Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KRISIS iklim menuntut semua sektor bertindak cepat, termasuk industri properti yang menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar. Di Indonesia, sejumlah pengembang mulai membuktikan bahwa praktik pembangunan hijau bukan sekadar wacana, tetapi bisa diwujudkan melalui inovasi dan kolaborasi lintas pihak.
Direktur Investasi Farpoint Realty, Heru Sucahyo, menyampaikan, dorongan menuju keberlanjutan semakin menguat di tingkat global, terutama sejak International Energy Agency (IEA) merilis laporan “Net Zero Emissions by 2050: A Roadmap for the Global Energy Sector” pada 2021. Dokumen itu mendorong seluruh sektor berkontribusi nyata demi menahan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C, sesuai Perjanjian Paris.
“Melalui Verde Two kami berupaya memenuhi komitmen, apartemen ini meraih sertifikasi EDGE Zero Carbon dengan peringkat tertinggi, yang menunjukkan komitmen kami terhadap pengembangan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan,” ujar Heru belum lama ini.
Ia menjelaskan, Verde Two, dinobatkan sebagai apartemen pertama di Indonesia yang meraih sertifikasi EDGE Zero Carbon dari International Finance Corporation (IFC), bagian dari World Bank Group pada Februari lalu. Proyek ini mencapai efisiensi energi hingga 50%, sehingga dinilai mampu menjadi tolak ukur baru untuk hunian ramah lingkungan perkotaan.
Selain itu, lanjut dia, Farpoint juga menegaskan konsistensi upaya keberlanjutan pada proyek-proyek lain, seperti Samanea Hill di Parung Panjang, Bogor. Hunian ini mengusung konsep sustainable community living, lengkap dengan ruang terbuka hijau seluas 45.000 meter persegi, jalur pedestrian yang ramah, serta pepohonan trembesi yang diklaim mampu menurunkan suhu mikro hingga 4°C dan menyerap 28,5 ton karbon per tahun.
“Melalui Samanea Hill, kami ingin menunjukkan komitmen kami dalam mendefinisikan ulang perumahan terjangkau melalui masterplan yang matang, ramah pejalan kaki, dan memberikan akses luas ke transportasi publik. Pendekatan kami tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tapi juga menciptakan komunitas inklusif dan berkelanjutan,” ujar Heru.
Samanea Hill tercatat meraih sertifikasi EDGE untuk efisiensi energi, air, dan material bangunan, serta mendapat penghargaan Best Affordable Housing Development dan Best Compact Housing Architectural Design berkat rancangan hemat listrik dan sistem pendingin rendah konsumsi energi.
CEO Farpoint Tatang Widjaja menegaskan pencapaian tersebut bukan sekadar prestasi teknis. “Ini adalah bentuk nyata dari penerapan konsep green di seluruh lini bisnis Farpoint,” katanya.
Farpoint pun dinilai berhasil memadukan aspek keberlanjutan dan standar internasional di bangunan perkantoran. Sequis Tower, salah satu gedung ikonik di kawasan Sudirman Central Business District, memperoleh sertifikasi LEED Platinum dari U.S. Green Building Council.
Bangunan tersebut menjadi bukti bahwa standar bangunan hijau bukan hanya tren sesaat, tetapi sudah menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan multinasional yang menempatkan keberlanjutan, kesejahteraan karyawan, dan tata kelola yang bertanggung jawab sebagai prioritas.
"Meski beberapa pengembang telah memulai langkah, praktisi menilai transformasi sektor properti nasional masih memerlukan kolaborasi lebih luas. Agenda pembangunan hijau memerlukan keterlibatan aktif pemerintah, asosiasi industri, lembaga pembiayaan, serta kesadaran masyarakat untuk mendorong terciptanya standar yang benar-benar ramah lingkungan di semua lini, bukan hanya pada proyek premium," kata dia. (Z-10)
Menko AHY paparkan tiga langkah konkret atasi urbanisasi dan krisis iklim global di Forum BRICS, fokus pada keadilan sosial, lingkungan, dan infrastruktur berkelanjutan.
Meski sebagian universitas mengadopsi kebijakan sustainability, banyak yang belum memiliki implementasi secara sistematis.
Kawasan Asia Tenggara, yang menyimpan 15% hutan tropis dunia dan hampir 20% spesies tumbuhan dan hewan global, menghadapi potensi kehilangan hingga 50% spesies terestrial pada 2100.
Saat bauran energi terbarukan hanya mencapai 15% pada tahun 2024, laju penambahan pembangkit energi terbarukan tercatat hanya mencapai 3.2 Gigawatt dari 2018 hingga 2023.
PEMERINTAH Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, telah menjalankan langkah-langkah antisipatif menghadapi ancaman perubahan iklim sejak 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved