Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
GURU Besar Pulmonologi Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan ruang terbuka hijau bisa menjadi pilihan lokasi wisata saat ini terutama bagi mereka yang sebelumnya beraktivitas di lingkungan berpolusi udara.
"Kalau kita berada di ruang terbuka hijau yang luas tentu akan lebih menyegarkan daripada berada di tengah perempatan yang penuh kemacetan. Jadi baik saja kalau memang akan ke kebun raya dan lainnya," kata Tjandra melalui pesan elektronik, Sabtu (27/8).
Tjandra, yang menjabat sebagai Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), mengingatkan orang-orang tetap harus memeriksa kadar polusi di ruang terbuka hijau yang akan dikunjungi.
Baca juga: Penelitian Ilmiah Soal Penyemprotan Jalan untuk Kurangi Polusi Hasilkan Hasil Beragam
Secara umum, dia menjelaskan,keberadaan ruang terbuka hijau akan dapat menurunkan kadar polusi udara, tetapi, tergantung dari berapa besarnya ruang terbuka dan berapa tinggi polusi yang sudah terjadi.
"Tentu juga tidak ada patokan pasti kalau kadar polutan di kebun raya adalah sekian maka sekian lama harus berada di ruang terbuka atau tidak," ujar Penasihat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Jakarta itu.
Tjandra mengingatkan polusi udara terus berkecamuk di Jakarta dan sekitarnya dan sudah muncul dampak pada kesehatan masyarakat.
Baca juga: Usulan Ganjil Genap Selama 24 Jam Dinilai Layak Diuji Coba
Oleh karena itu, menurut dia, penanganan yang paling tepat yakni mengidentifikasi faktor penyebab dan segera mengatasinya dengan harus tindakan yang berdampak nyata tanpa perlu terlalu mengorbankan masyarakat.
Selain penanganan di hulu yang utama, perlu ada pelayanan di hilir tentang kesehatan masyarakat.
Tjandra lalu mengusulkan tujuh langkah untuk bisa dilaksanakan di Puskesmas terutama di kawasan Jakarta.
Pertama, mengaktifkan perlengkapan untuk sanitasi yang ada di Puskesmas untuk menilai kualitas udara setempat.
"Jadi, akan ada data polusi per Kecamatan dan bahkan per kelurahan, walaupun mungkin ada kualitas udaranya tidaklah lengkap sempurna," tutur Tjandra.
Selanjutnya, mengaktifkan kegiatan practical approach on lung health (PAL) atau pendekatan praktis terkait kesehatan paru yang digagas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena akan amat berperan dalam deteksi, evaluasi dan tindakan kesehatan paru di lapangan.
"Saya kira, Puskesmas di Jakarta dan sekitarnya sudah mengenal PAL, tinggal mengaktifkannya saja," kata Tjandra.
Ketiga, menjaga dan menindaklanjuti surveilans keluhan respirasi dan lainnya baik dalam gedung puskesmas, di lapangan wilayah kerjanya, maupun oleh kader kesehatan kalau memang data menunjukkan tren peningkatan.
Keempat, meningkatkan promosi kesehatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) baik tentang berbagai kemungkinan dampak kesehatan maupun akses informasi polutan setempat. Kelima, untuk pasien-pasien penyakit kronik yang biasanya ditangani puskesmas, maka diberi perhatian khusus.
"Kalau mungkin dikontak untuk tanya keadaannya, telemedisin, atau diminta datang ke puskesmas atau dilakukan kunjungan rumah," saran Tjandra.
Keenam, apabila ada peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan lainnya,Puskesmas diharapkan memberi pengobatan yang baik. Bila perlu dilakukan rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah atau rumah sakit lainnya.
Terakhir, menurut Tjandra, sebaiknya semua Puskesmas membuat semacam pojok polusi yang dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang berbagai aspek polusi udara di wilayah mereka. (Ant/Z-1)
Partikel PM2.5 dan PM10 yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mengi, asma sampai kematian berlebih termasuk sakit jantung.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kampanye ini menghadirkan instalasi visual mencolok berupa “gelembung transparan” yang ditempati oleh aktor, sebagai simbol perbedaan perlindungan antara segelintir orang.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.25 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 152 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Dampak polusi udara tidak hanya dirasakan secara fisik melalui gangguan kesehatan, tetapi juga secara ekonomi akibat penurunan produktivitas masyarakat.
Acara ini menggabungkan unsur petualangan dan pembelajaran melalui program Sensory Exploratin Class
GUBERNUR DKI Jakarta Pramono Anung akan mengubah lahan-lahan mangkrak di Jakarta untuk dijadikan taman atau ruang terbuka hijau (RTH).
MASJID Istiqlal mencanangkan Istiqlal EV Community yakni sebuah komunitas kendaraan listrik berbasis masjid pertama di Indonesia.
Krisis iklim menuntut semua sektor bertindak cepat, termasuk industri properti yang menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar.
KETUA DPRD DKI Jakarta Khoirudin mendorong pemerintah provinsi agar memperketat keamanan di seluruh taman yang beroperasi 24 jam.
Menanggapi permintaan hunian premium yang terus meningkat di Gading Serpong, Summarecon Serpong resmi memperkenalkan Bellefont, klaster hunian bergaya klasik Prancis
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved