Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
LULUSAN dari sekolah vokasi, baik pada jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun perguruan tinggi, masih menghadapi tantangan dalam penyerapan di dunia kerja. Selain itu, berdasarkan pengalaman pelaku industri, masih sedikit lulusan pendidikan vokasi yang punya kematangan sikap dan mental untuk siap menghadapi budaya kerja secara profesional karena kurangnya pembentukan karakter.
"Dalam pengamatan kami, para lulusan vokasi sangat ahli dan memiliki hard skill yang bagus, tetapi masih kurang dalam softskill seperti kemampuan berkomunikasi dan mengelola masalah. Selain itu, karakter mereka menjadi pekerjaan rumah yang dapat membentuk mereka siap bekerja," jelas perwakilan Asosiasi Pastry Indonesia, Nayundha Yustriana, di Jakarta, Selasa (9/7).
Menurut Nayundha, setidaknya terdapat tiga kompetensi penting yang harus dikuasai oleh calon tenaga kerja, yakni keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude). Sayangnya, Nayundha melanjutkan, kebanyakan penyelenggara pendidikan vokasi terlalu berfokus pada pembentukan skill calon tenaga kerja. Padahal, knowledge dan attitude juga merupakan bekal penting untuk kematangan cara bekerja di industri.
Baca juga : Gap Antara Sekolah dan Industri Penyebab Tingginya Angka Pengangguran
"Kami telah bekerjasama dengan SMK dan perguruan tinggi vokasi di berbagai provinsi Indonesia, mulai dari penyelarasan kurikulum, penerimaan praktik kerja, hingga kerja sama dalam bentuk kemitraan. Sebagai industri yang bergerak di bidang hospitality, faktor keramahtamahan menjadi penting tetapi lulusan vokasi sering kali masih kurang mumpuni dan belum terlalu dikedepankan," katanya.
Perwakilan dari United Tractors, Dimas Aryo, menjelaskan bahwa kesenjangan antara kompetensi lulusan pendidikan vokasi dan kebutuhan industri juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana ajar atau alat praktik yang tertinggal dibandingkan dengan perkembangan industri. Bahkan kerap kali alat teknologi industri juga belum bisa menjawab tantangan kemajuan global secara umum.
"Pendidikan vokasi masih terbatas pada alat praktik, bahkan alat praktik yang kami berikan juga sudah tertinggal jaman. Misalnya saat ini dunia sedang berfokus pada teknologi hibrida, kita juga sedang bermain pada penyediaan solar panel. Kita coba mengintervensi dengan memberikan transfer knowledge alat kepada vokasi. Namun terkadang saat sekolah mengalami pergantian kepengurusan dan kurikulum, sering kali itu menjadi tantangan baru," imbuhnya.
Merespons hal tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Uuf Brajawidagda menjelaskan bahwa pihaknya terus mendorong para pendidik dan satuan pendidikan vokasi untuk menerapkan pembelajaran inklusif untuk membangun karakter siswa sehingga dapat menjadi lulusan yang siap kerja.
"Definisi dan atribusi kebutuhan soft skill dari masing-masing industri berbeda-beda. Industri manufaktur berbeda dengan industri kreatif dalam soft skill, tetapi ada kesamaan yaitu pembelajar dan cepat beradaptasi. Itulah yang menjadi pegangan kita untuk membangun karakter. Hal ini selalu kami kedepankan dalam sistem Merdeka Belajar. Kita berusaha membuka seluas-luasnya interaksi sekolah dengan industri agar terjadi pengembangan skill dan karakter siswa," ujarnya. (Z-2)
Program ini diharapkan mempersiapkan mahasiswa siap kerja dan diterima oleh industri.
Perkembangan ekonomi digital nasional, khususnya di sektor jasa keuangan, perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan talenta-talenta digital yang terlibat di dalamnya.
Rendahnya jumlah mahasiswa vokasi di Indonesia merupakan tantangan yang harus segera dijawab.
HOPE International telah berhasil menghubungkan sejumlah industri Tiongkok dengan institusi pendidikan vokasi di Indonesia dalam menyiapkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Kementerian Ketenagakerjaan menggandengang Inovasi Muda dalam penyelenggaraan Indonesia Green Jobs Summit (IGJS) 2025
Kerja sama antarkementerian terkait yang telah dilakukan, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, harus benar-benar direalisasikan dengan baik dan terukur.
Unjaya menyelenggarakan kegiatan Penguatan Kelembagaan Melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Eksternal Perguruan Tinggi.
EKOSISTEM pendidikan tinggi perlu didorong agar lebih inklusif dalam berbagai aspek. Hal itu harus diwujudkan demi menciptakan perguruan tinggi yang inovatif dan berdaya saing.
Rektor UII mengingatkan kalangan mahasiswa agar selalu menjaga integritas akademik. Dunia pendidikan, ujarnya, merupakan bisnis kejujuran.
INSTITUSI pendidikan harus terus mendukung untuk tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) dengan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan berbasis pada aksi nyata.
Setelah melewati babak penjurian yang sengit, keempat tim tersebut berhak mendapatkan pendanaan untuk menjalankan program pengabdian berdasarkan proposal mereka.
Di era transformasi digital yang menuntut adaptasi cepat dalam dunia pendidikan, kehadiran sistem pembelajaran yang fleksibel dan dapat diakses dari mana saja menjadi kebutuhan mendesak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved