Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
KETUA Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro mengapresiasi skema pendanaan terbaru yang diadopsi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dia memandang bahwa geliat dan semangat dari para peneliti di Tanah Air dalam menghasilkan riset dan inovasi di berbagai bidang semakin meningkat. Namun semangat itu sebelumnya kerap kali terbentur dengan sistem penelitian BRIN yang bersifat kaku dan non-egaliter.
“BRIN memang memfasilitasi dengan dana dan akses terhadap peralatan yang ada di berbagai unit dalam lingkungan BRIN. Sedangkan yang dibutuhkan oleh para peneliti adalah suasana kondusif untuk melakukan riset dan inovasi antara lain yaitu menyatunya peneliti dengan peralatan selama 24 jam di laboratorium,” jelasnya kepada Media Indonesia di Jakarta pada Selasa (6/2).
Menurut Prof Satryo, peneliti harus diberikan suasana yang nyaman dan bebas dalam menjalani risetnya, bukan justru dianggap sebagai pegawai birokrasi yang terpaku pada jam kerja dan beban administrasi sehingga sulit mendapatkan pola yang fleksibel dalam menjalani penelitian.
Baca juga : BRIN Kucurkan Dana Riset Rp700 Miliar untuk Masyarakat Umum
“Peneliti tidak dapat diperlakukan sebagai pegawai dengan jam kerja yang kaku. Selain itu, kegiatan riset tidak dapat diterapkan secara top-down, harus berawal dari pemikiran peneliti yang sedang mencari suatu terobosan keilmuan terkini,” ungkapnya.
Selain itu, Satryo mengungkapkan bahwa peran dari fasilitas infrastruktur penelitian seperti sarana dan prasarana amat sangat penting bagi kemajuan penelitian. Selain itu, BRIN juga harus melihat sistem pendanaan riset sebagai sebuah hibah bukan bentuk pembiayaan sehingga berbagai pengujian riset dalam bentuk teori dan produk inovasi yang memiliki resiko tertentu, bisa tercover oleh BRIN.
“Untuk kegiatan riset yang efektif, diperlukan sekelompok peneliti yang berkolaborasi mencari terobosan ilmiah terkini dengan menggunakan peralatan atau perangkat yang melekat dengan mereka dalam satu laboratorium ataupun lokasi riset lapangan (field laboratory). Pendanaan riset harus dalam bentuk hibah (research grant), bukan dalam bentuk biaya riset,” ujarnya.
Baca juga : Resmikan Animalium BRIN, Megawati Harap Riset RI Lebih Terstruktur
Melalui data yang terekam oleh BRIN, peneliti yang mendapatkan dana riset pada tahun 2023 masih mengalami ketimpangan, dimana penerima terbanyak didominasi pada wilayah Jawa dan Sumatra, sementara pada wilayah Indonesia Timur masih sangat minim. Mantan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas ini menjelaskan bahwa ketimpangan itu dapat diminimalisir dengan melibatkan para peneliti daerah dalam jenis penelitian kolaborasi.
“Ketimpangan tersebut tidak diatasi oleh pembagian merata dana riset, akan tetapi dengan keterlibatan aktif para peneliti daerah dalam mencari terobosan ilmiah terkini. Selain itu, kolaborasi riset harus dilakukan oleh peneliti dari berbagai daerah sedangkan peralatan atau perangkat penelitian dapat dimanfaatkan secara penuh dan bersama di laboratorium BRIN maupun laboratorium lapangan sesuai topik/tema risetnya,” tandasnya.(H-1)
Baca juga : Kepala BRIN Dorong Kebebasan Peneliti, tetapi tidak Serampangan
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko angkat bicara soal aksi unjuk rasa sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di depan Kantor BRIN, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (27/5).
Rencana efisiensi akan dilakukan antara lain untuk alat tulis kantor sebesar 90%, percetakan dan souvenir 75,9%, sewa gedung, kendaraan dan peralatan 73,3%, perjalanan dinas 53,9%.
Dunia profesional tidak hanya membutuhkan ijazah tapi juga keberanian, passion, kreativitas, inovatif dan adaptif untuk mengikuti perubahan dan perlu membentuk perbedaan.
Kerja sama difokuskan melalui pembiayaan dari pemerintah Indonesia melalui program Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
BRIN mempunyai fungsi sebagai funding agency dalam pelaksanaan riset dan inovasi di Indonesia, bukan hanya untuk peneliti BRIN namun dapat diakses oleh untuk masyarakat umum.
PENELITI Gender dari Pusat Riset Politik BRIN Kurniawati Hastuti Dewi mengatakan, tindakan khusus sementara diperlukan untuk memperkuat keterwakilan perempuan di politik.
INDONESIA melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan menjadi tuan rumah gelaran World Science Forum (WSF) ke-12 pada 2026. Ini menandai pertama kalinya WSF diselenggarakan di Asia.
KEPALA BRIN Laksana Tri Handoko menekankan Indonesia tak perlu ikut-ikutan jejak negara maju seperti Amerika Serikat yang menciptakan ChatGPT atau Tiongkok yang menciptakan DeepSeek dalam AI
Solar maksimum merupakan fase siklus 11 tahun aktivitas bintik (sunspot) pada matahari yang diperkirakan terjadi pada Juli ini.
Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia melakukan kerja sama bidang Limnologi dan Hidrologi dengan BRIN untuk persiapan dan adaptasi perubahan iklim.
Kabupaten Bandung mencatatkan skor tinggi dalam berbagai pilar penting seperti pertumbuhan ekonomi, sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, kelembagaan, inovasi dan teknologi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved