Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Pengembangan terapi genomik dinilai bisa menekan biaya kesehatan di Indonesia. Terapi genomik yang dilakukan lewat pemeriksaan genetik setiap orang dapat membantu seseorang mengetahui potensi penyakit dan kebutuhan nutrisi masing-masing. Dengan demikian terapi yang diberikan bisa lebih spesifik. Salah satu jenis terapi genomik adalah terapi stem cell.
Deputi Direktur Stem Cell and Cancer Institute Sandy Qlintang mengungkapkan, terapi stem cell juga bisa menjanjikan penyembuhan penyakit degeneratif yang lebih tinggi.
“Tentu terapi genomik bisa menghemat biaya, terutama biaya yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk menangani penyakit-penyakit dan bisa meningkatkan produktivitas usia muda,” kata Sandy dalam acara Dr. Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series 2023, Minggu (8/10).
Baca juga: Susun Standar Layanan Sel Punca, Kemenkes Uji Publik Aturan Turunan UU Kesehatan
Ia menjelaskan, dengan terapi stem cell, dapat dibentuk jaringan baru untuk menggantikan sel-sel rusak yang menjadi penyebab kerusakan organ. Hingga kini, terapi stem cell masih dalam tahap pelayanan berbasis penelitian di sejumlah rumah sakit di Indonesia. Beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan stem cell di antaranya thalasemia, hemofilia dan parkinson.
Namun, Sandy mengakui bahwa penelitian terapi stem cell masih banyak terkendala. Salah satunya ialah keterbatasan raw material yang kini belum bisa diproduksi sendiri dalam negeri. Untuk mendapatkan reagen tertentu, Sandy menyebut butuh waktu sekitar tiga bulan.
Baca juga: Stem Cell jadi Terapi Masa Depan untuk Penyembuhan Penyakit Degeneratif
“Dalam hal ini Kalbe sedang membuat tech polymerase yang merupakan salah satu reagen dalam negeri sehingga kita tidak perlu impor. Saat ini kita kan punya semangat TKDN ini adalah tantangan bagi industri dan peneliti agar dari hulu kita bisa memenuhi kebutuhan dari karya anak bangsa,” beber dia.
Di samping itu, biaya penelitian stem cell dinilainya relatif mahal. Misalnya saja untuk penelitian stem cell thalasemia, dibutuhkan anggaran sekira Rp40 miliar.
“Tapi saya rasa untuk kemajuan dan kebermanfaatan negara, saya rasa harga tidak jadi masalah. Karena dampaknya pada pasien thalasemia tidak perlu lagi transfusi darah dan kita bisa menyelamatkan jiwanya. Ini semua bisa dijalani dengan kolaborasi berbagai pihak,” ucap Sandy.
(Z-9)
Melalui platform ELSA (E-Layanan Sains), BRIN menawarkan berbagai jenis layanan sekuensing, termasuk Whole Genome Sequencing (WGS), E-DNA atau Microbiome, Metagenomic, dan Metabarcoding.
Deteksi dini risiko kelainan pada janin seperti trisomi 21 (Down Syndrome), trisomi 18 (Edwards Syndrome), dan trisomi 13 (Patau Syndrome).
Studi menemukan bahwa 93% pasien memiliki variasi genetik yang mempengaruhi respons mereka terhadap obat-obatan
Akses patogen dibutuhkan sebagai kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi.
Kromosom adalah komponen penting dalam sel manusia yang terdiri dari 44 buah atau 22 pasang kromosom tubuh (autosom) dan sepasang kromosom kelamin (gonosom).
TERAPAN stem cell therapy diklaim mampu mengobati penyakit yang sulit diobati dengan obat-obatan konvensional. Ada sejumlah terapi stem cell yang berkembang.
Penelitian baru menemukan bukti kuat bahwa otak manusia dewasa masih bisa menumbuhkan sel saraf baru di hipokampus.
Fokus utama kolaborasi ini mencakup riset dan pengembangan teknologi terapi sel punca untuk menciptakan pengobatan yang lebih mutakhir dan tepat guna.
Regenic merupakan pionir dalam pengembangan terapi berbasis sel di Indonesia dan menjadi fasilitas produksi stem cell pertama yang mengantongi sertifikasi CPOB.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Mohammad Jusuf Kalla (JK) menyampaikan apresiasi tinggi atas kiprah Deby Vinski yang berhasil mengangkat nama Indonesia di panggung medis internasional.
Sebagai Ketua Kongres, Deby didampingi Sekjen WOCPM asal Rusia Prof Svetlana Trofimova memimpin berbagai sesi ilmiah, panel diskusi, serta membuka ruang kolaborasi internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved