Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kolaborasi Pengusaha dan Akademisi Dibutuhkan untuk Atasi Stunting

Deri Dahuri
26/10/2023 19:51
Kolaborasi Pengusaha dan Akademisi Dibutuhkan untuk Atasi Stunting
Kegiatan program GAS-KIPAS yang diselanggarakan Apindo di Kota Serang, Banten, baru-baru ini.(Ist)

UPAYA mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia menjadi sebesar 14% pada tahun 2024 sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, membutuhkan tidak hanya program intervensi gizi namun juga upaya-upaya prevensi atau pencegahan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa penanganan stunting harus dilakukan, bahkan dimulai sejak ibu sebelum hamil, pada saat hamil, dan setelah melahirkan guna memastikan anakanak sehat dan tidak kekurangan gizi.

Bagaimana cara mengatasinya? Ketika berat badan balita tidak naik, harus intervensi dengan memberi makanan kaya protein hewani, seperti telur, ikan dan ayam.

Baca juga: Upaya Kominfo Ubah Mindset Masyarakat Soal Stunting dan Kemiskinan

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul menghadapi bonus demografi dan menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah memandang sangat penting untuk melakukan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha dalam mempercepat pencapaian RPJMN.

Axton Salim, Koordinator Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) Indonesia yang sekaligus Ketua Kelompok Kerja Stunting Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Ketua Bidang Pembangunan Berkelanjutan/SDGs mengatakan, “Bicara mengenai SDM unggul tidak terlepas dari pemenuhan gizi."

"Ada tiga prioritas SBN Indonesia terhadap percepatan perbaikan gizi di Indonesia yaitu intervensi dan edukasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan remaja, gizi seimbang serta sanitasi dan higienitas," jelas Axton dalam keterangan, Kamis (26/10)

"Oleh karena itu, diperlukan upaya prevensi dan intervensi untuk mengatasi isu gizi termasuk stunting. Prevensi kami lakukan dengan memberikan edukasi kepada remaja, ibu hamil dan menyusui agar memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik," jelasnya.

Baca juga: Jawa Barat Optimistis Angka Stunting Capai 14 Persen pada 2024

"Tidak hanya itu, upaya intervensi juga kami lakukan dengan memberikan makanan bergizi sesuai pedoman dari Kemenkes. Namun, kami menyadari untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia perlu dukungan dunia usaha untuk saling bersinergi," kata Axton.

“SBN Indonesia bersama dengan Apindo melakukan kampanye Gerakan Anak Sehat (GAS) – Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (KIPAS) Apindo, gerakan ini merupakan integrasi antara prevensi dan intervensi pangan dengan target kepada sekitar 3.600 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan bayi dari usia 6-24 bulan di tiga lokasi yakni Kabupaten Bogor, Kota Serang dan Kabupaten Purbalingga,” tambah Axton.

“Apindo berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting. Dunia usaha juga menyebut jika terdapat korelasi antara stunting dengan investasi," Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani.

Baca juga: Penanganan Kemiskinan Berkaitan Erat dengan Pengendalian Stunting

"Stunting harus kita perangi bersama dengan pendekatan yang ilmiah dan berbasis sains untuk mewujudkan generasi yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global,” kata Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani pada kegiatan program GAS-KIPAS di Kota Serang, Banten, Selasa (17/10).

Kegiatan yang diselenggarakan Apindo  itu juga dihadiri (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Axton Salim, Ketua Umum Asosiasi Intitusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS., dan ratusan perwakilan penerima manfaat.

Program GAS-KIPAS adalah gerakan yang diinisiasi oleh SBN Indonesia bersama Apindo, Kemenkes, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Institut Pertanian Bogor, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Universitas Jenderal Soedirman sebagai kontribusi nyata mengatasi masalah stunting.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya