Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PRODUK kemasan yang ramah lingkungan, mengurangi kontribusi plastik yang mencemari lingkungan, serta membantu memberdayakan masyarakat pesisir agar terhindarkan dari praktik human trafficking menjadi alasan bagi Noryawati Mulyono untuk mendirikan Biopac.
Perempuan lulusan S1 Institut Teknologi Bandung (ITB) dan S3 Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengatakan bahwa pengembangan Biopac sebetulnya sudah dilakukan sejak 2010.
“Berawal dari warga Jakarta yang sering kebanjiran dan musim hujan pada 2002 dan 2007. Saya sampai harus ngungsi ke kosan teman. Mati listrik dan air. Makanan juga seadanya. Itu kan bukan karena hujan deras tapi pendangkalan sungai yang tidak bisa menampung air, lalu kiriman air dan juga sampah plastik. Jadi itu sih yang bikin banjir. Ruginya kan banyak. Akar masalahnya bukan hujan, tetapi sampah plastik makanya kita harus solve problem itu. Akhirnya saya putuskan mau kembangkan bioplastik,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (27/4).
Baca juga : Rekosistem Hadirkan Waste Station Baru di RDTX Place untuk Masyarakat Setor Sampah
Dari situ, dia mengatakan bahwa dirinya rajin ikut kompetisi wirausaha sekaligus untuk memperkenalkan produk bioplastik. Dia mengatakan bahwa saat itu dirinya belum mampu membuat brand sendiri untuk produknya.
“Dulu belum bisa bikin brand karena saya food scientist dan masih buta tentang marketing. Saya fokus ke produknya,” kata Noryawati.
Pada 2019 akhirnya lahirlah Biopac merupakan produk kemasan berbasis rumput laut yang dapat digunakan untuk berbelanja, bungkus makanan, dan berbagai kegunaan lainnya.
Baca juga : KLHK: 67% Konsumen Pilih Produk Ecofriendly
Pemilihan rumput laut sebagai bahan utama produknya juga dikatakan sengaja untuk dilakukan karena dia merasa miris dengan kondisi human trafficking yang menimpa masyarakat pesisir.
“Rumput laut ini saya pilih karena banyak kejadian human trafficking di pesisir. Banyak korban TKW dan TKI yang bekerja secara ilegal, mengalami underpaid, sexual abuse, dan bahkan dibunuh untuk diambil organ dalamnya. Jadi memberdayakan masyarakat pesisir dengan rumput laut. Mereka enggak perlu bekerja ke luar negeri,” tegasnya.
Dia mengatakan bahwa seluruh daerah pesisir di Indonesia dapat menghasilkan produk rumput laut. Namun, pusat perdagangan dan pengiriman rumput laut berada di Makassar, Surabaya dan Jakarta.
Baca juga : Eco-friendly packaging: Solusi Ramah Lingkungan
“Kita bisa beli dengan kuantitas 5 ton ke atas. Kalau kita pesan dari NTT itu minimal 15 ton,” ujar Noryawati.
Biopac sendiri sudah 2 tahun masuk dalam ajang BRILIANPRENEUR yaitu pada 2022 dan 2023. Noryawati mengatakan bahwa ajang ini merupakan ajang strategis yang mampu memberikan edukasi mengurangi bahan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya merasa ini jadi strategic event bukan hanya buat jualan tapi juga raise awareness dan juga berjejaring. Kita ketemu distributor Jepang di 2022 karena BRI,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto menegaskan pihaknya tidak hanya mencetak economic value, melainkan juga berupaya menciptakan social value yang berdampak bagi masyarakat, tak terkecuali keberlanjutan lingkungan.
Dia menilai langkah ini sejalan dengan penguatan penerapan prinsip environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola yang baik) atau ESG yang menjadi fokus perseroan.
Kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah ini menggandeng Waste4Change untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Jikaa dihitung secara kasar sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, kerugian yang disebabkan oleh masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat di Indonesia juga bisa masuk ke Samudera Hindia hingga ke Madagaskar.
Warga akan diedukasi modul Plastic, Sustainability & You Education (PSYE) untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan plastik berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025.
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
a mengungkapkan khusus untuk sampah plastik masih menjadi permasalahan di desanya karena belum mampu untuk diolah.
PEMERINTAH menargetkan pengentasan masalah sampah di Indonesia selesai 100 persen pada 2029 mendatang. Lebih 60 persen sampah di Indonesia belum terkelola dan dibuang sembarangan.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membentuk Satgas Pengelolaan Sampah untuk mempercepat solusi darurat sampah dan mendukung target Indonesia bebas sampah 2029
MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq menekankan pengelolaan sampah bukan lagi sekadar kewajiban, tetapi sebuah tanggung jawab yang mendesak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved