Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sekitar 5,75% dari total 14.376 penderita kusta di Indonesia mengalami kecacatan akibat gangguan pada sistem saraf. Itu menandakan bahwa penyakit itu telah mencapai tahap lanjut pada sebagian penderita.
"Permasalahan kusta tidak hanya sebatas tingginya prevalensi, namun juga masih tingginya proporsi pasien dengan disabilitas tingkat dua sebesar 5,75%," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam agenda Peringatan Hari Penyakit Tropis Terabaikan (NTDs) 2024, Rabu (7/3).
Data terbaru Kemenkes mengungkapkan, sepanjang 2023, terdapat 14.376 kasus baru kusta yang dilaporkan dari 38 provinsi. Sebanyak 90% kasus kusta adalah tipe multibasiler dengan gejala rasa baal dan menyerang banyak cabang saraf. Adapun, dari total keseluruhan penderita, 8,20% adalah anak-anak.
Baca juga : Kemenkes: Masih Banyak Daerah di Indonesia yang Laporkan Penyakit Tropis
Ia mengatakan data tersebut mencerminkan bahwa penularan penyakit itu masih terjadi di lingkungan yang belum tertangani dengan baik.
Menurut Maria Endang Kusta memiliki target eliminasi kurang dari satu per 10.000 penduduk. Namun, hingga 2023, masih dilaporkan 14.376 kasus baru dengan 11 provinsi dan 124 kabupaten/kota masih memiliki prevalensi di atas satu per 10.000 penduduk.
Pada 2022, Indonesia pernah menempati posisi ketiga dunia dengan 12.612 kasus baru kusta.
Baca juga : WHO: Indonesia masih Hadapi Beban Penyakit Tropis Terabaikan
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kusta merupakan salah satu dari 21 penyakit tropis terabaikan di dunia yang perlu dieliminasi.
Salah satu upayanya adalah dengan menjaga lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
Menurutnya, berbagai penyakit tropis terabaikan dapat dieliminasi jika masyarakat dapat menjaga lingkungan sehingga berbagai hewan dan binatang yang ada di lingkungan tidak membawa virus, bakteri, atau patogen penyakit.
"Memang, cara yang paling bagus dan paling benar, walaupun susah, adalah jaga lingkungannya. Kalau lingkungan tidak banyak nyamuk, segala penyakit yang dibawa nyamuk pasti menurun," tuturnya.
Ia juga menekankan upaya eradikasi dan eliminasi penyakit tropis terabaikan merupakan program kesehatan berkelanjutan yang tidak dapat selesai dalam satu atau dua tahun.
Upaya mengeliminasi penyakit-penyakit tersebut membutuhkan komitmen bersama. (Ant/Z-11)
Ingin si kecil tumbuh tinggi? Pastikan ia mendapat asupan nutrisi yang lengkap, cukup tidur, dan aktif bergerak.
Memperkenalkan MPASI terlalu dini akan meningkatkan risiko kontaminasi patogen. Sebaliknya, bila terlambat akan menyebabkan bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan.
Sebanyak 822 pemudik mendapatkan pelayanan di pos kesehatan mudik, terdiri atas 672 usia dewasa, 102 anak, dan 48 lansia.
Isu kesehatan remaja ini isu krusial, bukan isu kaleng-kaleng. Penanganan kesehatan negeri ini jangan gagal fokus.
PEMERINTAH lewat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menarasikan wacana mendatangkan dokter asing ke negeri ini.
MENTERI Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sangat gandrung menarasikan bahwa negeri ini kekurangan dokter.
Ancaman malaria meningkat saat musim kemarau. Malaria bisa berakibat fatal terutama pada anak karena imunitas anak-anak belum cukup kuat sehingga malaria akan membahayakan nyawa mereka.
Risiko penyebaran berbagai penyakit bisa meningkat di tengah musim kemarau. Salah satunya adalah berbagai penyakit yang muncul akibat gigitan nyamuk dan kutu.
Deputy WHO Representative to Indonesia, Momoe Takeuchi, mengungkapkan sampai hari ini Indonesia masih memiliki beban penanggulangan penyakit tropis terabaikan.
Masih banyak daerah di Indonesia yang melaporkan kasus Neglected Tropical Diseases (NTDs) atau penyakit tropis terabaikan.
Penyakit tropis terabaikan (NTD) adalah kelompok 20 penyakit menular yang menyerang lebih dari satu miliar orang di wilayah tropis yang miskin. Kenali lebih detail lagi yuks.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved