Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
KEBIASAAN memberikan pisang kepada bayi di bawah usia 6 bulan di berbagai daerah di Indonesia dinilai berisiko serius. DR Dr. Titis Prawitasari, SpA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Nutrisi & Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengungkapkan keprihatinannya fenomena itu di Maluku, Aceh, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Pemberian pisang pada usia dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna atau risiko tersedak. Tekstur pisang yang kasar tidak sesuai dengan kemampuan bayi yang masih dalam tahap pengembangan untuk mengunyah dengan benar," ungkapnya.
Meskipun pisang kaya nutrisi seperti karbohidrat, serat, kalium, vitamin B6 dan C, serta antioksidan, pisang tidak direkomendasikan sebagai makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi di bawah usia 6 bulan. Titis menegaskan bahwa pada periode ini, bayi masih membutuhkan makanan dalam bentuk cair yang dapat dengan mudah diisap dan ditelan.
Baca juga : Tidak Semua Susu Sama, Empat Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pilih Susu Anak
Menurut panduan yang disarankan, bayi baru siap menerima MPASI, termasuk makanan seperti pisang, saat mereka menunjukkan tanda-tanda kesiapan seperti kemampuan meraih makanan dan memasukkannya ke mulut dengan koordinasi mata, mulut, dan tangan yang baik. Mereka juga harus dapat menelan dengan lancar, duduk tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal, memiliki kontrol kepala yang baik, serta menunjukkan minat terhadap makanan yang dikonsumsi oleh orang dewasa di sekitarnya.
"Dalam fase awal perkembangan, kemampuan mengunyah hanya berfungsi memindahkan makanan dari depan ke belakang mulut. Karena itu, makanan dengan tekstur kasar seperti pisang belum sesuai untuk diberikan kepada bayi di bawah usia 6 bulan," tambahnya.
a. Bisa meraih makanan dan memasukkannya ke mulut serta memiliki koordinasi yang baik antara mata, mulut, dan tangannya.
Baca juga : Menyusui Ternyata Cukup Selama 15-30 Menit
b. Dapat menelan dengan baik.
c. Bisa duduk sendiri tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal.
d. Punya kontrol kepala yang baik.
e. Tertarik dengan makanan yang sedang dikonsumsi orang lain.
Menurutnya, pengamatan terhadap tanda-tanda ini penting sebelum memulai pemberian MPASI kepada bayi. Hal ini akan memastikan bahwa bayi telah siap secara fisik dan perkembangan untuk menerima makanan padat dengan aman dan efektif. (Z-2)
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Pameran yang akan berlangsung selama tiga hari, Rabu hingga Jumat, 20–22 Agustus 2025, ini dikurasi secara khusus untuk menampilkan berbagai produk yang mencerminkan tren global.
Pemberian vaksin RSV pada ibu hamil menunjukan penurunan hingga 72% risiko Bayi alami infeksi paru-paru berat.
Yogurt dalam bentuk minuman hanya bisa dikonsumsi oleh anak berusia di atas satu tahun.
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah langkah penting dalam mendukung tumbuh kembang bayi.
MPASI yang disiapkan saat mudik itu tergantung dari jarak tempuh. Jika kurang dari empat jam, bisa disiapkan dari rumah.
Selain nutrisi, kebersihan MPASI juga perlu diperhatikan dengan baik. Sebab, MPASI juga dapat terkontaminasi kuman penyebab penyakit, seperti diare.
Orangtua diminta lebih peka terhadap penyebab anak melakukan gerakan tutup mulut dan mencari solusi yang tepat.
Orangtua sebaiknya tidak membandingkan banyaknya jumlah sendok yang mampu dihabiskan anak pada awal masa MPASI. Hal itu karena anak mempunyai fase dan kemampuannya masing-masing.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved