Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DIREKTUR Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyebut kewaspadaan orangtua menjadi kunci keberhasilan dalam penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi pada anak-anak.
Menurut Imran, kewaspadaan orangtua memahami perubahan yang dialami pada anak diperlukan apabila agar apabila anak mengalami perburukan DBD maka penanganan dari tenaga medis yang tepat bisa lebih cepat didapatkan oleh anak dan mencegah fatalitas dari DBD.
"Orangtua harus paham betul kondisi anaknya, karena kadang dia tidak bisa mengungkapkan sakitnya apa. Padahal dalam diagnosis dokter sering mengandalkan anamnesis (wawancara medis). Lewat wawancara, penyakit bisa terjawab dan tidak harus menggunakan hasil laboratorium. Dengan pertanyaan hampir 60% bisa diduga. Sehingga ketika anak DBD, orangtua harus tahu kondisi anaknya," kata Imran dalam diskusi, Minggu (23/6).
Baca juga : DBD Bisa Sebabkan Anak Alami Gangguan Tumbuh Kembang
Data Kementerian Kesehatan, per 5 Mei 2024, dalam hal distribusi kasus DBD sesuai kelompok umur selama tiga tahun terakhir (2022-2024) kasus DBD ditemukan paling banyak pada kelompok umur 15-44 tahun dengan persentase 43% dari seluruh kelompok umur.
Namun, apabila dilihat dari distribusi kematian DBD sesuai kelompok umur, dalam tujuh tahun terakhir justru kematian akibat DBD paling banyak ditemukan pada kelompok umur 5-14 tahun dengan persentase 53% dari seluruh kelompok umur.
Hal itu menunjukkan, meski DBD menjangkiti kelompok usia yang produktif, fatalitasnya paling banyak terjadi di usia kelompok anak-anak yaitu 5-14 tahun.
Baca juga : Ternyata Anda Bisa Tertular DBD Berulang Kali
Imran mengatakan kematian pada usia anak-anak akibat DBD itu disebabkan karena imunitas anak tidak sebaik kelompok usia produktif.
Di samping itu, hal tersebut turut dipengaruhi karena kerap kali gejala-gejala perburukan sulit ditemukan pada anak yang mengalami DBD karena yang bersangkutan tidak dapat mendeskripsikan dengan tepat gejala yang dialaminya sehingga yang ditemukan kerap kali anak sudah dalam kondisi kritis.
Maka dari itu, ketika anak terlihat mengalami gejala DBD atau sudah mengalami DBD, ada baiknya orangtua ataupun pihak yang bertanggung jawab merawat anak melakukan komunikasi yang intens dengan anak mengenai apa perubahan yang dialami hingga apa yang dirasakan oleh anak.
Baca juga : Waspadai Penularan Penyakit HFMD dan DBD Selama Lebaran dan Arus Balik
"Karena sering tuh ditemukan kalau di Jakarta misalnya, yang ngurusin anak itu baby sitter. Ketika anaknya sakit yang bawa orangtuanya tapi ga tahu kondisinya. Sementara baby sitter yang paling tahu kondisi anak malah tetap tinggal di rumah ga ikut pemeriksaan. Jadi memang sangat penting komunikasi dibangun orangtua dan yang merawat anak di rumah untuk mengetahui kondisi anak," kata Imran.
Adapun beberapa gejala yang menjadi penanda bagi orangtua bahwa anak mengalami perburukan saat DBD di antaranya tidak ada perbaikan kondisi setelah suhu tubuh menurun, anak terus menolak makan dan minum, nyeri perut hebat, lemah, lesu, hingga anak ingin terus tidur.
Lalu, di samping itu, perlu juga diperhatikan saat anak mengalami perubahan perilaku seperti suka marah-marah, anak terlihat pucat dan tangan serta kakinya dingin, perdarahan, hingga anak tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam. (Ant/Z-1)
Perubahan kelembapan udara selama masa pancaroba dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit.
DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.
Jangan meninggalkan sampah di dalam dan luar rumah karena bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan telur
Kota Bandung masih menjadi penyumbang kasus terbesar dengan jumlah 1.021 kejadian.
STOK darah yang ada di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung Jawa Barat (Jabar) menipis. Jika biasanya persediaan mencapai 500 labu/ hari, sekarang hanya tersedia setengahnya.
Dengan banyaknya kasus DBD, warga diminta waspada dan meningkatkan kembali kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Pengasapan dilakukan dalam upaya mengantisipasi dan pencegahana penyebaran Demam Berdarah Dengue
Bahan alami untuk mengusir nyamuk seperti bunga lavender, serai hingga tea tree oil
Sejak Januari hingga saat ini sudah 281 orang harus menjalani perawatan di rumah sakit.
KASUS demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebanyak 120 orang harus dirawat karenanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved