Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
KEPALA Pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan Indonesia akan menghadapi ancaman puncak el nino atau fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya.
BMKG memprediksi beberapa wilayah di Indonesia pada bulan Agustus, September dan Oktober akan mengalami kekeringan, gagal panen bahkan juga berdampak pada kebakaran hutan dan lahan.
“Berdasarkan kondisi yang kami sampaikan, kita melihat peta di bulan Agustus, September, Oktober, ada warna cokelat. Warna cokelat ini menunjukkan zona dengan curah hujan bulanan yang rendah hingga sangat rendah, semakin gelap warnanya, maka curah hujan bisa nol atau tidak ada hujan sama sekali,” jelas Dwikorita dalam Forum Diskusi Denpasar 12 ‘Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi Puncak Ancaman El Nino’, Rabu (26/7).
Baca juga :
Dwikorita bahkan menyebut prediksi yang mungkin terjadi di beberapa wilayah di Indonesia pada periode Agustus dan September tidak akan mendapatkan hujan sama sekali. Beberapa daerah atau zona yang perlu diwaspadai untuk 10 hari ke depan menjelang awal Agustus, lanjut Dwikorita, ialah daerah Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
Baca juga :
“Kami juga sudah menyiapkan sistem peringatan dini kebakaran hutan dan lahan sampai tujuh bulan ke depan. Sebetulnya selama tiga hari ke depan sampai seminggu ke depan akan kami sampaikan. Sistem peringatan dini ini kita teruskan ke provinsi atau daerah yang rawan. Kami juga melakukan audiensi disusul dengan rapat terbatas. Untuk rapat terbatas baru saja dilakukan pada 18 Juli kemarin agar presiden dapat memastikan langsung kesiapan setiap kementerian lembaga dalam mengantisipasi el nino ini,” ungkap Dwikorita.
Melihat prediksi kekeringan akibat puncak el nino tersebut, Plt Sekretaris Utama BNPB Rustian membenarkan bahwa dalam satu pekan terakhir laporan bencana yang terjadi didominasi oleh karhutla. Disusul dengan angin puting beliung dan tanah longsor.
“Perbandingan jumlah titik panas atau hotspot dalam seminggu bisa dilihat di berbagai pulau baik Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku serta Papua. Secara umum titik panas di pulau-pulau besar di Indonesia meningkat pada periode 19-25 Juli dibandingkan minggu sebelumnya, kecuali di wilayah Bali, Nusa Tenggara yang mengalami penurunan jumlah titik panas,” kata Rustian.
Berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya, dampak kekeringan yang diakibatkan fenomena el nino yaitu adanya kelangkaan air, gagal panen dan karhutla. Sehingga, Rustian menyebut untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya telah berupaya untuk memperkuat infrastruktur monitoring dan pengawasan sampai tingkat bawah.
“Sesuai arahan presiden juga, perlu ada solusi permanen agar tidak ada yang membuka lahan dengan cara membakar. Langkah yang sudah dan sedang dilakukan BNPB untuk antisipasi dan penanggulangan karhutla yaitu melakukan apel kesiapsiagaan dan kunjungan daerah. Meminta dukungan sarana dan prasarana operasi darat dengan menghimpun dukungan logistic dan perlengkapan pemadaman darat berupa pompa 273 unit, selang 819 unit, nozzle 312 unit, konektor 312 unit, APD 750 unit dan flexible tank 39 unit ke 6 provinsi prioritas,” jelas dia.
“Kami juga tengah menyiapkan dukungan teknologi modifikasi cuaca (TMC), dukungan sarpras operasi udara serta melakukan integrasi aplikasi pemantauan karhutla,” pungkasnya. (Z-8)
Dari 15 wilayah tersebut beberapa diantaranya diprakirakan akan diguyur hujan seharian, dari pagi hingga sore menjelang malam hari.
Daerah pertemuan angin atau konferensi juga berpotensi terbentuk di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Laut Natuna bagian utara, perairan utara Maluku Utara, Papua
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan potensi hujan ini diperkirakan akan bergeser ke wilayah tengah dan timur Indonesia pada periode 10 hingga 12 Juli 2025.
Penduduk DKI Jakarta dan juga warga di sekitarnya yang berkegiatan di ibu kota diminta kembali waspada. Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, sejumlah wilayah Jakarta diperkirakan hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk Rabu, 9 Juli 2025. Sebanyak 38 kota besar di Indonesia diprediksi mengalami cuaca beragam
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) pada 7-11 Juli 2025 untuk percepatan penanganan darurat banjir di area Jakarta Raya.
Fenomena Hujan Carnian atau Carnian Pluvial Episode (CPE) adalah sebuah peristiwa geologis yang terjadi sekitar 232 juta tahun lalu pada periode Trias Akhir
Potensi hujan ringan hingga sedang diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Kota Tangerang.
Direktorat Meteorologi Publik BMKG menyebut dalam sepekan ke depan, kombinasi gelombang atmosfer, yakni low fequency, Gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial cukup konsisten.
WILAYAH Indonesia saat ini memasuki pancaroba atau pola peralihan dari musim hujan ke fase awal musim kemarau. Sehingga jangan heran jika hujan masih mengguyur sejumlah daerah.
SELAMA musim pancaroba atau masa peralihan dari musim hujan ke fase awal musim kemarau, BMKG menyebut sejumlah wilayah di Indonesia masih akan diguyur hujan ringan hingga hujan lebat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved