Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
MENTERI Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan peristiwa yang terjadi di Papua Tengah bukan bencana kelaparan. Menurutnya enam warga setempat yang meninggal disebabkan karena diare.
"Saya habis dua, tiga hari, dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi, kelaparan itu bersifat masif. Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari sekwilda (sekretaris wilayah daerah) dan kadis (kepala desa) setempat bukan kelaparan. Diare," tuturnya pada media di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/8).
Pada hari pertama, Mentan mendapat laporan bahwa warga tersebut muntah-muntah beberapa kali. Lalu, pada malam harinya, mereka mengalami diare yang mengakibatkan dehidrasi.
Baca juga: Kementan Tingkatkan Kapasitas Pendamping Petani Milenial di Pacitan, Jatim
" Dia muntah. Siangnya 20 kali. 10 sampai 20 Kali. Malamnya dia diare. Dehidrasi. Itu yang saya tahu," terangnya.
Kementerian Pertanian (Kementan), terang Syahrul, menyiapkan tiga langkah menyikapi peristiwa yang dilaporkan terjadi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Kementan, imbuhnya, akan memberikan bantuan pangan selama tiga bulan.
Baca juga: Kementan Kawal Petani Milenial Jawa Timur Terapkan Smart Farming
"Pertama, bahwa ada langkah kita ke saya iya. Langkah darurat untuk mem-back up mereka selama 3 bulan. Kan jumlah orangnya juga enggak banyak," papar Mentan.
Kedua, Kementan akan mengirimkan sekitar 10.000 polybag tanaman untuk ditanam di halaman rumah. Bantuan, terang Mentan, akan dimobilisasi dari Timika, Provinsi Papua untuk dikirim ke Kabupaten Puncak di Papua Tengah.
"Kan di sana ada 6 distrik. Satu distrik yang bersoal (bermasalah). Kita juga tidak boleh gegabah kan karena ini di puncak sana dan ada masalah sedikit di sana. Saya punya konsentrasi di Timika sekarang untuk bisa mensuplai," terangnya.
Agenda ketiga, sambung dia, Kementan akan nembuat lahan penyangga untuk ditanami. Mentan menjelaskan lokasi distrik itu, berada di daerah pegunungan yang kerap kali terjadi cuaca ekstrem.
"Dan saya kira kalau di puncak itu masalah hujan es dan lain-lai setiap tahun seperti itu. Jadi ini menurut saya, tapi mari teman-teman mengecek, (itu) bukan (meninggal) karena kelaparan, tapi karena muntaber (muntah berak)," paparnya. (Z-10)
Itulah pertaruhan penegakan hukum di negeri ini. Hukum yang wajahnya penuh jelaga. Hukum yang katanya sama untuk semua tapi faktanya beda-beda tergantung siapa yang berpunya dan berkuasa.
POLDA Metro Jaya menyebut bahwa kasus pemerasan oleh eks Ketua KPK Firli Bahuri terhadap Syahrul Yasin Limpo (SYL) terus berjalan.
Proses hukum kasus pemerasan ini sudah cukup terlalu lama dan berlarut-larut. Hal itu tentunya akan menimbulkan ketidakpastian hukum.
Kapolri tak menekankan target penyelesaian kasus Firli. Dia hanya menegaskan hal itu menjadi fokus Polri untuk segera dituntaskan.
Penyidikan atas penanganan perkara a quo pada tanggal 23 Desember 2024 pukul 10.00 WIB di Gedung Bareskrim telah dilakukan koordinasi dengan KPK RI terkait penanganan perkara tersebut.
Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak menjamin penyidikan berjalan secara profesional, yakni prosedural dan tuntas. Kemudian, transparan dan akuntabel.
Kementerian Kesehatan Jalur Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat malnutrisi di tengah krisis pasokan pangan di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 227 orang.
Militer Israel dituduh sengaja mengarahkan truk melintasi jalan yang tidak aman untuk dilintasi di Gaza tengah sehingga akhirnya terguling.
DI tengah serangan udara, pengungsian, dan kelaparan, kelangkaan air yang belum pernah terjadi menambah penderitaan penduduk Jalur Gaza, Palestina.
Warga Palestina yang kelaparan harus mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan bantuan melalui jalur terbatas yang dikendalikan.
KONDISI kelaparan di Jalur Gaza kini mencapai titik kritis dan mengancam nyawa lebih dari dua juta penduduk Palestina.
UNRWA menyoroti sistem distribusi bantuan yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” (GHF), yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved