Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PENGURUS Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyampaikan Dirgahayu Republik Indonesia ke-78 yang diperingati pada 17 Agustus 2023.
Ketua Umum PB IDI, Moh. Adib Khumaidi, mengatakan, “Tema tahun ini yakni Terus Melaju untuk Indonesia Maju, tidak hanya merefleksikan semangat bangsa indonesia tetapi juga mengajak seluruh komponen bangsa untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk kemajuan. Negara yang kuat didukung oleh rakyat yang sehat. IDI dan seluruh dokter Indonesia selalu siap untuk bersatu dan mengabdi untuk rakyat indonesia.”
Dalam HUT RI ke-78 tahun ini, PB IDI juga mengenang perjuangan para dokter Indonesia di jaman perjuangan kemerdekaan RI, salah satunya adalah Letkol Dr RM Soebandhi yang dikenal sebagai dokter tentara dan kini namanya diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit di Kota Jember, Jawa Timur.
Baca juga: UU Kesehatan Sudah Diteken Presiden, Ini Respons IDI
Dikatakan oleh Moh. Isman Jusuf dari Bidang Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter PB IDI, “Banyak peran dan kontribusi para dokter dalam perjuangan kemerdekaan RI. Karena Kemerdekaan RI itu diperjuangkan melalui berbagai cara, baik di medan perang, meja perundingan, maupun seni dan budaya. Peran Letkol Dr RM Soebandhi tidak hanya di medan perang, tetapi juga tidak melupakan tugas dasar seorang dokter yaitu merawat pasien dan prajurit yang terluka dan sakit.”
Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya dalam perang kemerdekaan RI, nama Letkol Dr RM Soebandhi diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Daerah Jember, nama jalan, serta nama perguruan tinggi di Jember.
Untuk mengenang 70 tahun gugurnya Letkol dr. Soebandi, pada 9 Februari 2019 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jember meluncurkan buku biografi berjudul “Letkol dr. RM. Soebandi : Jejak Kapahlawanan Dokter Pejuang” yang ditulis Gandhi Wasono M dan Priyo Suwarno.
Baca juga: Ada Instruksi Menkes Soal Perundungan, IDI Komitmen Pencegahan Bullying di Lingkup Kesehatan
Biografi yang berisi kisah perjuangan dokter yang gugur penuh heroik di usia 32 tahun kemudian oleh TVRI Jatim diangkat menjadi film dokumenter dengan judul “Jalan Sunyi dr Soebandi” dan disiarkan TVRI Nasional pada 13 Mei 2022.
Film dokumenter tersebut sekaligus terpilih sebagai film dokumenter terbaik TVRI Nasional dan mendapat penghargaan piala “Gatra Kencana”.
Pada Juni lalu, Universitas dr. Soebandi (UDS) Jember mendirikan “Museum Letkol. dr. RM, Soebandi” termasuk patung logam setengah badan.
Museum yang berisi barang-barang peninggalan letkol Dr RM Soebandhi agar perjuangan beliau terus lestari dan menjadi inspirasi generasi mendatang.
Letkol dr. R.M., Soebandi, lahir pada 17 Agustus 1917 di Klakah, Lumajang. Dia merupakan anak sulung pasangan R. Soeradi Wignjosoekarto, kepala masinis stasiun Klakah, dengan RA. Siti Mariam.
Soebandi menamatkan sekolah Hollandsche Indlandsche School (HIS) di Lumajang. Karena dari keluarga ningrat, oleh pemerintah kolonial, Soebandi diperbolehkan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Probolinggo dan lulus pada 1935.
Selanjutnya, Soebandi melanjutkan ke Aglemeene Middlebare School (AMS) di Surabaya lulus pada 1938.
Untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter, Soebandi melanjutkan sekolah di Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) Surabaya, sekolah kedokteran yang menjadi cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Soebandi, yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, atas dukungan orangtuannya ingin menjadi dokter yang di masa itu adalah sebuah profesi langka karena semata-mata ingin membantu agar masyarakat mendapat layanan kesehatan yang layak.
Pada saat kuliah di NIAS inilah Soebandi menemukan pujaan hatinya bernama Rr. Soekesi yang kemudian menikah pada 1944.
Tahun 1942 ketika Jepang masuk ke Indonesia, kuliah Soebandi yang hampir lulus sempat terhenti. Jepang yang berhasil mengalahkan Hindia Belanda setelah memenangi perang Asia Timur Raya membubarkan semua lembaga pendidikan bentukan kolonial Belanda termasuk NIAS.
Soebandi sempat frustasi karena khawatir mimpinya menjadi dokter pupus. Harapannya kembali muncul ketika awal 1943 Jepang membuka sekolah tinggi kedokteran Ika Daigaku di Jakarta, menggantikan STOVIA yang dibubarkan. Soebandi bergegas ke Jakarta melanjutkan kuliahnya hingga akhirnya pada 12 November 1943 dinyatakan lulus sebagai dokter.
Selama berada di Jakarta, jiwa nasionalisme Soebandi bangkit. Ia tinggal di asrama mahasiswa Ika Daigaku di Jl. Prapatan 10, yang menjadi tempat para aktivis kemerdekaan berkumpul.
Mahasiswa yang menamakan dirinya Masyarakat Prapatan 10 menganut ideologi “Reine Jurgend Ideologie,” atau ideologi tanpa pamrih yang antikedholiman, perongrongan, dan antimenginjak-injak hak asasi rakyat.
Mahasiswa Prapatan 10 ini salah satu kelompok yang aktif mendorong Soekarno-Hatta segera membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Selepas lulus dokter, Soebandi, kembali ke Jawa Timur dan langsung terjun di dunia militer dengan mengikuti pendidikan tentara PETA dan lulus sebagai Eise Shodanco atau Perwira Kesehatan Batalyon dan ditempatkan di Lumajang. Setahun kemudian pangkatnya naik menjadi Eise Chudanco, menjabat sebagai Kepala kesehatan seluruh Batalyon PETA di Karesidenan Malang.
Pada 1945, setelah Jepang kalah perang, PETA dibubarkan Soebandi beralih menjadi dokter tentara di Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertugas di berbagai rumah sakit, mulai Probolinggo, Lumajang dan Malang.
Rumah Sakit Djawatan Kesehatan Tentara (DKT) Jember yang sekarang bernama RS Baladhika Husada yang didirikan pada 1946 menunjuk dr. Soebandi, sebagai kepala rumah sakit pertama kalinya.
Karena di masa itu seorang tentara yang sekaligus dokter amat langka, tenaga dr. Soebandi sangat dibutuhkan tidak hanya di kawasan Jawa Timur tetapi juga dilibatkan sampai ke Jawa Barat untuk bergabung dengan kesatuan lain ketika melakukan peperangan dengan pasukan sekutu.
Setelah bertugas di berbagai kesatuan pada Desember 1948 Letkol dr RM, Soebandi, ditugaskan sebagai wakil komandan Brigade III Damarwulan mendampingi komandan Letkol Mochamad Sroedji. Selain sebagai wakil komandan Soebandi merangkap sebagai Residen Militer Besuki dan dokter militer.
Sesuai hasil perjanjian renville semua pasukan Brigade III Damarwulan serta kesatuan lain di wilayah Besuki hijrah ke Blitar. Namun kemudian Belanda mengingkari isi perjanjian Renville bahkan melakukan Agresi Militernya kedua dengan melakukan serangan besar-besaran. Tanggal 29 Desember 1948 atas perintah Panglima Besar Jenderal Soedirman, pasukan yang ada di Blitar diminta untuk kembali ke daerah asal dengan melakukan aksi wingate dan bergerilya melawan Belanda.
Brigade III Damarwulan kembali ke wilayah Besuki menuju Socopangepok di lereng Argopuro untuk membangun kekuatan baru. Sepanjang perjalanan sering terjadi kontak senjata, karena minimnya amunisi dan persenjataan maka pasukan Damarwulan kewalahan dan banyak menjadi korban.
Dini hari tanggal 8 Februari 1949 pasukan Damarwulan yang berjumlah kurang dari 100 orang kelelahan dan kelaparan sehingga di pagi buta istirahat di Desa Karang Kedawung, Mumbulsari, Jember yang berada di tepi hutan. Ternyata keberadaan rombongan ini diketahui oleh mata-mata dan dilaporkan kepada induk militer Belanda di Jember.
Ketika istirahat dan tengah menikmati sarapan pagi suguhan penduduk desa, pasukan Belanda dari Kompi IV Batalyon XXIII KNIL di bawah komando Lettu F.G Schelten melakukan penyergapan dengan sistematis. Mendapatkan serangan mendadak pasukan Damarwulan mempertahankan diri dan mundur ke arah hutan.
Dokter Soebandi berhasil lolos tetapi begitu melihat Sroedji tertembak jatuh dia keluar dari tempat berlindung lalu bangkit dan berlari menuju tubuh sahabat sekaligus komandannya. Dengan penuh emosi Sroedji yang terkapar bermandikan darah dibopong diselamatkan.
Saat memapah itulah, Letkol dr. Soebandi diberondong senapan oleh Pratu Josep Kesek dari KNIL hingga jatuh tersungkur dan gugur berdampingan. Selain keduannya, belasan pasukan serta warga desa ikut jadi korban.
Jasad dr. Soebandi, oleh masyarakat desa di makam di lokasi kejadian tetapi karena banyaknya korban baru diketemukan dan teridentifikasi pada 23 Maret 1950.
Atas prakarsa masyarakat Desa Karang Kedawung sekitar tahun 1980-an di lokasi pertempuran didirikan monumen untuk mengenang para pahlawan yang gugur di sana.
Seluruh hidup dr. Soebandi diberikan untuk republik. Ia meninggalkan kemapanan demi kemerdekaan dari tangan penjajah. Ia rela meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk berjuang di medan tempur.
Dalam buku harian Rr. Soekesi, istri dr. Soebandi, sebelum gugur dari tempat bergerilya suaminya sempat mengirim surat terakhir yang dikirim melalui kurir rahasia yang berbunyi, “Jaga anak-anak dengan baik. Bila Tuhan menghendaki kita akan bersatu lagi.”
Almarhum Letkol Dr RMK Soebandhi yang meninggalkan seorang istri, Rr. Soekesi, dan tiga orang putri, Widyasmani, Widyastuti dan Widorini. (RO/Z-1)
Kehadiran Ayu sebagai pembicara di KBAS 2025 menjadi bukti bahwa kualitas dan kompetensi dokter estetika Indonesia mampu bersaing serta diakui secara global.
AIPKI bersama para pimpinan fakultas kedokteran dari seluruh Indonesia sepakat mendukung penuh harapan Presiden untuk menambah tenaga dokter dan tenaga Kesehatan.
ARTIS Korea Selatan, Kang Seo Ha, meninggal dunia di usia 31 tahun karena berjuang melawan kanker lambung yang diketahui sudah stadium 4.
Pendidikan kedokteran bukan hanya tentang meraih gelar akademik, tetapi juga membentuk jati diri sebagai pelayan kesehatan yang berintegritas.
Adapun gejala yang patut diwaspadai meliputi sesak napas, nyeri dada di bagian tengah yang menjalar, serta jantung berdebar secara tidak normal.
Pada EMT ke-2 BSMI untuk Gaza ini, BSMI mengirim pakar stem cell dan penyembuhan luka Prof Dr dr Basuki Supartono SpOT FICS MARS.
Tahun 2025 akan menjadi tahun yang luar biasa bagi para penggemar superhero! Berbagai film dan serial dari studio ternama siap memanjakan para pencinta genre ini.
Para pahlawan nasional ialah sosok yang telah mengorbankan segalanya demi tercapainya kemerdekaan dan tegaknya kedaulatan bangsa.
Hari Bakti Pekerjaan Umum diperingati setiap 3 Desember untuk mengenang keberanian tujuh pahlawan yang dikenal sebagai Pahlawan Sapta Taruna.
SELAIN Hari Pahlawan (10 November), pada bulan ini juga terdapat Hari Guru Nasional (25 November).
Transjakarta mengambil peran pejuang transportasi publik dalam memajukan transportasi di Jakarta sekaligus meneladani semangat pahlawan dengan memberikan layanan terbaik.
Setiap tanggal 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk menghormati para pahlawan yang berjasa bagi bangsa. Kenali jenis gelar pahlawan nasional yuks.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved