Makam Siti Nurbaya diklaim terdapat di Gunung Padang, juga terdapat jembatan dengan nama Siti Nurbaya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova dalam laporannya menyampaikan bahwa penamaan Jalan Marah Roesli dilakukan 
untuk menghormati sastrawan besar Ranah Minang tersebut sekaligus untuk kebutuhan administrasi karena Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang akan berkantor di Kelurahan Belakang Tangsi tersebut, tepatnya di jalan yang baru dinamai sebagai Jalan Marah Roesli tersebut.

"Jadi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan berkantor di sini dan Jalan Marah Roesli ini juga sebagai kejelasan administrasi nama kantor nantinya," kata Yopi Krislova.

Baca juga : Indonesia Boikot Pameran Buku Frankfurt karena Memihak Zionis Israel

Pj Wali Kota Padang, Andree Algamar menyebut dipilihnya nama Marah Roesli adalah bentuk penghargaan kepada sastrawan besar Indonesia yang 
juga berprofesi sebagai Dokter Hewan tersebut.

"Hari lahir beliau juga sama dengan Hari Jadi Kota (HJK) Padang, yaitu 7 Agustus. Jadi ini sebagai kado HUT dari Pemko untuk almarhum dan keluarga besarnya," ujar Andree Algamar.

Menurut Andree Algamar, Novel Siti Nurbaya karya Marah Roesli hanya bisa disejajarkan dengan Novel Romeo & Juliet. Novel Siti Nurbaya juga sudah diterjemahkan ke bahasa Russia dan China.

Baca juga : Perpustakaan Milan Kundera Dibuka di Tanah Kelahirannya, Brno, Rep Ceko

"Setiap tahun pada momen HJK Padang kita juga menggelar Festival Siti Nurbaya. Semoga generasi muda Padang dapat meneladani dan berbuat lebih 
baik seperti Marah Roesli," ujarnya.

Diabadikannya nama Marah Roesli sebagai nama jalan tersebut juga sudah mendapat izin dari keluarga besar almarhum. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran dua orang cucunya, yaitu Utami Roesli dan Dewi Adjar Ratna.

Pihak keluarga pun mengaku bangga atas penamaan Jalan Marah Roesli tersebut. Hal ini disebut Dewi Adjar Ratna sebagai pengingat dan penghargaan bagi siapapun orang Indonesia yang berkarya dan karya itu terus melegenda.

Baca juga : Suka Menulis Cerpen? Ikuti Sayembara Cerpen Media Indonesia Ini

"Ini apresiasi yang sangat baik terhadap almarhum. Karena masih banyak generasi muda yang tidak mengetahui siapa itu Marah Roesli, kalau Siti 
Nurbaya hampir semua orang mengetahui," kata Dewi Adjar Ratna.

Dokter Hewan

Mengutip Ensiklopedia 1001 Orang Minang, Marah Rusli lahir di Padang pada 7 Agustus 1889 di Padang  dari keluarga bangsawan. Ayahnya bernama 
Sutan Abu Bakar, seorang demang, yang masih keturuan Raja Pagaruyung. Adapun ibunya berdarah Jawa, keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang 
panglima perang Pangeran Diponegoro.

Meskipun lebih dikenal sebagai sastrawan, sesungguhnya Marah Rusli adalah seorang dokter hewan. Ia masuk Sekolah Dokter Hewan di Bogor dan 
tamat pada tahun 1915.

Minat Marah Rusli terhadap sastra sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Selain gemar membaca buku, ia juga senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba yang berkeliling kampung. Romannya Siti Nurbaya yang melegenda sebenarnya berlatar pengalamannya.

Pada 1911, ketika masih bersekolah di Bogor, Marah Rusli kawin dengan seorang gadis Sunda kelahiran Bogor, Nyai Raden Ratna Kencana Wati. Perkawinan tersebut tidak diketahui oleh keluarga sehingga menyebabkan orangtuanya meminta dia kembali ke Padang.

Saat di Padang, Marah Rusli dinikahkan orangtuanya dengan wanita Minang. Sebagai anak, ia tidak dapat mengelak rencana tersebut. Pernikahan akhirnya berlangsung. Namun, begitu acara pernikahan selesai, ia langsung menjatuhi talak tiga dan meninggalkan Padang. Hal tersebut membuat orangtuanya marah.

Di Jawa, Marah Rusli kembali menekuni profesinya sebagai dokter hewan. Semula, ia bertugas di Sumbawa Besar. Ia pernah menjadi Kepala Perhewanan di Bima tahun 1916. Tahun 1918, ia pindah ke Bandung untuk menjabat Kepala Peternakan Hewan Kecil. Tidak lama kemudian, ia pindah ke Blitar dan menjadi Kepala Perhewanan Daerah. Tahun 1920, ia kembali ke Bogor karena diangkat menjadi asisten leraar (dosen) pada Sekolah Kedokteran Hewan, almamaternya.

Pada tahun 1921, ia menjadi dokter hewan di Jakarta. Empat tahun kemudian ia pindah ke Balige, Tapanuli, Sumatra Utara. Keriernya terus berlanjut hingga pascakemerdekaan, sembari tetap menulis.

Selain Siti Nurbaya, karya Marah Rusli yang terkenal di antaranya La Hami (Balai Pustaka, 1924), Anak dan Kemenakan (Balai Pustaka, 1956), Memang Jodoh (naskah), dan Tesna Zahera (naskah). Ia juga menerjemahkan novel karya Charles Dickens, Gadis yang Malang (1922).

Marah Rusli meninggal di Bandung pada 17 Januari 1968 dalam usia 79 tahun. Dari pernikahannya dengan Nyai Raden Ratna Kencana Wati, Marah Roesli memperoleh tiga orang anak, yakni Safhan Roesli, Roeshan Roesli, dan Nani Roesli.

Tokoh rekaan yang diciptakannya, Siti Nurbaya, telah menjelma menjadi legenda. Di Padang, banyak yang meyakini bahwa Siti Nurbaya bukanlah tokoh fiktif dan berupaya membuktikan keberadaannya, dengan meyakini sebuah makam keramat di sela batu karang bukit Gunung Padang sebagai tempat berkuburnya Siti Nurbaya. (H-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya