Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KEBIASAAN memberikan pisang kepada bayi di bawah usia 6 bulan di berbagai daerah di Indonesia dinilai berisiko serius. DR Dr. Titis Prawitasari, SpA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Nutrisi & Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengungkapkan keprihatinannya fenomena itu di Maluku, Aceh, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Pemberian pisang pada usia dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna atau risiko tersedak. Tekstur pisang yang kasar tidak sesuai dengan kemampuan bayi yang masih dalam tahap pengembangan untuk mengunyah dengan benar," ungkapnya.
Meskipun pisang kaya nutrisi seperti karbohidrat, serat, kalium, vitamin B6 dan C, serta antioksidan, pisang tidak direkomendasikan sebagai makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi di bawah usia 6 bulan. Titis menegaskan bahwa pada periode ini, bayi masih membutuhkan makanan dalam bentuk cair yang dapat dengan mudah diisap dan ditelan.
Baca juga : Tidak Semua Susu Sama, Empat Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pilih Susu Anak
Menurut panduan yang disarankan, bayi baru siap menerima MPASI, termasuk makanan seperti pisang, saat mereka menunjukkan tanda-tanda kesiapan seperti kemampuan meraih makanan dan memasukkannya ke mulut dengan koordinasi mata, mulut, dan tangan yang baik. Mereka juga harus dapat menelan dengan lancar, duduk tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal, memiliki kontrol kepala yang baik, serta menunjukkan minat terhadap makanan yang dikonsumsi oleh orang dewasa di sekitarnya.
"Dalam fase awal perkembangan, kemampuan mengunyah hanya berfungsi memindahkan makanan dari depan ke belakang mulut. Karena itu, makanan dengan tekstur kasar seperti pisang belum sesuai untuk diberikan kepada bayi di bawah usia 6 bulan," tambahnya.
a. Bisa meraih makanan dan memasukkannya ke mulut serta memiliki koordinasi yang baik antara mata, mulut, dan tangannya.
Baca juga : Menyusui Ternyata Cukup Selama 15-30 Menit
b. Dapat menelan dengan baik.
c. Bisa duduk sendiri tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal.
d. Punya kontrol kepala yang baik.
e. Tertarik dengan makanan yang sedang dikonsumsi orang lain.
Menurutnya, pengamatan terhadap tanda-tanda ini penting sebelum memulai pemberian MPASI kepada bayi. Hal ini akan memastikan bahwa bayi telah siap secara fisik dan perkembangan untuk menerima makanan padat dengan aman dan efektif. (Z-2)
Sinar matahari memang memiliki efek positif untuk mengurangi kuning dengan panjang gelombang tertentu yang dimiliki sinar ini, namun hanyalah sebagai penetrasi bukan mengobati.
Penyebabnya adalah keluar ASI rata-rata pada saat anak berusia 3-5 hari sehingga terjadi dehidrasi dari anak tersebut dan itu salah satu penyebab kuning.
Bayi yang mengalami anemia akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.
Tidak memotong tali pusat selama satu sampai tiga menit ditujukan supaya aliran darah dari ibu melalui plasenta ke dalam tali pusat bayi lebih lama.
Masalah kulit bayi seperti ruam popok, kemerahan, hingga iritasi, masih menjadi keluhan umum yang sering dihadapi para orangtua.
Jangan panik bila anak anda alami kejang demam. Ini gejala dan penanganannya.
Yogurt dalam bentuk minuman hanya bisa dikonsumsi oleh anak berusia di atas satu tahun.
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah langkah penting dalam mendukung tumbuh kembang bayi.
MPASI yang disiapkan saat mudik itu tergantung dari jarak tempuh. Jika kurang dari empat jam, bisa disiapkan dari rumah.
Selain nutrisi, kebersihan MPASI juga perlu diperhatikan dengan baik. Sebab, MPASI juga dapat terkontaminasi kuman penyebab penyakit, seperti diare.
Orangtua diminta lebih peka terhadap penyebab anak melakukan gerakan tutup mulut dan mencari solusi yang tepat.
Orangtua sebaiknya tidak membandingkan banyaknya jumlah sendok yang mampu dihabiskan anak pada awal masa MPASI. Hal itu karena anak mempunyai fase dan kemampuannya masing-masing.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved