Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
Bicara tentang alat musik petik, apa yang pertama kali terlintas dalam pikiranmu? Mungkin gitar, bass, atau harpa?
Tentu saja, ketiganya benar, karena semuanya merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik.
Namun, tahukah kamu ada alat musik lain selain ketiga tersebut?
Jika kita melihat ke dalam keberagaman budaya kita, ternyata terdapat berbagai macam alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik.
Keberagaman alat musik tradisional Indonesia ini mencerminkan kekayaan budaya yang layak dihargai.
Setiap alat musik, seperti kecapi, jentreng, panting, dan sampek, menunjukkan ciri khas masing-masing
Yuk, baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahui lebih lanjut tentang alat musik petik tradisional Indonesia!
Baca juga: 5 Lagu Daerah Papua Barat Daya yang Perlu Diketahui, Salah Satunya Sajojo
Kecapi merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Bugis dan Jawa Barat.
Namun, jika ditarik dari sejarahnya, alat musik ini diadaptasi dari Guzheng, China.
Biasanya, kecapi dimainkan saat acara besar, seperti ulang tahun daerah, penyambutan tamu penting, hingga menjadi musik pengiring di pesta pernikahan.
Alat musik bersenar dua, tiga, lima, enam, delapan, dan sebagainya ini dimainkan dengan cara dipetik menggunakan dua tangan.
Gunakan tangan kiri untuk menekan sekaligus memetik senar pada leher kecapi.
Sementara itu, gunakan tangan kanan untuk memetik senar dengan menggunakan alat bantu yaitu plektrum.
Alat musik petik tradisional yang berikutnya yaitu Sasando.
Alat musik yang biasa disebut dengan Sasandu ini berasal dari Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sandu artinya getaran.
Sasando terdiri dari beberapa senar yang tertaut pada suatu rangka yang terbuat dari daun lontar atau bambu.
Terdapat bagian melengkung pada sasando yang berfungsi sebagai lubang resonansi.
Alat musik ini seringkali dimainkan dalam berbagai acara hiburan, sebagai pengiring tarian, lagu, hingga syair.
Sasando harus dipetik menggunakan dua tangan dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Walaupun musik tradisional, sasando populer di luar negeri
Melansir laman resmi Kemenparekraf, sasando telah meraih ketenaran internasional setelah tampil dalam salah satu acara sampingan G20 di Labuan Bajo pada tahun 2022.
Prestasi sasando dalam dunia musik juga turut dipengaruhi oleh Djitron Pah, yang memainkannya di ajang pencarian bakat Asia's Got Talent pada tahun 2015.
Sejak saat itu, Djitron Pah telah membawa sasando berkeliling ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Belanda, Jerman, dan beberapa negara lainnya.
Baca juga: 8 Lagu Daerah Sulawesi Tengah Beserta Lirik dan Makna, Mana Favoritmu?
Siter adalah alat musik petik yang berasal dari Jawa Tengah dan digunakan dalam musik gamelan.
Terdapat dua jenis senar pada siter, yaitu yang berjumlah 11 dan 13.
Siter umumnya dimainkan pada upacara adat atau acara seni.
Alat musik yang sering disebut sebagai 'gitar Jawa' ini dimainkan dengan ibu jari, sementara jari lainnya menahan getaran saat senar lain dipetik.
Alat musik petik tradisional yang selanjutnya yaitu hasapi.
Hasapi berasal dari Batak Toba, Sumatera Utara dan sering dipakai untuk kebutuhan upacara adat atau pesta pernikahan.
Alat musik ini sering disebut sebagai gitar Batak karena bentuknya yang mirip dengan gitar. Walaupun mirip, hasapi hanya memiliki dua senar.
Dua senar yang disebut sebagai senar atas dan senar bawah ini menghasilkan nada do dan mi.
Hasapi dimainkan dengan cara memetik kunci nada di bagian lehernya.
Namun berbeda dengan gitar, hasapi tidak memiliki garis jari atau fret untuk menentukan kunci atau chord.
Baca juga: Mengenal 7 Lagu Daerah Sulawesi Barat Beserta Lirik dan Maknanya
Kedatu mara atau yang dikenal juga sebagai juk merupakan salah satu jenis alat musik petik tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ketadu mara terdiri dari tiga bagian utama, meliputi ekor, batang tengah, dan kepala.
Penggunaan alat musik ini melibatkan kedua tangan, dimana satu tangan berfungsi untuk memegang dan memukul bagian kepala, sementara tangan yang lain memegang ekor dan mengendalikan intensitas getaran suara.
Bentuk alat musik ini mirip dengan gitar dan sering kali dimainkan ketika orang sedang menggembala atau dalam momen istirahat di tengah-tengah pekerjaan di sawah.
Gambus, sebuah alat musik petik, berasal dari Provinsi Riau.
Namun, bila diperhatikan dari segi sejarahnya, gambus merupakan hasil dari proses alkulturasi budaya Islam di Riau.
Gambus memiliki bentuk yang menyerupai gitar, namun bagian kepalanya melengkung ke belakang.
Bagian badannya berbentuk bulat telur, dan lehernya lebih pendek dibandingkan dengan gitar.
Alat musik ini, yang memiliki rentang senar antara 3 hingga 12, sering dimainkan sebagai pengiring dalam musik Islam, dapat dimainkan secara solo maupun dalam kelompok.
Baca juga: 7 Lagu Daerah Sulawesi Utara Lengkap dengan Lirik, Makna, dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Panting adalah alat musik petik tradisional yang berasal dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Istilah "panting" sendiri merujuk pada cara memainkan alat musik tersebut, yakni dengan cara dipanting atau dipetik.
Bentuk panting menyerupai gitar, tetapi lebih ramping dan terbuat dari kayu nangka.
Pada bagian tubuhnya, panting memiliki lubang kecil yang berfungsi sebagai resonator suara.
Alat musik yang dilengkapi dengan 4 senar ini umumnya tidak dimainkan secara solo, melainkan digunakan bersama dengan alat musik lain seperti ketipung, biola, kendang, dan sebagainya.
Kini, panting kerap dimainkan untuk berbagai jenis acara, seperti pertunjukan seni, pernikahan, hiburan, hingga tarian tradisional.
Tidak hanya kecapi, di Jawa Barat juga terdapat alat musik petik lainnya yang dikenal sebagai jentreng.
Sebenarnya, jentreng mirip dengan kecapi, namun berukuran lebih kecil dan hanya memiliki 7 senar.
Alat musik ini, yang umumnya terbuat dari kayu nangka atau kayu bunga kenanga, menghasilkan suara yang menyerupai dentingan bel yang bersatu dengan suara drum.
Dikenal juga dengan nama Tarawangsa, jentreng sering dimainkan sebagai pengiring dalam berbagai acara seperti pernikahan, sunatan, dan panen padi.
Baca juga: 6 Lagu Daerah Kalimantan Selatan Lengkap dengan Lirik dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Alat musik petik tradisional berikutnya adalah sampek.
Sampek sendiri dapat diartikan sebagai 'memetik dengan jari,' menggambarkan cara memainkannya.
Asal-usulnya berasal dari suku Dayak di Kalimantan Timur, dan alat musik ini dimainkan dengan teknik pemetaan senar, mirip dengan cara kecapi dimainkan.
Terdapat dua jenis sampek, yaitu sampek kayaan dan sampek kenyah. Perbedaannya dapat dilihat dari ukuran, di mana sampek kenyah lebih kecil dan memanjang dibandingkan dengan sampek kayaan.
Perbedaan lainnya terletak pada jumlah senar. Sampek kayaan memiliki dua senar yang terbuat dari bahan plastik, sementara sampek kenyah memiliki 3-5 senar yang terbuat dari dawai halus.
Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai upacara adat, pesta panen padi, memanggil arwah leluhur, dan acara-acara seremonial lainnya.
Japen berasal dari suku Dayak di Kalimantan Tengah dan memiliki bentuk yang mirip kecapi, gitar, dan mandolin.
Jika kita melihat sejarahnya, Japen ternyata merupakan hasil dari alur budaya Dayak yang tercampur dengan pengaruh pedagang China.
Sehingga, tidak mengherankan jika nada yang dihasilkan terdengar mencirikan kebudayaan China.
Japen terdiri dari empat senar dan umumnya dimainkan pada berbagai upacara adat hingga acara sakral tertentu.
Baca juga: 5 Lagu Daerah Maluku Utara Lengkap dengan Lirik dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Nah, itulah berbagai alat musik petik tradisional Indonesia yang perlu kamu ketahui.
Meskipun semuanya dimainkan denganc ara dipetik, setiap alat musik memiliki ciri khasnya sendiri, baik dari segi bentuk maupun karakteristik suaranya.
Dengan mengetahui betapa beragamnya alat musik tradisional, hal tersebut mencerminkan kekayaan warisan budaya Indonesia yang patut diapresiasi.
Harapannya, dengan memahami dan menghargai alat musik tradisional ini, kita dapat terus merawat kelangsungan warisan budaya Indonesia yang begitu berharga.
Program pelatihan dari International Center for Land Policy Studies and Training (ICLPST) bukan sekadar pendidikan kebijakan pertanahan dan pajak, melainkan perjalanan lintas budaya.
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
DESAINER dan pelestari warisan budaya Indonesia, Era Soekamto telah menerima penghargaan dari UNESCO atas komitmennya yang berkelanjutan dalam melestarikan budaya
Penguatan identitas sebagai sebuah bangsa juga mampu menumbuhkan kohesi sosial yang bisa menjadi pendorong untuk mengakselerasi proses pembangunan.
ADA hal yang menarik dalam penyelenggaraan Indonesia Fashion Week 2025. Desainer fesyen, Eni Joe, menjadikan ajang tersebut sebagai ruang edukasi budaya.
Lebih dari sekadar pertunjukan mode, TGC dikenal sebagai acara hiburan terbesar yang memadukan fesyen, musik, budaya pop, dan selebritis dari berbagai bidang dalam satu panggung yang sama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved