Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DALAM semangat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024, Unilever Indonesia mengajak komunitas ibu dan generasi muda untuk mendukung peranan Bank Sampah sebagai mata rantai penting dalam sistem pengelolaan sampah yang lebih produktif dan berkelanjutan, sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular.
Selain diskusi, digelar kunjungan ke salah satu Bank Sampah binaan Unilever Indonesia, yaitu Bank Sampah Induk GESIT Menteng Atas, untuk memperkenalkan sistem isi ulang “Unilever Refill Program” atau “U-Refill” yang semakin memperkuat kontribusi Bank Sampah dalam menyebarluaskan perilaku bijak sampah di tengah masyarakat luas.
Secara global, jumlah sampah plastik yang mencemari ekosistem laut diprediksi meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040 apabila tidak ada upaya pencegahan. Kondisi ini pun terjadi di Indonesia yang menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik selama 2023 – 408.885 ton di antaranya berakhir di lautan setiap tahun.
Baca juga : Ini 10 Bank Sampah Berkinerja Baik Tahun 2023, Raih Penghargaan KLHK
Untuk itu, pada peringatan HPSN 2024, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI mengangkat tema “Atasi Sampah Plastik Dengan Cara yang Produktif”, berfokus pada upaya kolaboratif yang harus dilakukan semua pihak dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah plastik yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Direktur Pengurangan Sampah KLHK Vinda Damayanti Ansjar menjelaskan, keseriusan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah plastik tercermin dari keterlibatan aktif KLHK dalam negosiasi penyusunan International Legally Binding Instrument on Plastic Pollution – instrumen internasional yang memiliki ketentuan mengikat untuk menganggulangi permasalahan polusi plastik.
"Namun Indonesia telah memiliki kebijakan untuk mengatasi permasalahan sampah plastik, yang salah satunya adalah mewajibkan produsen untuk menyusun langkah-langkah untuk mengurangi sampah plastik yang berasal dari produk dan kemasan produk serta wadahnya melalui PermenLHK Nomor 75 Tahun 2019, yang salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meredesain produk, kemasan produk serta wadahnya dan juga menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR)," kata Vinda.
Baca juga : Super Indo Luncurkan Poin Pengumpulan Sampah Kemasan Plastik
Dengan EPR ini produsen mengambil kembali plastik pascakonsumsi untuk didaur ulang kembali menjadi produk kembali atau produk lain sehingga sistem ekonomi sirkular dapat berjalan. Untuk penerapan ekonomi sirkular, produsen dapat bekerja sama dengan Bank Sampah, TPS3R, industri daur ulang, sehingga dari pengelolaan sampah plastik ini dapat
menghasilkan nilai ekonomi yang menjanjikan.
"Kami telah menetapkan berbagai target yang ditindaklanjuti dengan aksi nyata, termasuk menggalakkan aktor-aktor penerapan ekonomi sirkular yang terbukti mampu memberikan dampak positif bagi ekonomi, sosial maupun lingkungan, seperti saat ini banyak bermunculan komunitas anak-anak muda dalam sociopreneur dan juga start up. Terkait tema HPSN 2024, kami percaya salah satu upaya agar sistem ekonomi sirkular yang efektif adalah melalui Bank Sampah," ujarnya.
Buktinya, keberadaan 27.631 unit Bank Sampah di seluruh Indonesia telah membawa pengaruh signifikan di sejumlah sektor, antara lain pada bidang ekonomi, dengan total omzet Bank Sampah mencapai rata-rata Rp2,8 miliar per bulan, bidang sosial yakni mampu menyerap tenaga kerja hingga ratusan ribu orang serta bidang lingkunngan berhasil mengumpulkan sampah mencapai 136.860,20 ton, dengan jumlah sampah yang dimanfaatkan dan didaur ulang sebesar 5.227,73 ton2.
Baca juga : Zero Waste, Zero Emission Jadi Babak Paru Pengelolaan Sampah di Indonesia
Terkait sampah plastik, Bank Sampah juga menjadi wadah yang efektif untuk mengurangi beban limbah plastik yang tercecer di TPA maupun lingkungan, meningkatkan daur ulang plastik, dan memberinya nilai ekonomi sesuai pedoman 3R (reuse, reduce dan recycle).
Kolaborasi antarpemangku kepentingan untuk mendorong kiprah Bank Sampah terus dibutuhkan, termasuk dari pihak produsen. Sejalan dengan komitmen jangka panjang untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan, Unilever Indonesia terus mendorong potensi Bank Sampah sebagai mitra inti dalam upaya berkelanjutan menangani permasalahan sampah plastik.
Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation menerangkan bahwa sejak 2008, pihaknya telah membina 4.000 Bank Sampah di 50 kabupaten/kota yang tersebar di 11 provinsi.
Baca juga : BPDLH Gelontorkan Dana Rp58 Miliar untuk Pengelolaan Sampah
"Kemitraan ini telah membawa banyak kemajuan bagi masyarakat dan lingkungan. Dari segi ekonomi, penjualan sampah plastik yang dilakukan mitra pengumpulan sampah plastik telah ikut membantu perekonomian dan kesejahteraan mereka. Di sisi sosial, kegiatan pengumpulan sampah turut mendorong partisipasi masyarakat, mendukung keguyuban komunitas, bahkan mengembangkan sosok kepemimpinan perempuan di berbagai titik Bank Sampah. Sementara pada aspek lingkungan, selama 2022 jumlah
pengumpulan sampah anorganik – termasuk plastik – dari Bank Sampah binaan dan jaringannya telah mencapai lebih dari 28.633 ton,” terang Maya.
Berkah dari Bank Sampah turut dirasakan oleh Sri Endarwati, Direktur Bank Sampah Induk GESIT, salah satu Bank Sampah binaan Unilever Indonesia.
“Sampah mengubah hidup saya dan teman-teman pengurus karena ‘keuntungan’ yang didapatkan sangat banyak. Kami bisa beramal, menjaga lingkungan, mempererat hubungan antarkomunitas, hingga memperluas koneksi. Alhamdulillah, Bank Sampah Induk GESIT saat ini memiliki 250 Bank Sampah anggota, dan setiap harinya menerima berbagai macam jenis sampah dari 10 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Jenis sampah yang paling banyak kami kumpulkan adalah sampah plastik, yang per bulannya bisa berkisar mencapai 8 ton atau jika dikonversikan kurang lebih senilai Rp270 juta,” jelas Sri Endarwati panjang lebar.
Baca juga : Buka Rangkaian HPSN 2024, KLHK Gelar Dialog dan Peluncuran Buku Panduan Bank Sampah
Di kunjungan tersebut, Unilever Indonesia juga menyosisalisikan “U-Refill”, sistem isi ulang yang hadir di Bank Sampah binaannya. Sistem ini adalah contoh penerapan ekonomi sirkular yang mengedepankan pentingnya perilaku bijak sampah, yaitu penggunaan kembali dan daur ulang, serta pengurangan penggunaan plastik.
Di 817 titik gerai yang berpartisipasi, termasuk di Bank Sampah, konsumen dapat membeli produk Rinso, Sunlight dan Wipol tanpa kemasan. Mereka cukup membawa kemasan bekas atau kosong untuk diisi ulang, dan membeli produk dengan harga yang lebih ekonomis.
Selama setahun beroperasi, U-Refill telah mengurangi penggunaan plastik sebanyak kurang lebih 6 ton dari lebih dari 91.000 liter produk yang terjual – menjangkau kurang lebih 6.000 pelanggan. Selain itu, 30.000 masyarakat telah terpapar dengan informasi tentang isi ulang, dan berpotensi untuk berpartisipasi di masa depan.
“Unilever Indonesia berharap acara diskusi dan kunjungan hari ini akan mampu menginspirasi dan mengajak lebih banyak masyarakat mendukung dan bergabung menjadi nasabah Bank Sampah serta mulai mencoba belajar berbelanja produk tanpa kemasan, sehingga bersama-sama kita bisa mewujudkan sistem pengelolaan sampah plastik yang lebih produktif dan berkelanjutan,” tutup Maya. (H-2)
Dia mengunjungi tempat pengolahan sampah yang dilakukan Bank Sampah Great Bandung yang dilakukan salah satu gereja.
PEMERINTAH Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat (Jabar) terus mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan melalui program bank sampah.
Tahun ini, bingkisan diserahkan kepada pengurus Bank Sampah Binaan PT Pegadaian khususnya yang ada di wilayah Area Bandung 2
Cara yang tepat untuk mengurangi sampah dari sumber ialah dengan cara menambah jumlah bank sampah.
Gerakan ini menjadi program yang mendorong kebiasaan menabung sejak usia dini dan menabung dengan cara yang mandiri melalui pemilahan sampah dari sumbernya
Taman FPSA Tebet nantinya akan dibangun di lahan kosong yang sekarang digunakan sebagai lahan parkir dan pemukiman liar.
Upaya tampil glowing idealnya disertai dengan langkah-langkah menjaga kelestarian bumi. Berikut kiat untuk mewujudkannya.
Amorepacific berkomitmen dan merasa bertanggung jawab atas dampak plastik terhadap lingkungan.
Semua pihak harus serius menangani sampah khususnya sampah plastik, bisa dimulai dengan wisatawan tidak membawa botol minuman dan tempat makan plastik sekali pakai
Menteri Siti turun langsung memungut sampah dan memasukannya ke dalam karung untuk kemudian dilakukan penimbangan.
KLHK meminta pemerintah daerah melakukana antisipasi dengan menyiapkan tempat-tempat sampah yang memadai di daerah ramai pemudik.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta masyarakat, terutama para pemudik, tidak menggunakan barang-barang sekali pakai seperti plastik atau styrofoam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved