Dokter Jiwa Ungkap Paradoks pada Kesehatan Remaja

Basuki Eka Purnama
16/10/2023 08:00
Dokter Jiwa Ungkap Paradoks pada Kesehatan Remaja
Ilustrasi(Freepik)

PRAKTISI Kesehatan Masyarakat, Spesialis Kesehatan Jiwa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Khamelia Malik mengatakan terdapat paradoks pada kesehatan remaja yang terlihat sehat secara fisik.

"Angka kesakitan dan kematian di masa remaja meningkat hingga 200% pada akhir ini," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (16/10).

Khamelia mengatakan hal tersebut berbanding terbalik dengan masa remaja yang secara fisik merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi, dan berbagai jenis cedera.

Baca juga: Edukasi Stunting di Pamekasan Tekankan Cegah Pernikahan di Usia Remaja

Salah satu penyebab paradoks itu, kata dia, karena ketidakmampuan remaja dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian.

Khamelia menilai remaja, saat ini, menjadi sulit dipahami. Hal tersebut disebabkan adanya area otak yang mengalami maturasi lebih cepat dibandingkan dengan area lainnya.

"Otak remaja berkembang dalam keadaan konstan, yang berarti remaja lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan implusif, kurang mempertimbangkan konsekuensi dibanding orang dewasa," ujarnya.

Baca juga: 2 Remaja Diamankan Polisi Bawa Senjata Tajam Setelah Tawuran

Untuk itu Khamelia mengimbau para orangtua untuk membimbing dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosi dan mengambil pilihan yang lebih sehat.

Menurutnya, orangtua atau guru perlu membantu remaja untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja.

"Selain itu juga mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat agar kesehatan mental juga terjaga," ujarnya.

Sementara itu Kepala Pusat Riset (Kapusris) Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyu Pudji Nugraheni mengatakan kecemasan, depresi, dan gangguan mental, menjadi sejumlah contoh bentuk gangguan mental yang rentan diderita anak-anak dan remaja.

"Perubahan fisik dan hormon, tekanan akademis, serta masalah sosial dan identitas itu, bisa mempengaruhi terhadap gangguan kesehatan mental mereka," kata Pudji, dikutip Senin (16/10)

Ia mengatakan, secara keseluruhan, kondisi mental seseorang dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, sosial, ekonomi, serta kondisi biologisnya.

Selain anak-anak dan remaja, Pudji menyebut ada tujuh kelompok lain yang rentan terserang gangguan mental yakni individu dengan riwayat keluarga yang secara genetik punya gangguan mental, individu dengan penyakit kronis, serta seseorang dengan riwayat trauma dan pelecehan. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya