Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyebutkan perlu ada upaya yang lebih keras agar kualitas udara menjadi lebih baik.
"Yang penting hasilnya. Artinya, kebijakan apapun silakan diambil, tapi yang utama itu bagaimana supaya hasilnya (indeks kualitas udara) turun. Sekarang kita lihat hasilnya belum turun (masih tinggi di angka 170 per Selasa pagi), itu poin pertama," ujar Tjandra, Selasa (5/9).
Ia menegaskan, pemerintah perlu bekerja keras menganalisa penyebab utama polusi udara di Jabodetabek, sehingga bisa dilakukan penanggulangan yang tepat.
Baca juga: Pemprov DKI Diminta Konsisten Tangani Polusi Udara
"Ada polusi akibat ulah manusia atau faktor alam seperti El-Nino, cuaca, arus angin, dan lain sebagainya. Jadi memang harus dianalisis, faktor alam apa perannya, dan penyebabnya apa. Walaupun sudah diungkapkan beberapa kali, menurut saya, harus dikaji secara jelas penyebab utamanya yang mana, dan Jakarta ini kan besar, Jakarta Utara dan Selatan bukan tidak mungkin berbeda (penyebabnya)," kata dia.
Ia menuturkan, meski upaya memperbaiki kualitas udara ini sudah dilakukan sekian lama, tetapi angkanya masih belum turun secara bermakna.
"Saya tahu sudah ada beberapa hal yang dilakukan, tetapi kalau dilakukan lebih masif lagi lebih baik, misalnya saya ambil contoh konkret, di beberapa tempat misalnya saat saya di luar negeri, pada saat polusi udara sedang tinggi, pembangunan rumah dihentikan, truk juga tidak boleh masuk kota agar angkanya turun dulu. Penggunaan generator juga tidak boleh yang menggunakan bensin, harus yang menggunakan gas," ucapnya.
Baca juga: Korban Polusi Udara Merebak, Dinkes DKI Siagakan RSUD dan Puskesmas 24 Jam
Contoh yang diungkapkan Tjandra membuktikan analisis penyebab yang tepat bisa menghasilkan intervensi tepat pula sehingga hasilnya lebih terukur.
"Kalau memang penyebabnya industri, harus segera dilakukan langkah konkret. Saya kira pemerintah juga sudah mengeluarkan beberapa pernyataan, yang jelas apapun yang dilakukan, angkanya tolong segera diturunkan," tegasnya.
Ia juga mengatakan masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain menghirup udara yang sudah tercemar.
"Kalau makanan dan minuman tercemar, kita bisa memilih untuk membeli yang bersih sehingga tidak mengganggu kesehatan, tetapi kalau udara tidak bisa, kalau sudah tercemar seperti ini, mau tidak mau harus kita hirup," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Kampanye ini menghadirkan instalasi visual mencolok berupa “gelembung transparan” yang ditempati oleh aktor, sebagai simbol perbedaan perlindungan antara segelintir orang.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.25 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 152 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Dampak polusi udara tidak hanya dirasakan secara fisik melalui gangguan kesehatan, tetapi juga secara ekonomi akibat penurunan produktivitas masyarakat.
Dengan peningkatan penggunaan mobil dan sepeda motor pribadi, serta penambahan frekuensi kereta api, bus, dan penerbangan, emisi gas rumah kaca dan jejak karbon transportasi akan meningkat.
Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling rentan terdampak polusi udara, mulai dari permasalahan tumbuh-kembang hingga performa akademik.
Bicara Udara berharap kepemimpinan baru Jakarta segera mengambil langkah konkret demi memastikan udara yang lebih bersih dan sehat bagi warga Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved