Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
UNIT Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi (Fpsi) Universitas Indonesia (UI) mengadakan program Pengabdian pada Masyarakat melalui Gerak dan Lagu ”Aku Bisa Menyikat Gigi” untuk meningkatkan pengetahuan menyikat gigi pada anak usia 4-6 tahun. Program tersebut dilaksanakan di Taman Kanak Kanak Aisyiyah 21 Cipayung, Depok, Jawa Barat.
Dari data yang dipegang Unit Riset dan Pengabdian Masyarakat Fpsi UI, 9 dari 10 anak Indonesia mengalami karies (lubang) gigi. Karies gigi pada anak usia dini dapat dicegah melalui perilaku hidup sehat anak, keluarga dan caregiver. Survei pendahuluan mengungkap, anak usia 4–6 tahun kerap dibiarkan sikat gigi sendiri tanpa bantuan orang tua dengan alasan melatih kemandirian anak, karenanya pengetahuan anak akan perilaku menyikat gigi dengan baik dan benar pada usia dini menjadi sangat penting.
Menurut penelitian, anak pada kelompok usia 4-6 tahun dikatakan mengalami 'ledakan bahasa' karena kemampuannya yang pesat khususnya pada usia 4 tahun, akibatnya anak menyukai kata-kata baru, suka menyebutkan dan menggunakannya. Perkembangan bahasa ini membuat anak pada kelompok usia ini suka dan butuh terlibat dalam aktivitas yang melibatkan bahasa seperti bernyanyi, bercerita, drama, membaca puisi dan menggunakan kata-kata baru sambil menggunakan imajinasi mereka.
Baca juga : Menyikat Gigi yang Benar Bisa Cegah Karies pada Anak
Kegiatan yang dipimpin oleh Prof Farida Kurniawati MSpEd PhD ini, efektif meningkatkan pengetahuan anak yang didapat dari video animasi sebagai media pembelajaran pengetahuan anak mengenai frekuensi, durasi, jadwal dan manfaat menyikat gigi yang baik. Selain itu program ini juga memberikan pemahaman anak akan pentingnya peran dan dukungan orangtua. Peningkatan pengetahuan anak diukur melalui tanya jawab satu persatu dengan anak menggunakan alat ukur yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dari hasil analisa data terlihat peningkatan pengetahuan anak secara signifikan.
“Sebuah program kesehatan gigi berbasis teknologi digital yang bersifat menyenangkan, menekankan pengulangan dan reinforcement harian, melibatkan sekolah dan orang tua dipercaya dapat memberikan hasil yang bertahan dalam waktu lama, selain itu animasi disediakan agar anak dapat mencontoh gerakan – gerakan menyikat gigi yang benar” ungkap drg. Nila Alya Maulidina SpKGA MM, selaku Mahasiswa S2 Psikologi Terapan Anak Usia Dini, Fpsi UI.
“Saat ditanya apa yang dirasakan setelah menonton video, jawaban spontan anak-anak adalah senang, seru, ceria, jadi paham, gak sakit gigi lagi. Bahkan tidak hanya satu anak yang mencurahkan pengalaman buruknya waktu pernah sakit gigi seperti takut, gigiku pernah bengkak, dan mengatakan setelah bernyanyi dan menari bersama jadi merasa tidak takut lagi.” (Z-6)
Satu faktor yang membuat gigi anak-anak rapuh ialah kebiasaan menyikat gigi yang masih kurang.
Plak tidak bisa hilang dengan berkumur saja, tetapi plak gigi bisa hilang dengan menyikat gigi.
Gigi yang tidak rapi membuat penampilan jadi kurang maksimal. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga menjadi akar sejumlah masalah kesehatan gigi.
Serangan asam lambung yang terjadi sesekali, atau versi yang lebih kronis, yang disebut GERD (gastroesophageal reflux disease), pasti dapat membuat napas Anda bau.
Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, meminta keluarga korban tewas yang ditemukan di Kali Bekasi, Jawa Barat, untuk membawa barang-barang pribadi milik korban, seperti sikat gigi
BAHASA berkembang berbanding lurus dengan kelahiran tiap generasi. Gen Alpha yang tumbuh bersama internet, memberikan sumbangsih besar terhadap siniar dunia maya.
Membiarkan anak belajar bahasa sendiri dengan melihat video saja berisiko menghambat perkembangan kemampuan interaksi dan bicara anak.
Setelah berusia tiga tahun, anak biasanya dapat memahami dan membedakan bahasa yang digunakan oleh lawan bicara.
Anak-anak yang diajari menggunakan bahasa lain di samping bahasa ibu dapat menjadi lebih peka dalam memilih penggunaan kata saat menyampaikan penjelasan.
PELATIH baru timnas Indonesia Patrick Kluivert mengatakan tidak akan terkendala bahasa saat mengarsiteki skuad Garuda nanti. Selain mampu berbahasa Inggris, banyak pemain diaspora
Pengucapan ijab kabul pun tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk melafalkan ijab tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved